CINTA SEORANG PANGERAN

Tangisan Pangeran Abbash



Tangisan Pangeran Abbash

Amrita melihat tubuh Pangeran Abbash yang hanya duduk bersila terdiam tanpa roh tiba - tiba bergerak. Pangeran Abbash membuka matanya. Amrita langsung menghampiri dan bertanya perlahan - lahan, "Yang Mulia ? Bagaimanakah ? Apakah Kau baik - baik saja ?" Kata Amrita sambil mengambilkan Pangeran Abbash air putih.     

Pangeran Abbash malah tidak mau mengambil air minum yang disodorkan Amrita. Ia malah berdiri bangun dengan badan yang lemas. Amrita mau membantu tetapi Pangeran Abbash malah menepiskan tangan Amrita. Wajah tampan Pangeran Abbash yang putih itu pucat pasi bagaikan bulan kesiangan. Amrita menjadi cemas, wajah Pangeran Abbash yang biasanya galak, sinis kalau sedang marah sekarang tidak terlihat lagi. Pangeran Abbash sekarang terlihat bagaikan prajurit kalah perang. Padahal sebelum Ia melakukan perjalanan roh Ia tampak semangat.      

Pangeran Abbash memang jiwanya sedikit labil. Sebagai anak bungsu dari  keluarga kerajaan dan Pangeran Abbash adalah kesayangan Sultan Mahmud dan istrinya. Wajahnya yang tampan membuat seisi kerajaan memanjakannya. Sehingga apapun keinginan Pangeran Abbash dipenuhi. Pangeran Abbash yang hidup seenaknya, hidup tanpa beban dan tugasnya hanya melakukan perintah kakaknya saja Pangeran Bari.      

Pangeran Abbash berjalan gontai membuat Amrita heran. Ia lalu berjalan mengikuti Pangeran Abbash. Pangeran Abbash berjalan menuju tempat tidur, Ia menaikan kakinya ke atas ranjang lalu berbaring  di atasnya meringkuk bagaikan orang yang kedinginan. Amrita tidak berani bertanya lagi. Ia tahu Pangeran Abbash sedang tidak ingin ditanya. Amrita lalu memegang bahunya dan kemudian merasakan bahu itu tergoncang, Pangeran Abbash menangis keras bagaikan anak kecil yang ditinggal ibunya.     

Amrita sangat terkejut melihat Pangeran Abbash menangis keras, "Yang Mulia..." Kata Amrita lirih. Pangeran Abbash menangis meraung - raung. Amrita melihat tingkah Pangeran Abbash yang berlebih - lebihan, lebay. Amrita menjadi sangat penasaran dengan tingkah laku Pangeran itu. Wajah tampan Pangeran itu memerah sembab. Matanya yang indah itu bengkak dan hidung mancungnya berwarna merah seperti buah tomat. Amrita malah menelan ludahnya, Ia bersumpah dengan wajah seperti itu Pangeran Abbash seribu kali lipat lebih tampan dari biasanya. Amrita jadi gemas dipeluknya Pangeran Abbash diciumnya pipinya yang sembab itu dengan penuh kelembutan.     

"Jangan menangis lagi.. jangan. Kau membuat alam semesta jadi muram kalau kau menangis. Katakan kepadaku mengapa Kau menangis ?" Kata Amrita sambil kemudian mengusap punggung Pangeran Abbash.     

Pangeran Abbash meringkuk dalam pelukan Amrita. Lalu berkata dengan perlahan - lahan sambil menahan isak tangis. " Dia.. dia.. Putri Alena.. teganya dia berciuman dengan Pangeran Nizam di depanku. Di depan mata kepalaku sendiri. Bahkan Kau tahu Pangeran Nizam ketika dia bangun dari tidurnya, dia tidak mengenakan pakaian. Dia pasti sudah bercinta dengan Putri Alena." Pangeran Abbash menangis lirih.     

