CINTA SEORANG PANGERAN

It\'s So Romantic



It\'s So Romantic

0Nizam membawa Alena ke kamar mereka yang romantis itu. Para penjaga langsung pergi begitu Nizam membuka kamar itu menggunakan telapak tangannya. Para penjaga selalu berjaga di depan kamar itu walaupun kamar itu jarang ditempati dan para pelayan atas perintah Bastnah tetap membersihkan kamarnya setiap hari. Mereka selalu mengganti spreinya dan membuat kamar itu selalu harum dan penuh bunga.     
0

Kamar itu sekarang bernuasa ungu yang begitu romantis. Bunga - bunga yang menghiasi setiap sudut kamar adalah rangkaian bunga tulip, anggrek dan mawar yang semuanya berwarna ungu. sehingga  menambah suasana yang romantis. Nizam membaringkan tubuh Alena di atas ranjang berseprei yang juga berwarna ungu muda dengan renda - renda yang menyambung sampai ke atas atap yang berkelambu kain tule lembut.     

Alena sangat takjub melihat kamar yang begitu indah. "Nizam, apakah kau mendekorasi kamar ini? kapan kau lakukan itu ? Seingatku terakhir kita tidur di sini dekorasinya tidak seindah ini "     

Nizam menggelengkan kepalanya. "Bastnah yang bertanggung jawab atas kamar ini. Aku juga tidak tahu kalau Ia memiliki selera yang bagus untuk mendekorasi kamar ini. " kata Nizam sambil tersenyum bahagia.     

"Apakah kau haus ? Kau ingin minum sesuatu atau ingin makan sesuatu ? Bastnah selalu meletakkan berbagai macam makanan di atas meja kecil sana " Kata Nizam sambil menunjuk meja yang memang diatasnya berderet berbagai macam toples kaca yang berisi buah - buahan kering seperti buah kurma, manisan peach kering, kismis, berbagai macam jenis kacang, buah plum kering, manisan mangga kering dan berbagai permen jely yang rasanya manis atau sedikit asam.      

Alena menganggukkan kepalanya, " Aku haus, ingin minum yang manis - manis sedikit asam " Kata Alena sambil berbaring bersender ke atas bantal yang tersusun rapih.     

Nizam langsung membawa minuman dari kulkas berukuran sedang yang ada disamping meja itu. Di dalam kulkas juga terdapat berbagai buah - buahan yang sudah siap makan. Minuman ringan tersusun dengan rapih, Nizam mengambil dua botol orange juice dan dua botol minuman coklat. Ia juga mengambil buah anggur dan menyimpannya dalam sebuah meja beroda lalu Ia mengambil berbagai toples yang menurutnya akan disukai Alena.     

Alena melihat Nizam yang begitu sibuk melayaninya, matanya jadi sangat lembut dan merasa iba. Nizam seperti mendapatkan firasat kalau Alena sedang memandangnya Ia lalu memalingkan wajahnya dan balas menatap Alena. Nizam tersenyum sambil menganggukan kepalanya. Ia lalu mendorong meja makanan itu ke samping Alena.     

"Biarkan hambamu ini melayani Tuan Putri yang tercantik di dunia untuk menebus perasaan bersalah hamba.. " kata Nizam sambil membuka botol jus jeruknya dan memberikan kepada Alena. Alena tersenyum dengan mata berkaca - kaca Alena mengucapkan terima kasih.     

"Terima kasih Yang mulia.. " Kata Alena sambil meminum jusnya. Badannya yang letih langsung merasa segar.     

"Kau ingin apa ? Pingsan begitu lama pasti membuatmu lapar. Atau kau ingin Aku meminta pelayan untuk membawakan sesuatu " kata Nizam sambil mengelus tangan Alena yang begitu halus.     

Alena menggelengkan kepalanya, "Aku tidak lapar, Maafkan Aku Nizam." Kata Alena sambil menggenggam tangan Nizam dengan lembut. Ia lalu mengangkat tangan itu ke mukanya. Menyentuhkan ke mata kiri dan kanannya lalu menciumnya dengan lembut.     

Nizam merasakan bulu kuduknya merinding. Ia menarik tangannya tetapi Alena malah menahannya dan memasukan telunjuk dan jari tengah tangan Nizam ke mulutnya dan mengulumnya dengan lembut. Nizam merasakan seluruh tubuhnya menjadi tegang.     

