CINTA SEORANG PANGERAN

Maafkan Aku, Alena



Maafkan Aku, Alena

0Semua muka tampak pucat pasi, mata terbelalak dan badan  menjadi kaku mendengar Alena memanggil nama Edward dan tidak mengenali Nizam suaminya sendiri. Edward yang sedang memegang bahu Lila sontak melepaskan pegangannya saking kagetnya. Apalagi ketika kemudian Alena tersenyum dan berkata dengan lembut.     
0

"Edward, sayangku.. ada apa ini ? Mengapa semua orang berkumpul di kamar ini. Ini kamar siapakah ? Dan siapa wanita yang ada didekatmu dan siapa laki - laki yang ada di dekat Cynthia ?" kata Alena sambil tetap tersenyum. Hanya Cynthia yang memahami perkataan Alena. Cynthia mengomel dalam hatinya. ' Keterlaluan si Alena, Ia benar - benar mau balas dendam terhadap Nizam. Sebenarnya Aku kasihan sama Nizam tetapi memang kelakuan Nizam yang kemarin keterlaluan Ia harus diberi pelajaran.' Kata Cynthia sambil menatap Alena dan lalu memuji acting Alena yang terlihat meyakinkan.     

Sedangkan Edward langsung berkata sambil terbata - bata, "Alena Kau salah !! Aku bukan suamimu tapi Aku suami Lila dan suamimu adalah Nizam " Kata Edward sambil menarik tangan Lila dan menggenggamnya dengan erat. Muka Lila terlihat mendung bagaikan cuaca di musim hujan.     

Alena menghela nafas, " Begitulah Laki - laki. Aku tidak mengerti apa maunya. Aku memang wanita yang paling tidak beruntung suami sendiri mengingkari Aku sebagai istrinya. Untuk apa Aku hidup lagi. Kemarin Aku masih ingat sebelum tertidur kau membelai kepalaku dan menyanyikan lagu cinta.  Aku masih ingat kata - kata puitismu yang membelai telinganku " kata Alena sambil turun dari tempat tidur.     

Tapi kepalanya sedikit pusing sehingga Ia sempoyongan dan hampir terjatuh. Secara refleks Nizam menangkap tubuh Alena. Tetapi Alena malah menghindar dan menepiskan tangan Nizam. "Ada apa denganmu ? Siapakah Kau ? Mengapa suami sendiri tidak mengenaliku tetapi laki - laki lain malah bersikap perhatian kepadaku " kata Alena sambil melotot kepada Nizam.     

Nizam semakin pucat pasi tetapi kemudian mukanya merah padam menahan amarah. Di tolak istrinya sendiri dan malah mengakui saingan terberatnya sebagai suami. Tidak ada yang lebih membuatnya murka selain hal ini. Badannya gemetar Ia langsung ingin menghajar Edward. Tangannya terkepal.     

Alena melirik memperhatikan sikap Nizam, Ia benar - benar ingin mengetahui sejauh mana Nizam dapat mengelola emosinya setelah Ia bersumpah dan meratap kemarin. Ia juga ingin Nizam belajar bahwa apa yang dilihatnya tidak selalu benar. Alena sendiri tegang melihat sikap Nizam yang mulai terlihat emosi. Kalau sampai Nizam marah dan mengamuk maka kata - katanya yang kemarin hanyalah omong kosong.     

"Alena.. Kau !! Bagaimana mungkin Kau melupakan Aku, suamimu sendiri. " Nizam berkata sambil menatap Alena.     

"Aku melupakan suami sendiri bagaimana mungkin ? Aku mengingat dengan jelas sebelum Aku tertidur bahwa suamiku adalah Edward. Edward kemarilah.. Kau jangan gila " Kata Alena sambil berjalan dan menghampiri Edward. Edward malah mundur dan Lila semakin erat memegang lengan suaminya.     

"EDWARD !! Apakah Kau ingin Aku mati ? " Kata Alena membuat Lila langsung mendorong Edward ke depan Alena.     

"Ya..ya... Jangan mati Putri Alena, jangan mati. Ini Edward suamimu. Ambillah!! " kata Lila membuat Edward mendelik kesal.     

"Kau wanita tidak berperasaan !! Bagaimana mungkin kau memberikan suamimu sendiri untuk wanita lain " Kata Edward, sambil menoleh kepada istrinya.     

"Putri Alena sedang sakit. Mengapa Kau  menganggapnya serius " Kata Lila sambil berbisik lalu mendorong Edward ke depan.     

Alena tersenyum setelah di depan Edward. Ia lalu menggandeng tangan Edward dengan lembut. " Ayolah kita pulang ke rumah kita "     

"Rumah ?? Rumah yang mana ?" kata Edward kebingungan.      

"Mmmm.. Alena. Ini adalah rumahmu. Edward baru saja membelinya kemarin. jadi Kau tidak usah kemana - mana " Kata Cynthia.     

"Oh.. begitukah ? Tetapi mengapa kamarnya terlihat kumuh sekali. Setahuku Kau anak orang kaya. masa kamar kita seperti ini interiornya" Alena mengerutkan keningnya sambil melihat ke sekeliling kamarnya.     

"Tentu saja ini kumuh karena ini bukan kamarmu tapi ini ruang perawatan. Kau pingsan lebih dari dua hari. Kau baru sadar jadi tentu kau masih bingung. " Kata Cynthia sambil menuntun Alena mengajaknya duduk.     

