CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Bukan Alena.



Aku Bukan Alena.

0Dia sebuah kamar tampak seorang laki-laki sedang memeluk wanita muda yang sangat cantik. Tubuh mereka tampak basah kuyup oleh keringat. Mulut laki - laki itu terus meracau memanggil - manggil nama Alena membuat wanita itu menjadi jengah dan Ia lalu mendorong dada laki - laki itu sambil mendengus. " Aku ini Amrita Yang Mulia. Bukan putri Alena. Mengapa Yang Mulia terus memanggil nama itu " Kata Amrita sambil cemberut.      
0

Tetapi kemudian tangan kiri laki - laki itu langsung mencekiknya. "Kau berani benar membangunkan Aku dari mimpi indahku ?" Katanya sambil mencengkram leher jenjang, putih dan indah itu. Amrita langsung gelagapan dan memegang tangan laki - laki tampan  berkulit putih. Wajahnya yang sebenarnya terlihat begitu lembut itu sangat menakutkan.      

" Ohok..ouch.. Pangeran.. Yang Mulia Pangeran Abbash. Lepaskan hamba!!" Amrita meronta - ronta dengan nafas hampir terputus. Pangeran Abbash lalu melepaskan leher itu sambil bersungut - sungut kesal. Ia lalu meraih jubahnya dan mengenakannya. Lalu turun dari ranjang dengan wajah kusut. Ia lalu berdiri di samping jendela dan meminum segelas anggur sambil menerawang. Lalu berkata dengan suara keras.     

"Aku memegang tanganmu, putriku. Aku mencium bibirmu yang lembut. Aku sangat menginginkanmu. Belum pernah seumur hidupku Aku mencintai seorang wanita seperti Aku mencintaimu." Pangeran Abbash meneteskan air matanya sambil tampak sangat sedih.     

"Putriku betapa sangat menyakitkan ketika dua pria bodoh itu bercerita bagaimana suamimu yang idiot itu mencambukmu dan memaksamu melayaninya dengan tidak berperikemanusiaan. Bagaimana bisa tubuhmu yang begitu mungil dan lembut itu dianiaya secara biadab. Mengapa kau tidak lari kepadaku. Aku bersumpah demi apapun di dunia ini, Aku tidak akan pernah memperlakukanmu secara kasar. Aku akan selalu berlaku lembut. Aku akan setia disepanjang hidupku" Kata Pangeran Abbash dengan lirih.      

Amrita mendengarkan sambil mengusap - ngusap lehernya yang masih terasa sakit. Malam ini Pangeran Abbash menyentuhnya berkali - kali sampai Ia merasakan kesakitan tetapi mulut Pangeran Abbash malah meracau menyebut - nyebut nama Alena. Bagaimana Ia akhirnya bisa bertahan. Ia yang merasakan kesakitan tapi Pangeran Abbash menganggapnya Alena.      

Ia mengenal sifat Pangeran Abbash sebagai orang yang hidup seenaknya. Ia hidup melaksanakan perintah kakaknya untuk kepuasan dirinya sendiri. Ia hidup bersama banyak wanita tetapi tidak ada satupun yang Ia sukai. Gadis - gadis itu hanya Ia sentuh sekali lalu Pangeran Abbash menendangnya bagaikan seonggok sampah. Hanya Amrita yang bertahan disisinya sejak mereka kecil.     

Pangeran Abbash tidak mencintai Amrita sebagaimana halnya Amrita mencintai Pangeran Abbash. Ia hanya menganggap Amrita adalah teman semasa kecilnya. Dan Pangeran Abbash menganggapnya sebagai tempat curhat, bertukar pikiran dan satu - satunya temannya yang bertahan disisinya.     

"Mengapa Kau menginginkan istri orang Yang Mulia. Begitu banyak wanita di muka ini. Mengapa harus istri Yang Mulia Nizam. Seandainya wanita lain mungkin Aku akan berusaha mendapatkannya untukmu " Kata Amrita sambil turun dari tempat tidur dan menuang minuman dalam botol lalu ikut minum bersama Pangeran Abbash.     

"Dia begitu cantik, polos dan lembut. Dia adalah wanita lucu dan menggairahkan. Hanya dengan menatap gambarnya saja di handphoneku Aku sudah merasa sangat bergairah. Dia adalah tipe wanita yang nakal dan menggemaskan. Aku bisa merasakannya saat Aku menyentuhnya. Amrita mengapa cinta begitu menyakitkan. Aku merasa hidupku tidak adil.     

Seumur hidupku, Aku belum pernah jatuh cinta. Tetapi mengapa sekalinya Aku jatuh cinta Aku malah mencintai Alena. Istrinya Pangeran Nizam" Kata Pangeran Abbash meratapi  nasibnya yang malang.     

