CINTA SEORANG PANGERAN

Apakah Yang Mulia dicambuk Putri Alena ?



Apakah Yang Mulia dicambuk Putri Alena ?

0Melihat Nizam memegang erat pakaiannya, Alena menjadi kesal. Ia menarik paksa pakaian suaminya sehingga Nizam akhirnya mengalah dan membiarkan pakaiannya terlepas dari tubuhnya. Dada bidang itu langsung terhampar di depan mata Alena, membuat Alena menelan ludahnya. Walaupun Alena sudah menikah cukup lama dengan Nizam tetapi Ia selalu gagal fokus melihat pahatan sempurna tubuh Nizam. Tangan Alena refleks terhulur ke depan dan merabanya.     
0

Nizam jadi mengkerut di pegang seperti itu, " Alena.. Aku sedang sakit.. Aku meriang.. Aku mual dan ingin muntah.." Kata Nizam sambil menarik kakinya dan menutupi dadanya oleh kedua tangannya. Alena menghela nafas dan menarik tangannya dari dada Nizam.     

"Kau membuat Aku menjadi naik darah saja... "Kata Alena sambil mencubit puncak dada Nizam. Nizam memekik sambil cemberut mengusap - usap puncak dadanya yang dicubit Alena dengan gemas. Alena malah tertawa dan kemudian menyuruh Nizam duduk membelakanginya. Nizam menurut Ia lalu duduk sambil memeluk bantal.     

Alena mengusap punggung Nizam yang mulus dan wangi. Ia lalu mendekatkan wajahnya ke punggung Nizam dan mengecupnya dengan lembut membuat Nizam merinding.     

" Alena.. jangan.. "Nizam merengek seperti anak kecil. Alena tertawa kemudian mengambil mangkuk kecil yang berisi minyak zaitun dan mengolesi punggung Nizam dengan minyak itu.     

Nizam menggeliat, "Apa yang sedang Kau lakukan.. mengapa Kau mengoleskan minyak zaitun ke tubuhku ?" Kata Nizam sambil terus menggeliat geli.     

"Diamlah.. kalau sakit tahan. Jangan berteriak - teriak !! " Kata Alena sambil kemudian mengambil coin mata uang atau uang logam, lalu mulai mengerok tubuh Nizam. Nizam memekik kesakitan ketika tepian uang logam menggesek kulit punggungnya.     

"Aduuh.. Alena sakit !! Apa yang Kau lakukan.. Akh.. hentikan " Nizam berteriak sambil menggeliat, punggungnya bergerak - gerak seakan ingin menghindari gerakan tangan Alena.     

"DIAM!! " Alena membentak Nizam sambil menahan leher Nizam agar tidak bergerak - gerak. Tangan kanannya semakin kuat menggosokkan tepi mata uang logam itu ke punggung Nizam hingga dalam sekejap punggung itu sudah beralur merah.     

Diluar orang - orang tampak gelisah mendengar Nizam memekik kesakitan, Bahkan kini Nizam terdengar merintih. Semua orang menjadi keringatan ketakutan. Apa yang sedang dilakukan Alena terhadap pangeran mereka. Apakah Alena sedang menyakiti Putra Mahkota. Mengapa Nizam malah berteriak - teriak kesakitan.      

 " Saakiit.. Alena.. Akh...hentikan Hentikan!! Aku tidak tahan lagi.." Suara Teriakan Nizam menggetarkan hati mereka. Bagaimana bisa Nizam yang begitu gagah perkasa bisa menjerit - jerit kesakitan seperti itu.      

Fuad dan Amar saling bertatapan mata, mereka mengusap tekuknya sambil merasakan bahwa nyawa mereka seperti sedang di ujung tanduk. Setiap Nizam menjerit kesakitan, Fuad dan Amar merasakan gemetar dan kedinginan. Hingga Akhirnya Nayla yang ikut tidak tahan berkata,     

"Aku tidak tahan mendengar jeritan Yang Mulia. Aku harus masuk untuk memastikan keamanan Yang Mulia.." Kata Nayla. Tapi kemudian Amar berkata,     

"Biar Aku saja yang masuk" Kata Amar menawarkan diri untuk  masuk memeriksa ke dalam kamar.     

"Tidak bisa. Kau lupa di dalam ada Tuan Putri Alena.. Kau tidak bisa sembarangan masuk tanpa seizin Yang Mulia Nizam." Kata Nayla kepada Amar. Amar menganggukan kepalanya. Ia menyutujui perkataan dari Nayla. Kalau Ia yang masuk tiba - tiba dikhawatirkan Alena sedang tidak berpakaian sebagaimana mestinya sehingga sangat tidak sopan kalau Laki - laki masuk. Karena hampir seluruh tubuh wanita adalah aurat. Tetapi berbeda dengan Nayla, Nayla adalah wanita sehingga Ia masih memungkinkan untuk masuk tiba - tiba.     

Nayla kemudian masuk dengan tiba - tiba, Ia sengaja tidak minta izin dulu karena takut tidak diizinkan. "Brak !! " Pintu di buka dari luar dengan sedikit keras. Dan pemandangan di depannya sungguh sulit diterima oleh akal Nayla.     

Nayla melihat Nizam sedang duduk memunggungi Alena dan Alena sedang menggerak - gerakkan tangannya di atas punggung Nizam yang penuh dengan alur merah.     

Nayla langsung menjatuhkan lututnya dan mulai berkata terbata - bata sambil menangis bercucuran air mata. Membuat Alena dan Nizam memandang Nayla dengan kaget. Teriakan kesakitan Nizam juga terhenti saking kagetnya karena pintu yang dibuka secara tiba - tiba.     