Nizam masih terpaku tapi kemudian Ia segera berteriak. " Panggilkan semua dokter dan tabib yang ada di rumah ini. CEPAT !! Bagaimana bisa Alena tidak mengenali Aku sebagai suaminya. " Kata Nizam dengan mata merah. Dan kemudian Ia menoleh ke arah Edward.     

"Dan Kau !! Jangan coba - coba memanfaatkan situasi. Awas kalau kau berani menyentuh Alena maka tanganmu akan putus " kata Nizam sambil menunjuk ke arah Edward.     

"Kau jangan gila Nizam !! Apa salah Edward ? " kata Cynthia sambil melotot, lalu melanjutkan perkataannya     

"Kapan Kau akan berubah ? Kau selalu cepat naik darah. Mungkin Alena melupakanmu karena tidak ingin mengingatmu lagi ? Lalu apa salah Edward dalam hal ini ? " Kata Cynthia. Nizam lalu terdiam Ia kemudian menatap Edward yang sedang berdiri sambil kebingungan.     

"Kau benar Cynthia. Edward tidak salah. Aku yang salah. Alena memang tidak ingin mengingatku sebagai suaminya. Selama Ia tidak sadarkan diri pasti Ia sangat ingin melupakan Aku. Aku suaminya yang tidak berperasaan. Kalau saja Ia dulu memilih Edward mungkin sekarang Ia dan Edward telah hidup berbahagia." kata Nizam sambil kemudian memalingkan wajahnya dan berjalan menuju pintu keluar.     

"Kau  mau kemana ?" Kata Edward sambil berlari mengejar Nizam.     

"Aku sebaiknya pergi menenangkan diriku. Aku tidak akan tahan melihat Alena menganggapmu sebagai   suami. Aku memang bisa belajar bersabar untuk apapun tetapi Alena adalah kelemahanku. Aku selalu tidak bisa menahan diri kalau sudah menyangkut Alena." Kata Nizam dengan sedih. Ia lalu berjalan dengan kepala sedikit tertunduk bagaikan prajurit kalah perang.     

"Aku memahamimu Nizam. Kita para lelaki memang bisa tegar terhadap apapun tetapi kita akan lemah ketika menyangkut seseorang yang kita cintai siapapun itu. Seharusnya para wanita lebih memahami itu dan tidak melakukan hal yang membuat kita cemburu sehingga kita menjadi lepas kendali" Kata Edward sambil memeluk bahu Nizam dari belakang dan mengajaknya keluar meninggalkan Cynthia, Alena dan Lila yang tercengang mendengar kata - kata Edward yang seperti menohok ulu hati mereka. Mereka bertiga jadi saling berpandangan mata.     

Apalagi Alena, kata - kata Edward seperti menampar mukanya. Ia memang marah kepada Nizam karena telah mencambuknya tetapi siapa yang memancing Nizam melakukan itu. Bukankah dirinya yang memang sudah keterlaluan melanggar perintah Nizam. Sudah tahu suaminya posesif tetapi Alena malah melakukan hal yang membuat suaminya marah dan cemburu. Memang Pangeran Abbash yang salah tetapi kalau Alena tidak keluar diam - diam tentu kejadian itu tidak akan menimpanya.      

Alena segera berdiri dan mengejar Nizam lalu Ia memeluk pinggang Nizam. Nizam terkejut dan sebelum Ia berkata apapun Alena menangis dengan keras. "Aku minta maaf Nizam. Aku yang salah. Maafkan Aku sudah membuatmu kehilangan kendalimu "     

Nizam memegang kedua bahu Alena dan merenggangkan pelukan Alena. " Apakah Kau mengenaliku ? Apakah Kau mengenaliku sebagai suamimu?" Nizam berkata dengan suara gemetar.      

Alena menganggukkan kepalanya. "Bagaimana mungkin Aku melupakan Kau sebagai suamiku karena Kau akan selalu ada dihatiku selamanya " Kata Alena sambil menghapus air matanya. Nizam menjatuhkan lututnya di hadapan Alena dan memeluk Alena.      

Para pelayan dan penjaga yang melihat Nizam berlutut langsung ikut berlutut lalu membungkukkan badannya agar posisi mereka ada di bawah Nizam. Nizam menangis sambil memeluk pinggang Alena dengan erat.     

"Maafkan Aku Alena. Maafkan Aku. Aku memang suami yang tidak berperasaan. Aku menyesal telah melakukan semua itu. Tetapi walaupun Aku begitu jahat kepadamu, tolong jangan tinggalkan Aku. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Kalau kau mau kau boleh mencambukku sekarang sebagai balasan atas perbuatanmu " Kata Nizam sambil menempelkan mukanya ke perut Alena.     

"Tidak, Aku tidak menginginkan itu. Melihatmu menyesal Aku merasa sudah cukup untuk menghukummu " Kata Alena.     

"Terima kasih Alena, Kau adalah anugrah terindah dalam hidupku. Ayo kita ke kamar Kita. Aku ingin menebus semua kesalahanku" Kata Nizam sambil  berdiri lalu menggendong Alena dan berjalan membawa Alena ke kamar mereka.     

Edward tersenyum melihat mereka tetapi kemudian Ia teringat sesuatu. Ia berpaling ke arah Cynthia dan Lila yang sedang mengusap air mata bahagia melihat Alena dan Nizam saling memaafkan.     

"Jangan bilang kalian sudah tahu sebelumnya Kalau Alena hanya pura - pura hilang ingatan " kata Edward sambil cemberut. Lila dan Cynthia malah tertawa cekikikan. Lila memang sudah tahu kalau Alena akan berpura - pura lupa ingatan karena Ia sebelumnya sudah ditelepon oleh Alena.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.