CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Ingin Memotong Lidahnya



Aku Ingin Memotong Lidahnya

0Zarina seketika mengangkat wajahnya dan mata mereka langsung saling berpandangan bagaikan anak panah yang saling menghunus. Muka Zarina langsung merona dan Pangeran Thalal seketika membuang mukanya. Ia sama sekali belum pernah dan tidak berniat untuk memandang wajah Zarina tetapi kali ini hal yang sangat tidak Ia  inginkan terjadi. Karena takdir yang menyebabkan pangeran Thalal dapat menatap langsung wajah cantik Zarina dari dekat.     
0

Pangeran Thalal menatap seraut wajah yang begitu murni, mata lebar, kulit coklat bening, halus dan mulus, hidung mancung bagaikan Gunung Tanama di negaranya. Bibir yang sedikit tebal dan berlekuk seakan menjanjikan kemanisan yang tiada terbatas. Wajah khas India. Kecantikan yang menawan hati siapapun yang memandang. Bahkan saat Nizam berbicara dengan Zarina Ia harus memalingkan wajahnya agar tidak melihat terus ke arah wajah cantik itu.     

Zarina sendiri tidak terlalu asing dengan wajah Pangeran Thalal. Bukankah wajahnya sering ada dipelupuk matanya dan hadir di setiap mimpinya. Bahkan pada saat pengobatan waktu itu Zarina teramat puas menatap dan menyentuh Pangeran Thalal. Sedangkan Pangeran Thalal sama sekali tidak mengingatnya.     

Melihat wajah Pangeran Thalal yang malah menatap Zarina sambil terpesona, Zarina memanggil namanya.     

"Yang Mulia...." Zarina memanggil dengan lembut.     

"....."        

 Pangeran Thalal terdiam. Ia seperti sedang berada di alam bawah sadar. Bagaimana bisa Ia menatap wajah wanita yang bukan Istrinya. Apakah hipnotis yang kemarin belum tuntas itu menyerangnya kembali.     

"Yang Mulia ada apa? Apakah Anda baik - baik saja" Zarina kembali memanggil. Ia heran dengan tatapan Pangeran Thalal yang kosong dan kesannya seperti sudah melihat sesuatu yang menakjubkan.     

"....."     

Pangeran Thalal masih terdiam     

Zarina kemudian memalingkan wajahnya sehingga Pangeran Thalal langsung tersadar.     

"Yang Mulia Anda kenapa?" Zarina bertanya lagi.     

"Kau seharusnya mengenakan cadar" kata Pangeran Thalal.     

"Begitukah?? Kata Zarina.     

Pangeran Thalal menganggukan kepalanya dengan pasti. Wajahnya yang tampan tampak serius.     

Zarina jadi tertawa lucu. Ia melihat Pangeran Thalal yang begitu serius dengan perkataannya.     

"Mengapa Hamba harus bercadar?" Kata Zarina.     

"Wajahmu terlalu cantik dan itu dapat membuat Laki-laki tergoda." Kata Pangeran Thalal dengan tulus.     

"Lalu bagaimana dengan wajah Yang Mulia. Yang Mulia juga terlalu tampan  dan banyak menggoda wanita seperti hamba sehingga Yang Mulia juga  seharusnya bercandar"      

Pangeran Thalal langsung terbatuk - batuk sampai matanya berair. Hingga pelayan kemudian menyodorkan air minum.     

"Masa seorang pria bercadar? " Pangeran Thalal sedikit merengut. Setampan - tampan nya pria kan tidak akan sampai di perkosa wanita.      

"Iyalah biar adil kalau hamba harus bercadar maka yang Mulia juga harus bercadar. Yang Mulia terlalu tampan.  Yang Mulia banyak membuat para wanita patah hati. Yang Mulia apakah tidak sadar diluaran sana banyak  para wanita yang tergila-gila dengan ketampanan Yang Mulia. Jadi sudah sepantasnya Yang Mulia harus bercadar juga" kata Zarina dengan tenang. Sekarang Ia lebih santai karena Ia sudah dapat menguasai perasaannya.     

Pangeran Thalal seakan mati kutu menghadapi gadis yang satu ini. Ia tidak mengira kalau Zarina juga ternyata sangat pandai bermain kata-kata. Melihat wajah Pangeran Thalal yang tampak bingung akhirnya Zarina jadi kasihan. Apalagi mereka dari tadi masih berdiri dan belum duduk hingga akhirnya Zarina berinisiatif untuk meminta Pangeran Thalal duduk.     

"Yang Mulia silahkan duduk dulu. Hamba sangat terkejut mendengar orang tua hamba melakukan suatu tuntutan kepada Yang Mulia Pangeran Nizam. Jadi  untuk sementara, bolehkah hamba menghubungi orang tua hamba dulu untuk konfirmasi" Kata Zarina meminta izin.     

Pangeran Thalal menganggukan kepalanya dan berkata,     

" Aku akan menunggu di luar saja. Tidak baik berada di dalam kamar seorang wanita yang bukan muhrimnya" kata Pangeran Thalal sambil keluar.     

Zarina tersenyum manis mendengar perkataan Pangeran Thalal. Benar kata orang-orang, para pangeran Azura memang berbeda dengan pangeran lainnya. Mereka sopan dan sangat menghargai wanita. Tidak perduli siapapun itu.     

Setelah Pangeran Thalal keluar, Zarina segera mengangkat handphone nya dan mulai menelpon.     

Begitu handphone nya tersambung maka suara ibunya langsung terdengar sangat marah.     