'Itu adalah karmamu. Kau sudah banyak berdosa terhadap para gadis. Kau memanfaatkan wajahmu untuk menarik mereka ke dalam pelukanmu lalu mencampakkannya setelah mendapatkan apa yang kau inginkan. Sekarang baru kau tahu bagaimana rasanya jatuh cinta itu.      

Jatuh cinta itu sakit. Sangat menyakitkan ketika cinta itu tidak terbalas. Bertahun - tahun Aku mencintaimu tapi kau malah mencintai wanita lain. Kau sudah menodaiku berkali - kali hingga tidak mungkin Aku memiliki seorang suami karena tubuhku sudah menjadi sampah' Amrita berkata dalam hatinya. Ia tidak berani mengatakan itu di depan Pangeran Abbash.      

Ia hapal betul bagaimana sifat temannya itu. Ia sangat tidak suka kalau ada keinginannya yang tidak tercapai. Ia terbiasa dimanjakan sejak kecil apapun keinginannya selalu dapat dilaksanakan. Kali ini Pangeran Abbash terkena batunya. Sekalinya jatuh cinta Ia jatuh cinta terhadap istri seorang Putra Mahkota. Pangeran di atas pangeran di seluruh kerajaan di Jazirah sahara. Nizam yang tidak terkalahkan karena keterampilan dan kecerdasannya.     

Pangeran Abbash sendiri sangat menyadari bahwa Ia tidak akan bisa mengalahkan Nizam secara fisik sehingga Ia mencari cara lain untuk bisa melawan Nizam. Ia mencari seorang guru spiritual dan mulai belajar berbagai macam ilmu mistis dan hasilnya walaupun belum sempurna tetapi Pangeran Abbash sudah bisa menyentuh Alena walaupun demi perantara tubuh orang lain.     

"Apakah Kau pikir hidupku tidak adil ? " Tanya Pangeran Abbash sambil melemparkan gelasnya ke luar jendela. Pecahan gelas menabrak batang pohon yang ada di depan sehingga jatuh berderai ke bawah.     

"Mengapa Pangeran sialan itu memiliki segalanya yang tidak kumiliki. Ia memiliki tahta dan wanita sekaligus. Ia juga memiliki harta yang banyak. Ia juga memiliki otak yang begitu pintar " Kata Pangeran Abbash sambil tertawa tetapi airmatanya menetes.     

"Apa yang dimiliki Pangeran Nizam juga dimiliki oleh Yang Mulia. Yang Mulia juga tampan dan sangat kaya. Yang Mulia hanya tidak memiliki tahta." Kata Amrita mencoba membujuk teman semasa kecilnya itu.     

"Aku tidak perduli dengan tahta dan harta. Aku hanya menginginkan Alena.. Alena. Mengapa Kau bukan Alena ? Mengapa harus Nizam yang bertemu Alena duluan. Mengapa bukan Aku ? Mengapa Amrita ? " Kata Pangeran Abbash seperti anak kecil. Pangeran Abbash yang kejam dan tidak berperikemanusian itu malah menjadi sangat menyedihkan.     

Dia seperti bukan pria yang Amrita kenal selama ini. Pangeran Abbash seumur hidupnya tidak pernah menangis tapi sekarang air mata itu terus menetes membasahi pipinya.     

"Sebenarnya apa Yang Mulia inginkan dari wanita itu. Dia itu sisa orang, Dia bekas disentuh Pangeran Nizam dan bahkan sudah melahirkan anak - anaknya..Akh " Amrita malah ditampar Pangeran Abbash sampai berdarah bibirnya.     

"Jaga mulutmu!! Bagiku dia bukan bekas orang. Dia adalah wanita yang paling suci di dunia ini. Dia sudah disentuh orang  karena memang dia istri orang itu. Tetapi Kau adalah wanita murahan. Kau sudah Aku sentuh berkali - kali tapi Kau bukan siapa - siapaku. Kau adalah wanita murahan yang membiarkan dirimu disentuh oleh orang yang bukan suamimu" Kata Pangeran Abbash dengan kejam.     

"Kau memang bukan manusia tetapi Kau adalah iblis berwujud manusia. Semoga Tuhan suatu hari nanti akan menghukummu" Kata Amrita sambil berlari keluar kamar sambil menangis.     

"Aku akan buktikan kepadamu bahwa Alena akan menjadi milikku. Malam ini Aku akan menyusup ke rumah Nizam untuk menyelidiki calon istriku itu"     

"Aku tidak perduli apapun yang akan kau lakukan. Semoga kau membusuk di penjara" Kata Amrita sambil menangis sedih. Ia adalah anak perdana menteri kerajaan Zamron sehingga Pangeran Abbash sendiri tidak berani berbuat apa -apa pada Amrita.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.