CINTA SEORANG PANGERAN

Kau Kelinci Kecil Yang Nakal



Kau Kelinci Kecil Yang Nakal

0" Jangan takut Alena, Kau adalah wanita yang ditakdirkan akan membawa perubahan di Azura. Jadilah wanita yang tegar, mereka menunggu kau datang untuk menghancurkan adat yang menjerat di Azura." Kata Cynthia sambil mengelus punggung Alena.     
0

"Tetapi mengapa harus Aku?" Kata Alena tidak mengerti     

"Karena hanya kau yang bisa mencairkan kebekuan Nizam. Hanya kau yang bisa membuat Nizam bertingkah seperti manusia normal dan mengubah semua peraturan di Azura. Dan Nizam adalah putra mahkota kerajaan yang akan menjadi raja besar. Tanpamu Nizam akan hancur dan Ia akan menjadi orang yang paling tidak berdaya" Kata Cynthia. Tetapi kemudian mereka terdiam karena ada suara dingin yang terdengar seperti suara hantu di keheningan malam     

" Cynthia, mengapa analisamu selalu akurat..? " Katanya. Membuat Alena menghentikan tangisannya dan kemudian Ia tengadah dan melihat siapa yang berbicara. Cynthia langsung bangkit dari duduknya dan Alena juga ikut bangkit dari berlututnya. Bahkan Alena langsung meloncat memeluk leher dari orang yang berbicara tadi.     

" Nizam... " Kata Alena sambil menyembunyikan mukanya di leher Nizam yang kokoh dan wangi. Kelembapan wajah Alena yang sembab karena air mata pindah ke leher Nizam membuat Nizam merinding.     

Cynthia tersenyum kaku kepergok oleh Nizam sedang membicarakannya dengan Alena.     

"Aku harap Kau sudah puas bergosip tentang diriku dengan Alena, karena Aku akan membawa istriku pergi. Oh.. ya. Aku tunggu kau di ruanganku nanti malam. Kita berbicara tentang Zarina. " kata Nizam sambil melangkahkan kakinya setelah melepaskan pelukan Alena. Ia melangkah sambil sebelah tangannya memeluk pinggang Alena yang kecil. Menyeretnya membawa pergi dari hadapan Cynthia.     

"Dasar kelinci nakal, baru saja ditinggal tidur sebentar. Kau sudah berkeliaran kemana - mana.." Bisik Nizam sambil berbisik kesal.     

"Aku berkeliaran dimana? Aku masih di rumah.. Yang Mulia.." Kata Alena protes. Tapi kemudian Ia diam karena di pepet Nizam ke tiang lalu mulutnya dibekap oleh bibir suaminya. Alena meringis sambil merangkul leher suaminya. Para pelayan yang tiba - tiba berjalan tidak sengaja hendak melewati mereka langsung putar arah dan menjauhi dua sejoli yang sedang lupa daratan.     

Alena merasakan lidah Nizam menari - nari di dalam mulutnya dan kemudian Ia merasa seluruh salivanya terhisap keluar berpindah darinya ke mulut Nizam. Tubuh Alena menegang dan Ia merasakan dadanya sesak.  Mukanya sudah sedikit pucat karena butuh pasokan udara segar. Ketika Nizam melepaskan ciumannya Alena langsung menyedot udara segar dengan kuat tetapi Ia terpekik ketika merasakan lehernya di gigit dengan gemas. Tangan Alena refleks merenggut rambut Nizam dan menjauhkan muka Nizam dari lehernya.     

"Kau manusia apa vampire.. suka sekali menggigit leher orang?" Kata Alena dengan kesal. Ia mengusap - usap lehernya yang memerah. Kebiasaan Nizam suka sekali menggigiti tubuhnya.     

"Aku memang vampire yang akan selalu menghantuimu sepanjang hidupmu.." Kata Nizam sambil kembali memepet tubuh Alena ke tiang.     

"Aah.. nanti kau akan jadi kelelawar dong.." Kata Alena sambil tertawa cekikikan. Tangannya mengusap dada Nizam tetapi kemudian Nizam melotot ketika tangan Alena meluncur ke bawah dan mengelus sesuatu. Nizam terbeliak Ia langsung mencengkram tangan yang kurang ajar itu.     

"Apa yang kau lakukan? " Kata Nizam berdesis, mukanya merona merah, matanya langsung berkabut dan dadanya berdebar.     

"Aku cuma mau ngecek apakah  yang ada di bawah bisa berubah menjadi kelelawar juga " Kata Alena sambil nyengir.     

Nizam langsung mengusap - usap keningnya dengan keras. " Kau benar - benar membakar seluruh kesabaranku.." Kata Nizam sambil meraih pinggang Alena lalu mengangkatnya bagaikan mengangkat anak kecil. Ia kemudian berjalan dan ketika melewati sebuah kamar yang memang kamar itu kebetulan kosong.     

Di rumah yang besar ini jumlah kamar ada sekitar ratusan dan kamar yang terisi biasanya digantungi papan nama orang yang mengisinya jadi ketika ada kamar yang tidak ada papan namanya berarti itu kamar kosong. Nizam membuka pintunya dan masuk kedalamnya sambil membawa Alena di pinggangnya. Alena seperti anak kecil yang ketahuan berbuat nakal dan akan dihukum ibunya.     

"Kau mau apa Nizam ? Ini kamar siapa ? Aku tidak... aduh.." Alena memekik ketika Nizam melemparkannya ke atas ranjang. Nizam kemudian berbalik dan mengunci pintu kamar. Alena tampak melotot ketika Nizam melepaskan jubah putihnya dan kemudian Alena menutup mukanya melihat pemandangan di depan mata yang menyilaukan.     