"Apa salah Pangeran Putra Mahkota sampai di cambuk seperti itu? Bukankah Pangeran Kami sudah meminta maaf. Yang Mulia Putri Alena mohon berbelas kasih. Demi Tuhan, tolong jangan cambuk permata kerajaan kami. Jangan balas cambukan Yang Mulia.. Jika Yang Mulia Putri Alena masih mendendam pada Yang Mulia Pangeran, Biarlah Hamba yang menebusnya" Nayla berkata sambil membenturkan keningnya ke lantai.     

Melihat tingkah Nayla yang salah sangka membuat Nizam langsung membentak keras. "Hentikan kelakuan bodohmu! Sana keluar! Putri Alena bukan sedang mencambukku. Dia sedang mengobatiku. Ini pengobatan spesial dari Indonesia. Rasanya memang menyakikan." Kata Nizam sambil melotot.      

Alena malah menahan tawa melihat Nayla yang begitu serius menyangka Ia sedang mencambuk Nizam. Karena memang bilur - bilur merah di punggung Nizam mirip sekali dengan bekas cambukan.     

Nayla mengangkat wajahnya dan warna biru bekas benturan ke lantai langsung tertera dikening nayla. Hal itu membuat Nizam semakin kesal,     

"Keluar Kau!! Awas Kau, berani benar masuk tanpa seizinku. Aku sudah bilang berkali - kali kalau Aku sedang berdua dengan istriku kalian harus meminta izin dulu untuk masuk. Dengan alasan apapun itu. Jangan lupa obati keningmu " Kata Nizam sambil membungkus tubuhnya oleh selimut.     

"Hamba mohon ampun, Yang Mulia kami hanya khawatir terhadap keselamatan Yang Mulia" Kata Nayla sambil tetap menundukkan kepalanya dengan sopan.     

"Kalian tidak usah khawatir kalau Aku sedang berada disisi istriku, berarti aman" Kata Nizam sambil menatap Nayla.      

"Tetapi itu kurang menjamin ?" Kata Nayla     

"Baiklah, Jika aku nanti harus mati di tangan Alena maka Aku anggap itu pengorbananku untuk cintaku kepada istriku"Kata Nizam malah membuat Nayla menjadi tidak tenang.     

"Yang Mulia mohon tarik kembali kata - kata yang Mulia" Kata Nayla ketakutan. Nizam menggelengkan kepalanya.     

" Yah sudah terserah kamu, Sekarang keluarlah cepat!!" Kata Nizam sambil memalingkan wajahnya tanda Ia sudah tidak ingin diganggu. Nayla langsung pergi keluar dengan wajah bersemu merah.       

"Para pengawal, pelayan dan asistenmu, semakin parah termasuk adikmu. Aku istrimu sendiri benar - benar dicurigai terus menerus" Kata Alena sambil mulai mengerok Nizam kembali. Kali ini Nizam tidak berani bersuara. Ia menggigit ujung bantal menahan teriakan di mulutnya. Muka Nizam memerah menahan sakit di punggungnya. Bahkan air matanya hampir meleleh saking sakitnya.     

Alena menatap punggung Nizam yang sekarang sudah penuh dengan alur - alur yang sebagian berwarna merah terang dan sebagian lagi berwarna merah gelap. Setelah dirasa cukup Alena lalu melap tubuh Nizam dengan handuk kecil dan mengoleskan minyak kayu putih ke seluruh tubuh Nizam. Nizam merasakan perutnya tidak sakit lagi dan pusingnya menghilang. Nizam merasakan kenyamanan pada tubuhnya. Nizam memandang Alena dengan takjub.     

"Badanku sekarang terasa lebih nyaman dan hangat. Mualku hilang" Kata Nizam sambil tersenyum senang. "Pengobatan kerok.. apa ?  Yang kau lakukan ini sebenarnya pengobatan apa?" Kata Nizam sambil penasaran.     

"Ini namanya kerokan bukan kerok. Di Indonesia cara pengobatan ini sering dilakukan  jika sakitnya hanya masuk angin dan kurang beristirahat. hasil kerokan biasanya sangat manjur kalau menurut orang Indonesa"Kata Alena sambil tertawa kecil.     

"Sungguh cara pengobatan yang luar biasa. Agaknya uang logam yang kau gesek - gesekan ke kulit punggungku membuka pembuluh darah dan melancarkan peredaran darah sehingga aliran darah tubuh menjadi lancar kembali. Terima kasih Sayang.."Kata Nizam sambil mengelus kepala Alena dan mengecup ubun - ubunnya.     

"Nah.. kalau begitu biar semakin nyaman, minumlah minuman jahenya" Kata Alena sambil menyodorkan minuman jahe secangnya.     

Tetapi saat Alena menyodorkan minuman itu Nizam tidak segera mengambil minuman itu, Ia hanya memandang minuman itu sambil melirik ketakutan kepada Alena.     

"Ayolah minum!! " Perintah Alena     

"Alena, terakhir Aku meminumnya Aku tumbang pingsan. Kali ini apakah di dalam minuman ini tidak ada apa - apanya? atau kau tidak bermaksud membuatku tumbang lagi?" Kata Nizam.     

"Waktu itukan kububuhi obat bius jadi kau langsung pingsan, Yang sekarang tidak. Ayolah diminum" Kata Alena sambil meminumkan minuman itu ke bibirnya Nizam. Dengan sedikit takut - takut Nizam meminumnya. Sambil tersenyum Alena lalu berkata.     

"Tuh.. kan tidak apa - apa. Aku tidak menambahkan obat bius kali ini tetapi hanya menambahkan sedikit  sianida ke dalam minumannya" Kata Alena sambil tertawa dan Nizam langsung tersedak air wedang jahe.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.