CINTA SEORANG PANGERAN

Kau Memang Sialan, Nizam



Kau Memang Sialan, Nizam

0Malam begitu hening, tidak terdengar suara apapun kecuali suara binatang malam yang saling bersahutan di sekitar rumah Nizam yang memang banyak pepohonan dan binatang - binatang baik yang dipelihara ataupun di biarkan bebas. Nizam duduk sambil memandang istrinya dengan mata berkabut.     
0

" Alena, bangunlah. Mengapa Kau balas menghukumku dengan begitu kejam. Aku hanya takut kehilanganmu. Aku tahu aku salah, cinta yang terlalu besar ini malah membuatku telah menganiayaya dirimu.     

Alena, mengapa kau tidak bangun ? Ayolah sweethearth bangun. Balaslah hukuman yang telah kau berikan dengan balasan yang setimpal atau bahkan lebih keras. Aku bersedia kau cambuk kembali. Alena bangunlah.. ambil cambuknya dan cambuklah Aku.." Nizam mengusap pipi Alena lalu Ia menundukkan kepalanya dan mencium bibir Alena yang terkatup rapat.      

Mata Alena tetap terpejam dengan dada mengalun lembut, tampaknya Ia masih bermimpi dan  masih tidak bersedia bangun. Suara Nizam tidaklah berarti apa - apa. Nizam berusaha memasukan lidahnya ke dalam sela - sela bibir yang terkatup rapat itu. Tetapi gigi Alena terkatup bagaikan sebuah pagar yang terkunci dan tidak membiarkan apapun masuk ke dalamnya.      

Nizam semakin merasa gila ketika Ia merasakan bibir Alena yang begitu lembut dan hangat. Nizam merasa gila sekaligus putus asa karena lidahnya hanya bisa menyapu bibir Alena dan tidak bisa masuk ke dalamnya.     

"Ya Tuhaan... Alena jangan kau siksa Aku seperti ini. " Kata Nizam sambil akhirnya menyerah dan kemudian memeluk tubuh Alena. Ia lalu tidur di dada Alena. Nizam lalu merasakan dada Alena yang bengkak karena penuh berisi ASI. Nizam lalu memasukan tangannya ke dalam pakaian Alena dan menangkupkan tangannya ke puncak dada Alena sambil berkata.     

"Alena bangunlah... lihat dadamu bengkak begini. Kau tahu si kembar ingin minum air susumu. Mengapa Kau tidak bangun juga. Lihat ini begitu bengkak. Alena ini mubazir.. air susumu jadi terbuang percuma.. " Kata Nizam sambil mengelus - ngelus dada Alena.      

Alena tetap terdiam, Nizam mengangkat wajahnya, matanya menatap wajah Alena dan berkata lagi. " Sampai kapan Kau akan begini terus. Ayolah Alena, ini sudah dua hari dan besok akan tiga hari. Aku sudah siapkan cambuk untukmu. Kau boleh mencambukku sepuasmu, bila perlu sampai mati. Tapi bangunlah.. bangun.. Aku sangat menyesal Alena. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi.      

Kalaupun nanti kau pergi meninggalkan Aku karena laki - laki lain. Aku akan merelakannya. Aku tidak akan menyiksamu lagi karena cemburu yang membabi buta. Alena ayolah.. Aku sudah sangat menyesal.. " Kata Nizam sambil kemudian batuk - batuk merasakan sakit di dadanya.     

"Alena, kau tahu tadi  Jonathan menghajarku dengan sangat kalap. Ia marah karena Aku menyiksamu. Aku diam saja Alena tidak melawan. Aku tahu Aku salah. makanya Aku diam saja. Aku anggap Aku memang layak menerimanya. Cynthia juga sudah menghajarku habis - habisan. Lihat pipiku sampai terluka begini. Bayangkan saja Alena, dia memukulku dengan alas kakinya.     

Mengapa semua orang menghukum dan menghajarku tetapi Kau sendiri malah terus tertidur. Ayo bangunlah.. pukul Aku .. pukul... Ha.. ha... ha..." Nizam mengambil tangan Alena dan memukulkan ke wajahnya sendiri berkali - kali. Tapi tangan itu terkulai.Kau memang cerdas Alena. Hukuman darimu ternyata lebih berat dari hukuman mereka.     

Aku menyerah Alena, Bangunlah!! Asalkan kau bangun maka Aku berjanji akan bertindak lebih lembut padamu. Dan Aku tidak akan memaksakan cintamu lagi. " Kata Nizam terus mengoceh. Seumur hidupnya Ia belum pernah mengobral janji sebanyak ini. Janji yang keluar dari hati sucinya. Ia akan lebih menstabilkan emosinya.      

Ia tidak akan menyentuh Alena secara paksa lagi. Ia akan selalu menyayangi dan mencintai Alena. Ia akan belajar mempercayainya dan akan menyerahkan segalanya kepada takdir yang di atas. Ia akan berpikir lebih rasional lagi. Nizam lalu terdiam sejenak. Ia menggesek - gesekkan bibirnya ke dagu Alena yang bak sarang lebah tergantung saking eloknya.     