"Mengapa kau menutup matamu? Bukankah kau ingin tahu apakah tubuhku berubah menjadi kelelawar ?" Kata Nizam sambil naik ke atas ranjang dan tangannya bergerak melucuti kain yang menempel pada tubuh istrinya.     

"Aku cuma ingin tahu saja.. bukannya ingin melihatnya.." Kata Alena sambil cemberut.     

"Tapi kelelawarnya sudah terlanjur bangun dan Ia sekarang sedang mencari sarangnya untuk istirahat.." Bisik Nizam di telinga Alena. Alena memekik sambil menutup telinganya.     

"Aaakh... kau mesum..kau mesum.." Kata Alena sambil kemudian tidak berkutik ketika tangan suaminya mendorong dadanya agar berbaring. Alena menutup matanya sambil tersenyum manis.     

"Aku mencintaimu Nizam.." Bisik Alena ketika Nizam melabuhkan tubuh kekarnya di atas tubuh Alena. Nizam tidak menjawab karena kemudian Ia sibuk mendesah dan merintih perlahan.     

***     

Sementara itu Cynthia sepeninggal Alena yang dibawa suaminya, berjalan kembali menuju kamar Zarina untuk mengecek kondisinya. Seorang penjaga dan pelayan yang tadi disuruh menunggui Zarina tampak menganggukan kepala dan membungkukkan badannya ke arah Cynthia.     

"Bagaimana kondisinya?" Tanya Cynthia kepada pelayan.     

"Masih tertidur Yang Mulia " Kata pelayan itu sambil lalu membuka pintu kamar dan Cynthia masuk kedalamnya. Dilihatnya Zarina masih terbaring dan Cynthia lalu duduk di sofa menunggu Zarina. Ia tidak berani meninggalkan Zarina sendiri. Ia takut Zarina melakukan sesuatu yang membahayakan tubuhnya. Mengingat betapa nekadnya Zarina saat menusukkan pisau ke perutnya membuat Cynthia menyadari betapa rapuh dan sensitifnya wanita yang sedang terbaring itu.     

Sejak melihatnya Cynthia sudah merasa menyayangi Zarina dibalik rasa cemburunya. Melihat betapa tulusnya Zarina akan rasa cintanya dan betapa Zarina berusaha mengendalikan dirinya agar tidak menyakiti perasaannya. Ia akan membiarkan bagaimana takdir berjalan atas diri Zarina. Dan jika seandainya takdir akan menuntun Zarina ke sisinya dan sisi suaminya Ia tidak akan pernah mengelak dari takdir itu.     

Cynthia membaca buku yang diambilkan pelayan dari perpustakaan. Ia tampak asyik membaca buku sampai kemudian Ia mendengar suara yang merintih dari depannya. Cynthia mengangkat mukanya dan Ia melihat Zarina sudah bangun. Cynthia langsung datang menghampirinya sambil berkata,     

"Pelayan, ambilkan air putih untuk Nona Zarina" Kata Cynthia sambil duduk di sisi ranjang. Ia menatap Zarina tampak sedang memegang kepalanya karena terlihat sangat sakit.     

Seorang pelayan menyodorkan air minum ke arah Zarina dengan sangat hormat. Cynthia mengambil dan memberikan kepada Zarina.     

"Yang Mulia.. hamba mohon, jangan. Hamba merasa tidak layak dilayani Yang Mulia" Kata Zarina sambil berusaha untuk turun.     

" Jangan turun, kau masih terlihat sangat pusing. Ini minumlah dulu agar tenggorokanmu tidak kering" Kata Cynthia sambil meminumkan air putih di gelas ke bibir Zarina. Zarina meminumnya dengan penuh rasa terima kasih.     

Cynthia kemudian memberikan gelas bekasnya ke pelayan dan menyuruh pelayan itu keluar. " Kau jangan kemana - mana. Siapkan buah - buahan untuk Nona Zarina. Aku akan berbincang dengan Nona Zarina dulu" Kata Cynthia kepada pelayan itu. Pelayan itu  menganggukan kepalanya dengan hormat dan berjalan mundur sebelum kemudian berbalik dan keluar dari kamar.     

"Apakah Kau sekarang sudah tenang?" Kata Cynthia kepada Zarina. Zarina menganggukan kepalanya. " Iya.. Yang Mulia. Terima kasih "     

"Apakah Kau ingin berbicara denganku atau ingin Aku pergi agar kau dapat istirahat lagi. Tetapi kalau kau ingin Aku tinggalkan. Kau harus meyakinkan Aku dulu kalau kau tidak akan berbuat yang tidak baik. " Kata Cynthia sambil mengelus kepala Zarina.     

"Mengapa ada orang sebaik Anda, Yang Mulia. Hamba sungguh sangat malu. Maafkanlah Hamba karena sudah mencintai Yang Mulia Pangeran Thalal. Hamba sungguh tidak tahu malu." Kata Zarina sambil menundukkan kepalanya.     

"Itu bukan salahmu. Bukankah kau mencintai suamiku jauh sebelum Aku mengenalmu. Kalau memang kau merasa salah mungkin kau dapat menghentikan rasa cintamu tetapi jika memang sangat sulit. Kita lihat saja ke depannya bagaimana takdir akan berkata" Kata Cynthia sambil mengelus bahu Zarina.     

"Nah katakanlah sekarang apakah kau ingin berbicara kepadaku atau kau ingin aku pergi?" kata Cynthia.     

"Tidak.. tidak.. tinggallah di sini. Hamba akan berbicara kepada Yang Mulia." Kata Zarina.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.