CINTA SEORANG PANGERAN

Kebesaran Hati Ali



Kebesaran Hati Ali

0Ali kemudian duduk di sebuah kursi dan menenangkan pikirannya. Ia mencoba mencerna perkataan Fuad dengan kepala dingin. Ia menghela nafasnya dengan perasaan yang sangat berat. Ia sama sekali tidak menyangka kalau cinta begitu menyakitkan karena pada pernikahannya yang pertama Ia dijodohkan oleh orang tuanya. Dan ini adalah cinta pertamanya. Ali terus menggigit bibirnya hingga terluka Ia benar - benar tidak ingin menangis walaupun sebenarnya Ia ingin menangis menggerung - gerung seperti anak kecil.     
0

Fuad hanya berdiri bersender di dinding tiang koridor antar ruangan yang menghubungkan dua taman terbuka di dalam rumah. Nizam yang baru selesai memenuhi keinginan istrinya tampak berjalan seorang diri tanpa diikuti pengawalnya karena Ia memang ingin berjalan sendiri dan Ia hanya diikuti oleh Nayla yang berjalan di belakangnya. Langkah Nizam terhenti melihat Fuad yang berdiri bersender di tiang dan Ali duduk di kursi taman sambil menatap lurus ke depan. Nayla tampak keheranan melihat dua orang yang ditunggu Nizam dari tadi malah nyangkut di sini. Sangat mencurigakan.     

Nizam menghentikan langkahnya demikian juga dengan Nayla. Dan ketika Nayla memberikan hormat serta meminta izin untuk menegur mereka, dengan wajah dingin Nizam mengangkat tangannya. " Biar Aku saja. Aku harus menyelesaikan dulu masalah Ali sebelum Aku berbicara dengan Amar. Mundurlah Kau !! " Kata Nizam perlahan. Fuad yang langsung menyadari kehadiran Nizam langsung berdiri tegak dan memberikan hormat. Nizam hanya mengangkat tangannya dan lalu memberikan isyarat agar Fuad adan Nayla berdiri agak jauh dari Nizam dan Ali.     

Ali yang masih belum menyadari kedatangan Nizam malah tetap duduk terdiam dengan tatapan mata kosong. Nizam hanya mampu menghela nafas dengan penuh pengertian. Ia sangat merasakan bagaimana perasaan Ali yang hancur. Karena memang selama ini, Nizam mengira bahwa Ali akan segera melamar Zarina dan menikahinya. Tetapi malah Amar yang meminta izin untuk menikahi Zarina. Nizam benar - benar tidak mengerti mengapa masalah ini menjadi seperti ini dan rumit begini.     

Perkiraan Fuad memang benar, Nizam menjadi sangat bingung memutuskan apa yang harus Ia lakukan karena Ia tidak bisa membela siapapun sehingga Nizam akan mengusir Zarina secepatnya. Ia tidak mau dua orang penjaga dan jendralnya saling bermusuhan atau lebih parahnya saling berkelahi karena wanita. Cukup Pangeran Abbash yang sudah merusak ketenangannya karena obsesi atas cintanya. Nizam tidak ingin kedua orang - orangnya ini ikut berkelahi karena wanita.     

Nizam mengucapkan salam kepada Ali, membuat Ali langsung menoleh dan tengadah. Ia terperanjat melihat Nizam sudah berdiri menjulang di depannya. Ia segara berdiri dan membungkuk untuk memberikan hormat.     

Nizam menganggukan kepalanya menunjukkan bahwa Ia menerima hormat dari Ali. Ia lalu duduk di kursi yang ada  disamping kursi tempat Ali duduk tadi. Ali tetap berdiri tidak berani duduk di samping Nizam hingga kemudian Nizam menyuruhnya untuk duduk.     

Ali mengikuti perintah Nizam dan segera duduk dengan tubuh sedikit ke bawah agar tubuhnya tidak lebih tinggi dari Nizam, walaupun sebenarnya memang lebih tinggi Nizam dibandingkan para pengawalnya.     

"Aku tahu apa yang kau rasakan. Aku sendiri sangat kaget mendengar kata - kata Amar. Bagaimana mungkin mereka yang tidak saling mengenal sebelumnya dan baru bertemu dirumah ini lalu memutuskan untuk menikah ?" Kata Nizam sambil melirik ke arah Ali dan mulai menerka -nerka apa yang terjadi sebenarnya.     

