CINTA SEORANG PANGERAN

Kekalahan Ali



Kekalahan Ali

0Ali merasa nyawanya tercerabut mendengar Amar melamar Zarina. Gadis India itu adalah gadis yang diharapkan akan menjadi istrinya. Ia sangat menyukai Zarina begitu Ia melihatnya untuk pertama kalinya tetapi saat itu Ali tahu kalau Zarina menyukai Pangeran Thalal sehingga Ia menjadi sedikit ragu.     
0

Ia tidak ingin mencintai gadis yang tergila - gila kepada laki - laki lain. Ia tadinya akan mendekati Zarina secara perlahan dan mencoba untuk menjadi pasangan hidupnya setelah Zarina dapat melupakan Pangeran Thalal. Tetapi apa daya Ia kalah cepat Amar. Entah bagaimana mereka bisa bertemu dan saling mencintai sehingga mereka dapat menikah secepat itu.     

"Zarina, bagaimana bisa kau menikah dengan orang yang tidak kenal ? Setahuku Kau mencintai Yang Mulia Pangeran Thalal. Mengapa hatimu berubah secepat itu?" Kata Ali memprotes tindakan Zarina. Ali bertanya kepada Zarina tetapi sebelum Zarina menjawab Amar sudah menjawab kepada Ali     

"Ia memang mencintai Yang Mulia  Pangeran Thalal tetapi Aku menawarkan diriku sendiri untuk menjadi pelindungnya. Aku berjanji akan menjaganya seumur hidupku" Kata Amar dengan gagah.     

"Mengapa Kau begitu tidak tahu malu karena menawarkan diri sendiri?" Kata Ali menjadi berang dengan kata - kata Amar.     

"Mengapa Aku harus malu ? Bukankah Aku seorang laki - laki. Apa salahnya Aku menawarkan diriku kepada wanita. Aku tidak ingin menyimpan perasaanku lama - lama. Aku suka dengan gerakan cepat. Walaupun saat ini Zarina masih mencintai Pangeran Thalal tetapi Aku yakin dia akan mencintaiku lambat laun." Kata Amar dengan penuh percaya diri.     

Ali menatap Amar dengan perasaan yang sukar dilukiskan dengan kata - kata. Ia benar - benar menyesal telah keduluan oleh Amar. Ia seharusnya menyatakan cintanya kepada Zarina sebelum Amar. Ia terlalu ragu - ragu dan penuh ketakutan karena Zarina mencintai Pangeran Thalal padahal Pangeran Nizam sudah memberikan lampu sinyal.     

"Amar, Apa kau yakin dapat membahagiakan Zarina ? Bukankah kau tidak mengenalnya dengan baik. Kalian hanya bertemu beberapa kali lalu kalian sudah memutuskan untuk menikahinya. Pernikahan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Zarina tolonglah untuk berpikir sekali lagi. Jangan sampai setelah menikah kau akan menyesal atau Kau memiliki motif lain karena akan menikahi Amar" Kata Ali seperti merengek sekaligus menuduh kepada Zarina. Zarina menatap Ali dengan penuh kebingungan.     

Zarina tidak mengerti mengapa Ali terus berkata - kata sebanyak itu. Terakhir yang Ia ingat adalah ketika Ia akan keluar dari rumah ini dan Ali mengantarnya dengan banyak berkata - kata dan diakhiri dengan mencekiknya yang untungnya dihalangi oleh Arani. Kalau saja terlambat mungkin Ia sudah mati.     

"Mengapa Kau selalu mencurigaiku ? Dulu kau mencurigaiku karena Aku tinggal di rumah ini. Padahal pada mulanya Aku tidak pernah meminta untuk tinggal di sini. Yang Mulia Pangeran Nizam memintaku untuk menyiapkan hidangan India dan lalu Kau mencurigaiku kalau Aku memiliki motif lain untuk tinggal di sini. Sekarang Kau pun mencurigaiku karena akan menikah dengan Amar."     

"Tidak! Bukan seperti itu. Tolong untuk tidak salah sangka. Aku hanya memperhatikan dirimu. Aku perduli denganmu " Kata Ali sambil menatap dengan sendu. Zarina menggelengkan kepalanya.     

"Aku tidak memerlukan keperdulianmu. Aku akan menikah dengan Amar. Aku mempercayainya bahwa Ia akan membahagiakan Aku" Kata Zarina sambil memegang tangan Amar.     

Ali mengepalkan tangannya, Ia terlihat sangat marah. Mata Ali berkabut dan mulai berkaca - kaca tapi sebagai seorang prajurit Ia malu kalau harus sampai menitikkan air mata dihadapan orang banyak. Ali lalu berjalan meninggalkan mereka tanpa bicara sepatah katapun membuat Amar menjadi heran.     

"Ada apa dengan dia ? Apakah dia marah karena Aku akan menikah dengan Zarina ? Ada apa dengan orang - orang di sini ? Tadi Nora marah sedang - marah kepadaku ketika Aku bilang Aku akan menikah dengan Zarina. Sekarang Ali  juga malah marah - marah. " Amar tampak kebingungan. Fuad sendiri tidak tahu apa - apa, walaupun Ia teman dekat Ali tetapi Ali sedikit tertutup dengan kehidupan pribadinya.      

Fuad melihat gelagat kalau temannya itu mencintai Zarina tetapi sayangnya Zarina malah akan menikah dengan Amar. Fuad lalu mengejar Ali, walau bagaimanapun Ia adalah sahabat baik Ali. Bertahun - tahun mereka bersama untuk menjaga Nizam.      

