CINTA SEORANG PANGERAN

Nona Zarina Anda dipanggil Putri Alena



Nona Zarina Anda dipanggil Putri Alena

0Amar menegang mendengar kata - kata Zarina tetapi kemudian dengan cepat Ia menguasai emosinya. Wajah kelamnya kembali berubah menjadi berseri.     
0

"Tidak apa - apa, Zarina. Aku tidak akan menyentuhmu kecuali kalau Kau yang meminta " Kata Amar sambil tersenyum mesum. Tidak apa - apa sepanjang ada air salwahya di Azura mengapa Ia harus kalah dengan seorang perempuan. Amar berpikir sambil senyum - senyum tetapi Zarina langsung melotot.     

"Aku tidak akan pernah memintanya, dan jangan berpikir kau akan menggunakan obat aprodisiak kepadaku. Karena kalau kau menggunakannya Aku akan langsung meminta cerai" Kata Zarina dengan galak.     

Mulut Amar langsung terkatup rapat bagaikan terkunci. Mukanya sedikit pucat, bagaimana Zarina bisa menebak pikirannya.     

"Aku ingin mati dalam keadaan suci karena aku akan memberikan kesucianku ini hanya untuk Pangeran Thalal. Walaupun tidak pada kehidupan sekarang mungkin di kehidupan yang akan datang. Aku bersedia kau nikahi hanya untuk mendapatkan perlindunganmu. Kau boleh mengambil istri lain sebanyak yang kau inginkan asalkan Kau tidak menyentuhku " Kata Zarina dengan tegas.     

"Bagaimana bisa Kau berkata sekejam itu, Zarina" Kata Amar dengan lembut     

"Bukankah Kau tadi menawarkan perlindungan kepadaku ? Hanya perlindungan saja. Aku hanya ingin tinggal di sini untuk memasak bagi Pangeran Thalal. Aku juga hanya ingin melihat wajahnya walaupun hanya sembunyi - sembunyi. Kalau kau setuju maka Aku bersedia kau nikahi. Tetapi jika kau menolaknya maka  Aku akan pergi dari rumah ini" Kata Zarina dengan wajah serius.     

Saat ini Amar ada pada posisi yang kalah sehingga kemudian Ia menjawab, 'Baiklah.. Aku menyujui apapun syaratnya tetapi Aku juga memiliki satu permintaan kepadamu" Kata Amar mencoba bernegosiasi.     

"Aku tidak akan pernah menggunakan obat apapun kepadamu tetapi jika suatu hari nanti secara naluri kau menyerahkan dirimu untuk aku sentuh maka saat itu juga kau harus melupakan Pangeran Thalal dan mulai belajar untuk mencintaiku" Kata Amar sambil menegakkan badannya.     

Mendengar kata - kata Amar, Zarina menjadi pucat pasi. Apa maksudnya dengan menyerah secara naluri. Apakah suatu hari nanti Ia akan tertarik untuk bercinta dengan laki - laki yang tidak Ia cintai. Zarina menggelengkan kepalanya dan berkata dengan gemetar.     

"Itu tidak akan mungkin. Aku tidak akan mau Kau sentuh.." Kata Zarina     

"Aku tidak berandai - andai sekarang. Aku hanya ingin syaratku ini kau penuhi walaupun itu sangat mustahil." Kata Amar dengan penuh percaya diri.     

Wajah Amar sangat tampan Tubuhnya juga tinggi, tetapi tidak terlalu besar dan tegap Ia benar - benar seorang jendral yang gagah dan tampan. Ia bertekad akan membuat Zarina bertekuk lutut di kakinya dan merangkak ketika Zarina menyerah kepadanya secara naluri kewanitaannya. Zarina tampak ragu  - ragu. Ia merasa tatapan Amar penuh dengan intimidasi. Tetapi kemudian Zarina mengangguk setuju.     

"Aku setuju.. " Kata Zarina. Tetapi Amar masih belum puas, Ia lalu mengeluarkan handphonenya dan berkata. "Katakanlah kesepakatan yang tadi. Aku akan merekamnya sehingga Kau tidak akan mengingkari janjimu" Kata Amar.     

"Mengapa Kau begitu konyol.. " Kata Zarina sambil cemberut.     

"Aku bukannya konyol. Hanya melindungi hak saja " Kata Amar sambil tersenyum menggemaskan. Zarina mencibirkan bibirnya. Amar menatap penuh minat. Seumur hidupnya Ia belum pernah berciuman. Entah mengapa melihat bibir Zarina Ia menjadi ingin mencobanya untuk yang pertama kalinya. Tapi tentu saja Ia harus menahan diri. Kalau sekarang Ia tiba - tiba mencium Zarina maka Ia pasti akan digampar bolak balik.     

Tetapi Zarina juga memang sama polosnya dengan Alena sehingga Ia kemudian mengucapkan ikrarnya membuat Amar tersenyum penuh kemenangan. Ia adalah pria gagah,tampan dan penuh percaya diri. Amar sangat yakin jika suatu hari nanti wanita ini pasti akan jatuh dalam pelukannya.     

Setelah Zarina menyelesaikan ikrarnya, Amar menyimpan handphonenya lalu berkata. "Setelah kau menyerahkan dirimu kepadaku maka Kau tidak boleh menolakku kapanpun Aku menginginkanmu" Kata Amar sambil tertawa lebar. Membuat Zarina pucat pasi tetapi Ia tidak bisa menarik kata - katanya lagi.     

