CINTA SEORANG PANGERAN

Berita Baik dan Berita Buruk



Berita Baik dan Berita Buruk

0Alena lalu memindahkan tubuhnya ke atas sambil meringis. Ia tidak mau ada di bawah tubuh Nizam karena tubuh bagian belakangnya yang masih sangat perih dan sakit, apalagi kalau tertimpa tubuh Nizam. Nizam yang kini sedang berbaring  dibawah tubuhnya langsung memeluk leher Alena dan berbisik dengan penuh rasa penyesalan. "Sangat sakitkah ? " Kata Nizam sambil mengelus - ngelus kepala Alena.      
0

Alena menganggukan kepalanya sambil membenamkan kepalanya di leher Nizam. Nizam semakin erat memeluk Alena sambil menangis lirih. "Maafkan Aku Alena. Aku sungguh suami yang tidak berperasaan. Aku sangat menyesal, Ya Tuhan.. Andaikan kau bisa merasakan apa yang kurasakan saat melihat Kau terkapar tidak berdaya. Ini sangat menyakitkan. Alena Aku gelap mata.. " Kata Nizam sambil terisak lirih. Tetapi kemudian isak tangisnya terhenti karena Alena malah membenamkan tubuhnya ke atas tubuh Nizam. Apalagi kemudian Alena malah bergerak aktif di atas tubuh suaminya.     

Tubuh Nizam terkejang dengan kaki terbuka lebar. Mata Nizam yang basah oleh air mata menjadi terbelalak indah. Ia tidak mengira Alena malah membuatnya kalang kabut. Padahal niatnya membawa Alena ke kamar ini adalah benar - benar murni hanya ingin melayani Alena, mengobrol dari hati ke hati dan bila perlu memijat tubuh Alena.     

" Mengapa kau lakukan ini ? Sayangku..." Nizam menggeliat ketika tubuh Alena bergerak. Nizam memegang pinggang ramping Alena. Sebenarnya tubuh Nizam sendiri memang kurang fit karena Ia sudah dua hari tidak makan selain bubur gandum yang dipaksakan oleh Arani dan Nayla. Ia juga kurang tidur karena Ia pergunakan waktunya untuk menunggui Alena dan sholat malam untuk berdoa agar Alena cepat sadar. Jadi Ia memang sedikit tidak berdaya. Ketika Alena melakukan apapun terhadap tubuhnya.     

Nizam juga tidak mengerti mengapa Alena yang baru sadar dari pingsannya malah seperti kuda liar yang bergerak dengan gagah berani. Berlari kencang menerjang segala rintangan. Mengapa Ia tidak lemas atau pusing atau merasa lelah.     

"Alena..aah.. mengapa badanmu kuat sekali? Bukankah kau baru siuman dari pingsan selama hampir tiga hari. Jangan Honey.. Aku mohon. Nanti Kau malah jadi sakit. Aku mmm... Alena.. please honey.. don't do this " Nizam terus menggeliat - geliat. Mukanya semakin memerah dan mulutnya tidak berhenti berdesis. Tubuhnya semakin tegang dalam penguasaan istrinya.     

"Aku tidak lemas Nizam, Aku kuat.. Kau jangan khawatir.. " Kata Alena malah semakin nakal menggerakkan tubuhnya.     

"Kau gadis nakal.. Alena.." Nizam menggigit bibirnya Ia tidak ingin bersuara tetapi kemudian Ia menjadi ribut sendiri karena gerakan tubuh  Alena.     

" Nizam, Aku beritahukan kepadamu kalau berita baiknya adalah Aku membebaskan dirimu untuk menyentuhku tanpa harus minta izin terlebih dahulu. Asalkan kau memang mau berusaha sendiri kalau Aku sedang kelelahan." Kata Alena sambil tersenyum genit. Nizam mengeluh dan mendesah ketika Alena menggoyangkan tubuhnya. Nizam mengerang sambil terbata - bata menjawab pernyataan istrinya. Perasaannya sudah tidak karuan Ia bagaikan sedang berjalan - jalan di awan. Tubuhnya bagaikan melayang - layang di angkasa.     

"A..aku sangat  setuju.. terima kasih..." Kata Nizam sambil memejamkan matanya dengan bibir gemetar. Tangan Alena menelusuri dada Nizam dan bermain di atasnya membuat tubuh Nizam semakin  menggeliat. Ia paling tidak tahan Alena bermain di dadanya.     

"Geli.. Alena. jangan!! " Kata Nizam sambil memegang tangan Alena. Alena menyingkirkan tangan Nizam. " Diamlah !! Biarkan Aku memuaskanmu " Kata Alena sambil kembali bergerak. Nizam hanya mengangguk pasrah. Nizam kini tidak memprotes lagi, Ia malahan menikmati setiap gerakan Alena. Alena melihat Nizam yang mulai pasra dan   menikmati gerakannya, Alena lalu melanjutkan perkataannya.     

Mulut Nizam sedang meracau ketika kemudian Alena berkata lagi. " Berita buruknya adalah, sebenarnya Aku pingsan cuma sebentar. Jadi Aku sengaja tidak bangun untuk memberikan pelajaran kepadamu. Makanya Aku tidak lemas sekarang karena Aku makan dan minum seperti biasa" Kata Alena berterus terang.     

Mata Nizam yang terpejam dengan mulut meracau kini terbelalak kaget dengan mulut terbuka lebar. Beraninya Alena menipu dirinya. Nizam mau bangun tetapi Alena malah menekan dada Nizam ke bawah agar berbaring lagi sambil menghentakan tubuhnya ke depan lalu memutar pinggulnya.     