Amar dan Zarina saling berpandangan dan kemudian Amar berkata kepada Zarina. "Apakah kau memiliki hubungan yang dalam dengan Ali ? Mengapa dia terlihat sangat aneh?" kata Amar sambil mengerutkan keningnya.     

"Dia sangat membenciku karena dia menganggap bahwa kedatanganku ke sini ada motif lain." Kata Zarina sambil berjalan. Amar tambah mengerutkan keningnya.     

"Apa Karena kau anak seorang Puja Dutta dan Anil kapoor. Ibumu seorang artis terkenal dan Ayahmu seorang konglomerat dan kau tinggal di sini hanya untuk menjadi juru masak. Itukah yang membuat Ali menjadi mencurigaimu?" kata Amar sambil tersenyum kepada Zarina.     

Wajah Zarina menjadi pucat pasi mendengar kata - kata Amar. Bagaimana bisa Amar mengetahui tentang identitas pribadinya padahal Ia tidak memberitahu Amar sedikitpun. Amar malah tertawa melihat wajah Zarina yang pucat.     

"Ba..bagaimana Kau bisa tahu tentang identitasku?" kata Zarina     

"Aku adalah jendral perang yang memiliki keterampilan menyelidik identitas orang. Aku memiliki akses ke semua situs internet dengan keterampilanku. Lalu bagaimana bisa Aku tidak mencari tahu identitas pribadimu. Sebelum Yang Mulia Nizam mengizinkan Kau tinggal di sini. Aku sudah menyelidiki siapa Kau untuk memastikan keamanan Yang Mulia." kata Amar     

Zarina kemudian cemberut, "kau ternyata sangat licik. Kau tahu tentang pribadiku tetapi Aku tidak tahu tentang pribadimu" kata Zarina merasa kalah dari Amar.     

"Apa yang ingin Kau ketahui? Aku akan mendatangkan orang tuaku  dari Azura untuk melamarmu dan Aku juga akan mendatangkan orang tuamu dari India. Ini semua tinggal menunggu keputusan Yang Mulia Pangeran Nizam. Bukankah Yang Mulia masih belum mengatakan apa - apa tentang kita. Ia hanya menyuruh kita pergi ke Aula timur untuk berbincang - bincang tentang rencana pernikahan kita." Kata Amar.     

"Kalau nanti seandainya Yang Mulia tidak mengizinkan kita menikah lalu bagaimana?" Kata Zarina sambil menatap Amar.     

Amar sejenak tertegun mendengar kata - kata Zarina. Ia tadi melihat sekilas wajah Nizam yang sangat terkejut ketika Nizam mendengar bahwa Ia akan menikahi Zarina. Ia juga belum memberikan keputusan boleh atau tidaknya. Tiba - tiba Amar melakukan analisa tentang situasi ini dan lalu Ia menoleh kepada Zarina kemudian berkata dengan perlahan,      

"Apakah Kau merasa kalau Ali sebenarnya mencintaimu dan Yang Mulia Pangeran Nizam bermaksud untuk memberikanmu kepada Ali" Kata Amar sambil menghela nafas. Matanya beriak keruh. Ia benar - benar yakin dengan kesimpulannya karena Ia mendengar kata - kata Ali yang seakan mencegah Zarina untuk menikah dengan Amar.     

Zarina sama terkejutnya dengan analisa dari Amar.     

"Bagaimana mungkin itu terjadi ? Aku dan Ali tidak ada hubungan apa - apa lagi pula Aku tidak mencintai dan menyukai Ali. Walaupun pada kenyataanya benar, Aku tidak ingin menikahinya walaupun Yang Mulia Pangeran Nizam yang memintanya. Aku bukanlah rakyat Azura. Aku adalah rakyat India jadi Aku tidak harus tunduk kepada Yang Mulia Pangeran Nizam " kata Zarina berapi - api.     

" Aku senang dengan wanita yang memiliki prinsip seperti dirimu. Aku juga senang kau mengatakan Kau tidak ingin menikah dengan Ali tetap kau mau menikah denganku. Jangan katakan kalau Kau sebenarnya menyukaiku." Kata Amar sambil tersenyum. Zarina cemberut mendengar kata - kata Amar.     

"Tolong untuk tidak berbesar hati dulu. Aku mau kau ajak menikah karena Kau pandai meyakinkan diriku dengan seribu janji manismu. Dan Aku sudah mengatakan dari awal kalau pernikahan kita hanya sebuah kamuflase. Aku tidak ingin di sentuh olehmu karena Aku akan mencintai Yang Mulia pangeran Thalal selamanya." Kata Zarina dengan dingin.      

Tetapi herannya Amar malah tidak marah. Ia malah tersenyum melihat Zarina yang mengucapkan kata - kata itu dengan penuh semangat.     

'Kita lihat saja nanti siapa yang akan menyerah. Kau akan menyerah kepadaku dan bersedia untuk menjadi istriku dengan menggenapkan tugas sebagai istri. Ataukah Aku yang akan menyerah kepadamu dan tidak menyentuhmu selama - lamanya" kata Amar     

Zarina malah mencibirkan bibirnya, " Aku tidak akan menyerah! Kau yang akan menyerah.." Kata Zarina. Amar menyentuhkan telunjuknya ke pipi Zarina yang ranum bagaikan buah apel.     

"Aku akan buat kau memintaku untuk menyentuhmu..' kata Amar sambil tersenyum mesum di otaknya sudah penuh strategi licik untuk menaklukan Zarina kelak. Zarina malah mendengus dan berjalan mendahului Amar. Amar terbengong melihat pinggul Zarina yang mengayun di depannya seakan - akan menggoda Amar. Amar menggelengkan kepalanya mengusir pikiran mesumnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.