"Sekarang ayo kita pergi menghadap Yang Mulia. Aku ingin pernikahan kita diselenggerakan secepatnya" Kata Amar sambil berdiri. Zarina melongo, " Secepat itu ?? mengapa pernikahan bagimu seperti mau pergi minum kopi saja ?" Kata Zarina.     

"Mengapa ? prinsipku segala yang baik tidak perlu ditunda - tunda" Kata Amar dengan wajah berseri - seri. Diantara ketiga jendral Ia memang paling lucu dan sedikit kocak. Dia tidak segalak Imran dan tidak setegas Pangeran Rasyid tetapi dari ilmu bela diri Ia paling tinggi diantara mereka. Tetapi ada kalanya dia bersikap sangat tegas dan menakutkan jika sedang serius.     

Tetapi tiba - tiba Nora datang masuk ke dalam ruangan Zarina. Ia terkejut melihat Amar ada diruangan Zarina. Matanya langsung menatap tajam.     

"Berada diruangan wanita yang bukan muhrimnya adalah sangat terlarang. Tuan Amar. Jikalau Yang Mulia sampai tahu maka Anda dapat dihukum berat." Kata Nora dengan tegas. Amar hanya mengangkat alisnya lalu menjawab.     

"Aku tidak berdua - duaan. Kau lihat di ruangan ini ada dua pelayan yang menemani. Dan Aku berada disini karena sedang melamar Zarina. Kami akan segera menikah." Kata Amar.     

Mata Nora terbelalak lebar mendengar kata - kata Amar. Sejak kapan mereka ada hubungan. Setahu dia Zarina sangat memuja Pangeran Thalal dan semua orang di rumah ini tahu kenyataan ini. Sedangkan Amar memang belum menikah. Tetapi selama ini Ia juga tidak pernah memperlihatkan ketertarikannya terhadap wanita. Walaupun Amar banyak disukai oleh para wanita di kerajaan Azura bahkan adik Pangeran Thalal diam - diam menyukainya.     

Nora tahu persis karena Ia sahabat dekat adik Pangeran Thalal. Amar tidak pernah tahu tentang itu karena memang dia tidak pernah mengatakannya. Adik wanita Pangeran Thalal hanya memendamnya dalam hati. Tadinya setelah rombongan Nizam kembali ke Azura adik Pangeran Thalal akan berbicara kepada Nizam dan memintanya untuk menikahkan mereka. Nora menatap Amar dan Zarina berganti - ganti. Lalu berkata dengan tajam.     

"Kalian jangan bertingkah konyol di saat situasi sedang tidak aman. Kalian tahu Pangeran Abbash sedang mengncam keamanan kita. Sangat tidak bijak kalau kita malah menguruskan kepentingan pribadi." Kata Nora dengan dingin dan marah. Ia marah sebenarnya bukan karena pernikahan mereka tetapi Ia marah karena Ia tidak mau sahabatnya disakiti.     

"Tidak usah khawatir, Aku bukanlah orang sembarangan. Kau tentu tahu Aku seorang jendral dan Yang Mulia Pangeran Nizam tidak akan mengangkatku menjadi orang kepercayaannya jika Aku termasuk orang yang sembarangan" Kata Amar dengan nada yang tidak kalah dinginnya dengan kata - kata Nora. Ia sangat tidak suka dengan kata - kata Nora yang Ia anggap sangat tidak sopan. Wajah Nora merah padam. Ia merasa tidak enak karena berbicara tidak sopan. Amar tidak pernah tahu mengapa Nora bersikap sangat judes.     

"Maafkan Aku, Tuan Amar dan Nona Zarina. Aku tidak bermaksud untuk turut campur dengan masalah pribadi kalian. Hanya saja saat ini Yang Mulia Putri Alena memanggil Nona Zarina untuk membicarakan sesuatu" Kata Nora sambil melunakan suaranya dan wajahnya berubah menjadi lembut.     

Zarina dan Amar terkejut mendengar kata - kata Nora. " Apakah anda tidak salah memanggil? Mengapa Yang Mulia Putri Alena ingin berbicara denganku? Benarkah, putri Alena dan bukannya Pangeran Nizam?" Kata Zarina sambil menatap Nora.     

"Tidak.. bukan Yang Mulia Pangeran Nizam tetapi yang memanggil Anda adalah Yang Mulia Putri Alena" Kata Nora menegaskan.     

Zarina dan Amar saling berpandangan, " Pasti ada sesuatu yang penting. Kau tahu kalau pemikiran Yang Mulia Putri Alena juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Yang Mulia Putri Alena bukan wanita sembarangan. Yang Mulia sangat cerdas dibalik kepolosannya. Ayolah kita temui Yang Mulia" Kata Amar sambil melangkah.     

"Tetapi Tuan Amar, yang diminta untuk menghadap adalah Nona Zarina dan bukannya Anda berdua" Kata Nora dengan tegas.     

"Mengapa Kau terlihat sangat tidak menyukaiku? Apakah Aku pernah berbuat salah kepadamu?" Kata Amar sambil mengerutkan keningnya. Ia tidak pernah berbincang - bincang dengan Nora. Ia lebih dekat ke Andhara daripada ke Nora tetapi mengapa wanita itu seperti sangat membencinya walaupun yang dikatakannya adalah benar. Karena yang dipanggil memang Zarina dan bukan dirinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.