" Bagus sekali.. kau baru menghubungi ku setelah lama menghilang. Kami bagaikan orang gila kesana kemari mencarimu. Hampir sebulan kau tidak menghubungi kami dan kami tidak dapat menghubungimu. Kalau saja tidak ada orang dari kerajaan Zamron yang menghubungi ku maka Aku mungkin akan kehilanganmu selamanya.     

Cepat pulang Zarina. Atau Kami akan datang ke rumah Pangeran mesum itu dengan polisi sekarang juga. " Ibunya Zarina terdengar langsung marah - marah.     

Wajah Zarina langsung memerah. " Mengapa Ibu berbicara yang bukan - bukan. Pangeran mesum siapa maksudnya? "     

"Pangeran Nizam. Kau sangat cantik Zarina. Aku yakin Pangeran Nizam menyembunyikan mu di rumahnya lalu Kau akan dibawa paksa ke Azura dan disimpan di haremnya." Ibunya Zarina terdengar sangat kesal dan marah.     

"Ibu..Aku tidak disembunyikan. Ini ceritanya sangat panjang. Ibu dan Ayah datang lah ke sini. Nanti akan Kau ceritakan segalanya. Tolong untuk tidak lapor ke polisi dulu"     

"Tapi Ibu sudah lapor, Ibu sangat kesal... Dan sekarang Ayah dan Ibu akan datang kepadamu  untuk menyeretmu pulang. Lagipula Ibu sudah menerima lamaran dari Pangeran Barry untukmu. Dia akan meminang mu untuk adiknya Pangeran Abbash."     

Handphone ditangan Zarina langsung jatuh dan pecah berserakan. Ia shock mendengar kata-kata terakhir ibunya. Suara pecahan handphone membuat Pangeran Thalal langsung berdiri tegak dan itu bersamaan dengan datangnya Cynthia dan Alena.     

Pangeran Thalal yang hendak masuk ke dalam kamar langsung terhenti dan Ia mendengar suara merdu kakak iparnya yang hampir memecahkan gendang telinganya. Tentu saja merdu dalam arti kata sebaliknya     

" Nah..ya Kamu, ketahuan nangkring di depan kamar Zarina. Mau ngapain? Pasti mau berbuat yang aneh - aneh. " Alena berkacak pinggang. Muka Pangeran Thalal langsung pucat pasi.     

" Aku tidak seperti itu Kakak Putri Alena. Aku hanya sedang mengkonfirmasi perkataan Kakak Putri tadi." Kata Pangeran Thalal sambil melirik Istrinya dan Ia lalu berdiri di belakang Istrinya. Ia berlindung dari kata - kata kakak iparnya yang tidak terkendali.     

"Huh... Mana ada maling ngaku. Zarina itu udah mau nikah sama Amar. Jangan kegatelan kamu ya... " Kata Alena sambil mencibir sebal.     

"Alena.. suamiku tidak seperti itu" kata Cynthia membela suaminya.     

"Laki - laki itu dimana - mana saja. Ga bisa lihat pipi bening sedikit langsung kegatelan. Pura - pura konfirmasi, padahal sambil menyelam minum air. "     

"Apa termasuk suamimu juga?" Kata Cynthia menggoda Alena.     

"Itu tidak termasuk, suamiku bukan orang normal. Mana ada dia tertarik sama wanita lain. Kalau para wanita di haremnya saja ga disentuh - sentuh. Di otaknya cuma ada Aku seorang.." Alena berkoar - koar tapi suaranya langsung terhenti mendengar Isak tangis dari kamar Zarina.     

Mereka bertiga jadi saling pandang dan Alena langsung melepaskan sepatunya kemudian mengacungkan sepatunya ke muka adik iparnya dan mulai menuduh Pangeran Thalal dengan kejam.     

"Mengapa dia menangis... Jangan-jangan kau menodainya... Awas Kau yah... Aku sunat dua kali. Biar kapok.."     

Cynthia dan Pangeran Thalal melotot mendengar kata - kata Alena. Tapi Alena langsung memeluk Cynthia dan berbisik. " Jangan Takut Cynthia.. walaupun suamimu aku sunat dua kali... Aku yakin ukurannya masih sangat memuaskan. Bukankah para pangeran Azura kalau disunat lima kali juga masih melebihi ukuran yang biasanya..." Kata Alena sambil kemudian melenggang masuk ke dalam kamar Zarina.     

"Kau Alena?? Otak bejad..!!!" Kata Cynthia histeris sambil menoleh ke arah suaminya. Pangeran Thalal menatap Istrinya. Ia tidak mendengar kata - kata Istrinya. Tetapi melihat dari raut wajahnya tampak terlihat Cynthia sangat kesal.     

"Yang Mulia suamiku. Hari ini Aku sangat ingin memotong lidah kakak iparmu itu" Kata Cynthia sambil mengepalkan kedua tangannya. Pangeran Thalal menganggukan kepalanya.     

"Istriku, kali ini aku sangat setuju dengan perkataan mu. Aku juga ingin memotong lidah Kakak Putri" Kata Pangeran Thalal sambil menghampiri Cynthia dan mengusap punggungnya.     

"Sebenarnya Apa yang tadi Kakak Putri katakan?" Kata Pangeran Thalal dengan lembut.     

"Dia bilang Aku tidak usah khawatir kalau dia harus menyunatmu dua kali. Karena para pangeran Azura itu walaupun disunat lima kali. Ukurannya akan tetap diatas  yang lain" kata Cynthia polos diakhiri senyum simpul, diam - diam membenarkan kata - kata Alena.     

Sementara itu  Pangeran Thalal langsung mimisan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.