'Alena tolong.. jangan !! " kata Nizam sambil menarik paksa telunjuknya. Alena malah tertawa lembut memperlihatkan geliginya yang putih bersinar bagaikan mutiara.     

"Mengapa Nizam ? Kau tidak ingin menyentuhku ? " kata Alena sambil merangkul leher Nizam dan membenamkan mukanya ke leher Nizam yang mulai berkeringat.     

"Tidak ! kau baru siuman dari pingsan yang lama. Kau pasti sekarang sangat lemas. Aku tidak ingin menyakitimu lagi. Aku akan belajar menahan diri sekarang dan akan selalu meminta izin sebelum menyentuhku " Kata Nizam membuat Alena malah mencebikkan bibirnya dengan lucu.     

"Ada kabar baik dan kabar buruk yang berkaitan dengan  pernyataanmu barusan. Kau pilih mau kabar buruk dulu atau kabar baik dulu " kata Alena sambil menghirup leher Nizam dan menjulurkan lidahnya menelusuri kulit coklat halus bagaikan pualam.      

Tubuh Nizam bagaikan disengat ribuan aliran listrik secara bersamaan. Ia memegang kepala Alena dan berusaha menarik kepalanya dari serbuan lidah Alena.     

"Jangan honey..please. Kau bisa membuatku lepas kendali lagi. Aku sungguh tidak ingin menyakitimu lagi. Aku membawamu ke sini bukan untuk bercinta. Aku hanya melayanimu dengan tenang untuk menebus semua rasa bersalahku. Honey jangan lakukan ini.  Jangan bangkitkan ular yang sedang tertidur" Kata Nizam sambil menggigit bibirnya yang indah itu menahan rasa yang semakin menguar liar menyeruak menerobos segenap dinding pertahanan pada tubuhnya. Ia tidak kuasa menahan lidah Alena yang terus menerus menyapu permukaan kulit pada lehernya.     

"Aku suruh Kau memilih berita baik atau buruk tetapi malah berkata yang tidak - tidak" Kata Alena sambil menarik mukanya dan Ia lalu menggores leher Nizam yang basah oleh telunjuknya secara perlahan dari mulai ujung dagu lalu turun ke bawah dan melewati jakun Nizam sampai ke dadanya.     

Nafas Nizam memburu bagaikan habis berlari jauh. Ia mencengkram sprei dengan kuat agar Ia dapat menahan dirinya. Mukanya terlihat memerah dan terasa panas. Matanya sudah sangat sayu tanda Ia sedang sangat bergairah.     

Alena malah menggesekkan lututnya ke arah tulang selangka Nizam dan mulai bergerak nakal menuju titik yang paling sensitif bagi Nizam. Tetapi ketika lutut Kaki Alena sudah menyentuhnya tangan Nizam bergerak dengan cepat Ia menahan lutut Alena dengan telapak tangannya agar lutut itu tidak menyentuhnya.      

"Baiklah.. baik. Aku mohon.. Aku mohon jangan bergerak lagi. Aku merasa badanku sangat panas. Ya Tuhan.. Alena.. Aku merasakan sangat panas.." Kata Nizam sambil menggeliat tetapi Ia tidak ingin membiarkan perasaan liar itu mengalahkannya.     

"Aku memilih berita baik dulu.. eh tidak..tidak... aaah Alena jangan menggigit leherku.. Kau !! Mengapa Kau menghisapnya.." Nizam jadi bingung. Ia bingung yang manakah yang Ia harus pegang. Kalau Ia  memegang kepala Alena dan menghentikan serbuan lidah dan bibir Alena pada lehernya maka lutut Alena akan menggesek - gesek titik sensitifnya. Kalau Ia menahan lutut Alena maka lehernya yang kena. Apalagi sekarang tangan Alena mulai ikut bermain. Tangan itu meluncur masuk melalui jubahnya yang berwarna putih  dan menyentuh titik sensitif lainnya. Nizam mengerang ketika tangan Alena memilin sesuatu.     

"Baik atau buruk ? Buruk atau baik ?" kata Alena sambil terus menggerakkan ujung telunjuk dan ibu jarinya.     

"Aah.. Alena. Kau sangat nakal.. Kau membuat Aku tidak berdaya seperti ini. Aku.. mmm..aah.. pilih berita baik" Kata Nizam sambil akhirnya mencengkram bahu Alena dan membiarkan Alena berbuat sekehendak hatinya. ALena tersenyum sambil membenamkan mulutnya ke mulut Nizam yang terbuka lebar karena mendesah terus menerus.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.