"Ini sangat menyakitkan, bagaimana bisa Dia menyakitiku seperti ini. Aku sangat sakit... Aku seperti dihempaskan ke dalam jurang. Aku tidak ingin hidup lagi.      

Mengapa Pangeran Nizam itu bisa menyentuh Putri Alena sesuka hati tetapi Aku tidak bisa. Aku hanya bisa menyentuhnya melalui khayalan ku saja. Aku sangat ingin menyentuhnya dengan tangan ku sendiri. Amrita..kau tahu Aku bisa mendapatkan wanita mana saja. Tetapi mengapa Aku tidak bisa mendapatkan Putri Alena"     

"Yang Mulia Mengapa Yang Mulia jadi seperti ini? Putri Alena adalah istri Yang Mulia Pangeran Nizam, tentu saja dia bisa bebas menyentuh Putri Alena. Tetapi Yang Mulia bukan siapa-siapa putri Alena jadi tentu saja tidak bisa menyentuhnya." Kata Amrita dengan lembut.     

"Tapi Aku tidak bisa menerimanya. Aku sangat menginginkan Putri Alena. Bahkan Aku sudah merasa kalau kedua anaknya adalah anakku juga. Aku tidak suka saat Pangeran Nizam menyentuh mereka.      

Aku sudah menggendong Alexa dalam tanganku. Aku merasakan kelembutan dan keharuman kulitnya. Aku juga sangat ingin memeluk Axel tetapi Pangeran Nizam menggenggam Axel bagaikan menggenggam nyawanya sendiri" Kata Pangeran Abbash dengan hati yang sangat sedih.     

"Ayolah Yang Mulia.. jangan menangis. Pangeran Zamron tidak boleh kalah dengan pangeran Azura. Bukankah Kakak Yang Mulia sedang berencana untuk merebut kekuasaan Kerajaan Azura nanti kalau Kakak Yang Mulia sudah berhasil melaksanakan perintahnya maka Yang Mulia bisa mendapatkan Putri Alena sebagai harta rampasan perang"     

"Apa Kau gila Amrita? Kalau seandainya Kakakku berhasil menaklukkan Azura maka Ia akan menikahi Putri Alena sendiri. Bukankah selama ini Kakakku menyuruhku untuk mengawasi Putri Alena untuk dirinya sendiri. Aku jatuh cinta kepada Putri Alena karena Kakakku menyuruhku untuk mengawasi Putri Alena. Hingga tidak Aku sadari Aku sendiri yang jatuh cinta kepada nya"     

"Kalau begitu mengapa Yang Mulia hendak membuka konfrontasi dengan Kakak Yang Mulia sendiri? Bukankah Kakak Yang Mulia adalah orang yang sangat pemarah? Bagaimana kalau Yang Mulia Pangeran Bari murka dan membunuhmu? " Kata Amrita mencoba membujuk Pangeran Abbash.     

"Tidak!!! Aku bersedia melakukan apa saja untuk kakakku Tetapi tidak untuk yang satu ini. Aku akan bertarung hidup dan mati untuk mendapatkan Putri Alena. Aku tidak ingin Putri Alena berada di tangan Kakakku.      

Ditangan Pangeran Nizam saja Aku dengar Putri itu habis dicambuk dan digagahi dengan kasar. Bagaimana pula dengan Kakak ku. Ia dan Pangeran Nizam sama-sama tidak akan memperlakukan Putri Alena dengan lembut.     

Kau tahu Amrita? Kakakku menyimpan banyak wanita cantik diharemnya. Semua Putri Ia simpan di kerajaan Zamron termasuk putri- Putri dari Azura. Tapi tidak ada satupun yang Ia jadikan istri utama. Ia menyimpan jabatan Ratu untuk Putri Alena. Ia terus menyuruh Aku untuk mengawasi Putri Alena. Setiap gerak- gerik Putri Alena harus dilaporkan kepadanya. Ia bergerak diam-diam. " Kata Pangeran Abbash sambil memeluk Amrita dengan erat.     