"Oh ya Alena, Tahukah Kau kalau Jonathan pergi meninggalkan rumah ini. Dan ini membuat Arani sangat bersedih, walaupun Kau tahu seperti apa Arani. Dia mencoba menutupi perasaan sedihnya dengan wajah datar tetapi Aku sudah lama hidup dengannya. Dia tidak bisa menyembunyikan kabut dimatanya. Dia sekarang pasti sedang merindukannya.     

Aku tidak tahu kemana dia pergi, Tetapi Aku sangat yakin saat ini Ia pasti sedang berkeluh kesah dengan Edward sekaligus mengadukan segala perlakuanku kepadamu bersama Edward. Dan Kau jugapasti tahu seperti apa Edward, Entah hari ini atau besok Ia akan segera datang dan Aku tinggal menunggu dia menghajarku." Nizam menghapus air matanya yang berderai.     

Jangan khawatir Alena, Kalau seandainya dia besok datang untuk menghajarku, Aku akan diam. Bukankah kau sangat tidak suka kalau Aku melukai Edwardmu itu. Jadi kau bisa tenang sekarang, Aku akan pasrah dan diam saja kalau Ia menghajarku seperti Jonathan menghajarku." Nizam mencium kedua tangan Alena dengan lembut. Lalu menyentuhkan tangan itu satu persatu ke matanya yang basah oleh air mata satu persatu.     

"Alena kau harus tahu, ketika satu persatu sainganku menghilang. Aku sangat lega tetapi siapa sangka kalau Kau sudah menikah dan punya anak tetapi pesonamu masih saja menarik laki - laki lain. Aku selalu kalap dan emosi setiap kali mengetahui ada pria lain yang mencoba merebutmu dariku.      

Aku tidak mengerti bagaimana Pangeran Abbash bisa mencintaimu. Dari mana dia mengetahui tentangmu. Dan mengapa Ia menggunakan segala cara untuk mendekatimu.Begitu banyak wanita cantik di dunia ini. Mengapa Ia menginginkanmu, Bukankah Kau sudah menjadi milikku. Kau adalah milikku dan hanya milikku. Mengapa dia begitu terobsesi denganmu. Dia bahkan menggunakan tubuh orang lain untuk menyentuhmu. Bukankah itu sangat luar biasa. Kau tahu Alena mengapa Aku marah?     

Aku sudah mengatakan kepadamu untuk tidak keluar tanpa pengawalanku.  Itu karena Aku tahu bahwa Pangeran Abbash akan berusaha mencari cara untuk mendekatimu. Bagaimana Aku tidak gila mendengar bahwa Kau disentuhnya dan bahkan kau diciumnya. Walaupun itu melalui perantara orang lain tapi jiwa yang ada di dalam wanita itu jiwanya. Jiwa Pangeran Abbash.      

Edward saja belum pernah berbuat sekurang ajar itu. Alena Aku memang patut kau salahkan. Aku tahu bagaimana semua orang menyumpahiku karena sudah menyiksamu. Aku gelap mata Alena, apakah kau tidak berbelas kasihan sedikit saja untuk memaafkan Aku.      

Jika memang permintaan maafku tidak cukup untuk membuatmu terbangun Lalu Aku harus apa ? Alena Aku memang bersalah setelah mencambukmu malah menyentuhmu secara paksa dan semakin menyakitimu " Nizam menciumi wajah Alena dengan air mata berderai.     

"Aku kalap mendengar Kau ingin berpisah denganku. Bagaimana Aku bisa hidup tanpa dirimu. Kau datang padaku tanpa Aku minta. Kau pupuk cintamu disaat benih cinta belum tumbuh dihatiku. Kau mencuri hatiku tanpa belas kasihan. Kau memporak porandakan idealisme didalam otakku. Kau merenggut ambisiku terhadap dunia ini. Kau telah membelenggu langkahku.     

Tetapi setelah semuanya terjadi. Disaat ruang hatiku hanya terisi olehmu. Disaat bibirku hanya menyebut namamu. Disaat seluruh nasibku kugantungkan kepadamu Kau hendak pergi meninggalkanku. Bagaimana bisa Kau setega itu. Demi Tuhan Alena.. Kau begitu kejam dengan mengatakan itu. Kau  membakar semua emosi yang Aku miliki. Aku menjadi sangat ketakutan. Sehingga Aku hanya bisa melampiaskan semua emosi dan ketakutanku dengan menyentuhmu.     

Aku tidak mampu menguasai perasaanku sendiri. Alena apakah Aku layak untuk menerima permintaan maafmu atau tidak. Atau kau ingin Aku pergi selamanya dalam kehidupanmu " Nizam berkata sambil memeluk Alena dan menangis lirih di dada Alena sampai Ia tertidur dengan isak tangisnya.     

Begitu Nizam terlelap, mata Alena terbuka sedikit, Ia mengintip suaminya yang terlelap di atas dadanya. Airmata Nizam membasahi pakaiannya tembus ke kulit Alena. Setelah Alena yakin Nizam tertidur, Ia lalu mendengus dan berkata perlahan.     

" Kau memang suami sialan !! Setan banget !! Raja setan di atas setan. Seenaknya saja mencambuk orang. Jangan sebut Aku Alena, kalau Aku tidak bisa  membuatmu menangis darah " Kata Alena sangat pelan agar siapapun tidak bisa mendengar suaranya. Alena lalu ikut terlelap. sebelum terlelap tangannya mengusap kepala Nizam perlahan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.