"Setahuku Kau yang tertarik dengan Zarina dan sebenarnya Aku menunggumu untuk meminta izin menikahi Zarina. Tetapi kemudian Aku menunggu hampir satu bulan dan Kau sama sekali tidak mengatakan apa - apa hingga kemudian Amar tadi mengatakan bahwa Ia akan menikahi Zarina. Ini sangat mengagetkanku dan tentunya mengagetkan dirimu" Kata Nizam dengan perlahan.     

Ali mencoba untuk bersikap tenang sesuai dengan kata - kata Fuad. Ia juga bersikap hati - hati agar Ia tidak membuat Nizam menjadi gundah. Walau bagaimanapun Ali tahu bahwa Nizam sangat menyayangi para pengawalnya.     

"Hamba sendiri tidak memahami bagaimana Amar bisa menyukai Zarina dan tiba - tiba melamarnya. Hamba memang mencintai Zarina dan berniat akan menikahinya. Tetapi Hamba belum berani mengadakan pendekatan hingga kemudian Amar melamarnya" Kata Ali tertunduk.     

"Lalu Kau ingin Aku melakukan apa ? Karena Zarina cuma satu dan aku tidak mungkin membelahnya menjadi dua bagian." Kata Nizam dengan suara yang dingin walaupun di kalimat terakhir Ia sebenarnya sedang mengajak Ali bercanda agar suasana tidak terlalu tegak dan sedikit mencair. Tetapi Ali tampak sedang gundah dan Ia sama sekali tidak menyadari candaan majikannya.     

"Yang Mulia, Hamba tidak ingin Yang Mulia melakukan apapun. Mungkin Zarina memang bukan jodoh hamba. Hamba menerimanya berbesar hati.  Hamba ikhlas Zarina menikah dengan Amar. Lagipula kelihatannya Zarina memang tidak mencintai hamba karena kalau mencintai pasti Ia sudah menolak Amar. Tetapi nyatanya Zarina menerima lamaran Amar. Sudahlah Yang Mulia tidak usah dipermasalahkan lagi" Kata Ali sambil menganggukkan kepalanya penuh rasa terima kasih dan hormat.     

Nizam menepuk bahu Ali dengan penuh rasa iba. Dari suara Ali, Nizam tahu bahwa Ali sedang menekan penderitaannya. Nizam menepuk bahu Ali. "Kau adalah pria sejati Ali yang sanggup menahan rasa cintamu. Tidak semua laki - laki sanggup sepertimu. Saat ini sebenarnya Aku sedang berjalan menuju Aula timur untuk mendengar cerita Amar dan rencana pernikahannya dengan Zarina. Aku tidak bisa menjanjikan apa - apa tetapi takdir Tuhan itu terkadang tidak dimengerti oleh manusia.     

Kita terkadang berpikir kalau takdir begitu kejam ketika apa yang kita inginkan tidak menjadi milik kita dan menuduh Tuhan telah bersikap tidak adil. Tetapi kenyataanya tidaklah seperti itu. Apa - apa yang terbaik menurut kita belum tentau terbaik di Mata Alloh. Jadi Kau harus segera bangkit dan tetap semangat untuk bangkit lagi." Kata Nizam sambil menerawang. Ali memandang Nizam dengan penuh pengertian.      

Memang benar bahwa hidup itu seperti fatamoragana. Apa yang nampak ke permukaan bukanlah yang sebenarnya tetapi itu hanyalah hiasan yang sifatnya suatu ilusi. Ali menarik nafas panjang. Ia tiba - tiba berdiri lalu memberikan hormatnya.     

"Yang Mulia jika diizinkan malam ini hamba hanya ingin berada di kamar hamba dan hamba mohon izin untuk tidak berjaga. Semoga Yang Mulia selalu diberikan kesehatan,keamanan dan keselamatan dari apapun yang membahayakan Yang Mulia" Kata Ali sambil menunggu diizinkan pergi.     

Nizam mengangkat tangannya tanda Ia menyetujui permintaan Ali dan tanpa disuruh dua kali Ali langsung mengundurkan diri. Nayla dan Fuad melihat Ali yang berjalan menuju ke arahnya. Ali tersenyum tipis ketika mendekat ke arah mereka. Lalu Ali  berkata kepada Fuad. " Terima kasih Fuad".     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.