"Mengapa Aku harus mencintai Putri Alena Mengapa Aku tidak mencintaimu Amrita? " Kata Pangeran Abbash sambil mencium Amrita dengan lembut. Tangannya menelusuri wajah sempurna Amrita.     

"Wajahmu begitu cantik. Mengapa Kau harus berdiri disisiku yang tidak bisa menjanjikan apa-apa untuk mu. Aku hanya menjadikanmu sebagai pengganti Putri Alena. Maafkan Aku Amrita.." kata Pangeran Abbash sambil membenamkan kembali ciumannya. Tangan Pangeran Abbash lalu menyelusup ke balik pakaian Amrita. Amrita memejamkan matanya sambil menangis.     

"Aku mencintaimu sejak Aku kecil. Ketika Pangeran Bari memintaku untuk disimpan di haremnya Aku menolak. Ketika Ratu Sabrina juga sempat melamarku untuk disimpan di Harem Pangeran Nizam Aku juga menolak. Aku mengancam akan membunuh diriku sendiri apabila mereka memaksaku. Biarlah Aku berada disisimu untuk menjadi bayanganmu. Aku tidak berharap banyak kepadamu. Melihatmu bahagia sudah merupakan suatu anugrah bagiku.     

Yang Mulia, Aku tidak cemburu kepada Putri Alena tetapi melihatmu begitu sakit karena cintamu yang begitu besar kepadanya membuatku tidak berdaya. Aku ingin Yang Mulia tolong untuk mempertimbangkan kembali rasa cintamu itu."     

Tubuh Pangeran Abbash bergerak naik ke atas tubuh Amrita dan mulai memposisikan tubuhnya. " Aku mencintainya.. sangat mencintainya putri itu. Alena.. Alena.. izinkan Aku menyentuhmu. Aku sangat ingin hidup bersamamu. Cintailah Aku... " Kata Pangeran Abbash sambil kemudian memacu tubuhnya. Mulutnya mendesah menyebutkan nama Alena berkali - kali.      

Amrita membenamkan wajahnya ke leher pangeran Abbash yang basah oleh keringat. " Iya.. Aku Alenamu.. anggaplah Aku Alena.. perlakukan Aku seperti Alena. Pengabdianku kepadamu tidak akan pernah berakhir. Andaikan dapat aku tukarkan tubuhku dengan tubuh Putri Alena, akan Aku lakukan asalkan Kau bahagia" Kata Amrita sambil menggigit leher Pangeran Abbash dan menghisapnya. Jejak gigi Amrita langsung memberikan alur merah pada kulit teramat putih itu.     

Pangeran Abbash mengerang lemah. " Aku tidak berdaya dan lemah.."     

"Kau harus kuat Yang Mulia. Berjuanglah... "     

"Aku akan membunuh Pangeran Nizam dan meratakan kerajaannya "     

"Ya.. Aku akan membantumu..'     

"Aku juga akan membunuh Kakakku jika Ia menghalangi rencanaku. Aku juga akan meratakan kerajaan Zamron jika Ayahku melarangku " Kata Pangeran Abbash semakin gila. Amrita hanya bisa menatap Pangeran Abbash dengan pandangan tidak mengerti. Mengapa begitu besar pengorbanan yang akan dilakukan oleh Pangeran Abbash hanya untuk mendapatkan seorang wanita yang menurut Amrita berwajah cantik tapi tidak secantik para gadis di kerajaan - kerajaan gurun Sahara. Bahkan tubuh Alena juga tidak tinggi. Tapi mengapa para pangeran begitu menginginkan Putri Alena. Suasana semakin panas, Pangeran Abbash memberikan kesenangan yang tidak dapat dilupakan oleh Amrita. Pangeran Abbash sangat memuaskan batinnya ketika Ia sedang dimabuk gairah seperti ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.