Alena  membuat mulut Nizam yang terbuka lebar menjadi mengerucut dan mata yang terbelalak menjadi terbeliak dan mulut Nizam kemudian merintih. Tubuhnya ingin sekali lepas dari kendali Alena dan mengajak Alena berbicara serius tentang tipuannya kepada dirinya. Tetapi Alena tidak memberikan suaminya kesempatan untuk berbicara apapun.     

Alena  sibuk membuat suaminya terus terbang ke awang - awang. Ketika Nizam tampak sangat menikmati gerakan tubuh Alena dan melupakan apa yang barusan Alena katakan.     

Alena kembali berbisik lagi. "Kau mau memaafkan Aku bukan ? " kata Alena sambil mencium bibir Nizam. Nizam mengerutkan keningnya tetapi kemudia Ia  menganggukkan kepalanya.     

"Aku tidak marah.. Alena.. Aku merasakan.. auch... Kau..mmmm... I feel so good sweetheart. " ceracau Nizam  sambil menggigit bibirnya sendiri. Keringatnya bercucuran membasahi dadanya. Tangannya kini hinggap di dada Alena dan mulai merasakan air susu yang mengalir membasahi jemarinya. Alena menatap tangan suaminya yang basah.     

"Itu buat si kembar. Jangan terlalu kuat memegangnya.." Bisik Alena membuat Nizam mengalihkan pegangannya ke lengan Alena sambil tersenyum. " Iya... Aku tidak akan menyentuhnya. Aku lupa.." kata Nizam sambil berkata dengan perlahan. Ia lalu hanya terlentang pasrah dan kedua tangannya dipegang Alena dan disimpan di atas kepalanya. Mulut Nizam lalu bersuara keras, Ia seakan ingin meluapkan apa yang sedang dirasakannya saat ini.     

Mulut Nizam terus  bersuara ribut. Melihat suaminya begitu ribut tidak seperti biasanya. Alena menjadi semakin sibuk bergerak dan ketika Ia melihat tubuh suaminya bergetar dan mulutnya memekik Alena menutup bibirnya dengan lembut dan membungkam jeritan suaminya yang kini tertahan di dalam mulutnya. Tubuh Alena lalu terhempas dan bergulir disamping tubuh Nizam.      

Dan ketika semuanya berlalu Nizam berbaring di dada Alena sambil bercucuran keringat. Matanya terpejam rapat, mukanya menyiratkan kepuasan dan kebahagiaan setelah peristiwa yang mengharu biru kemarin. Bahkan air matanya kembali menetes membasahi pipinya.      

Alena mengelus kepala suaminya dengan lembut. "Nizaam... Aku mau menengok si kembar. kau jangan berbaring seperti ini " Kata Alena. Tapi Nizam tidak terdengar suaranya. Yang terdengar malah suara dengkur yang halus. Selama Alena pingsan Nizam kurang tidur dan selalu menjaga Alena. Ia pergi meninggalkan Alena kalau Ia sholat atau ke kamar mandi. Sehingga ketika perasaannya sudah nyaman, Nizam langsung terlelap.     

Alena membelai wajah suaminya, Ia tahu Nizam ternyata tertidur. Alena malah bangkit. Ia merasakan dadanya bengkak karena tadi baru dipompa sedikit. Ia lalu menyingkirkan kepala Nizam yang tertidur di dadanya. " Nizam bangunlah..." Kata Alena dengan lembut. Membuat Nizam kemudian terbangun dan mengguman.     

Nizam malah merangkul pinggang Alena dengan erat. " Jangan pergi Alena. Aku masih merasa takut kehilanganmu " kata Nizam sambil kembali membaringkan kepalanya ke dada Alena.     

"Aku tidak akan kemana - mana. Aku hanya ingin melihat si kembar. Aku ingin menyusuinya. Mereka pasti sudah kehausan "     

"Tapi Aku masih lelah.." Kata Nizam sambil tetap memeluk Alena dengan erat.     

"Kau tidurlah. Biar Aku pergi sendiri. " kata Alena sambil mengelus lengan yang memeluk pinggangnya dengan erat.     

"Aku tidak ingin Kau pergi sendiri.. Aku takut Pangeran Abbash akan mengejarmu sampai ke sini " Kata Nizam sambil tetap memeluk Alena.     

"Bagaimana mungkin, Nizam ? Ini rumahmu. Bagaimana bisa Ia kesini. Kau memiliki banyak pengawal sehingga mudah bagimu membunuhnya. kau bunuh saja Ia. Ia sudah banyak melakukan kejahatan kepada kita " Alena terlihat sangat kesal dan geram kepada Pangeran Abbash.     

"Dia memiliki ilmu yang tinggi. Ia menguasai ilmu mistis, Alena. Dan itu diluar jangkauanku. Aku takut dia melakukan hal yang berkaitan dengan mistis kepadamu. Lolita itu menjadi korbannya perbuatan mistisnya. Aku belum menemukan cara untuk menghadapinya. Ayo Aku antar Kau menemui si kembar" Kata Nizam sambil bangkit menggosok matanya yang sayu. Matanya yang indah itu berkerlap kerlip lucu. Rambutnya yang coklat  acak - acakan.     

"Tapi kau masih terlihat mengantuk Nizam. " Kata Alena sambil memegang bahu Nizam dan membaringkannya kembali. "Tidurlah.. Nizam. Biar Aku akan menyuruh  Nora saja agar sikembar di bawa ke sini. " Kata Alena sambil menepuk punggung Nizam dengan lembut bagaikan menina bobokan bayinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.