CINTA SEORANG PANGERAN

Kau Jangan Bercanda, Nizam?



Kau Jangan Bercanda, Nizam?

0Nizam bukannya tidak mendengar keributan di luar tetapi Ia hanya terdiam sambil memegang tangan Alena. Ia tidak akan bisa menghindari kejadian hari ini. Dimana suatu hari adiknya tidak bisa mencegah istrinya untuk menengok sahabatnya yang kini terbaring lemah dan hampir tidak bernafas.      
0

Airmata Nizam mengalir dengan sendirinya ketika langkah kaki Cynthia semakin mendekat. Hilang sudah keberanian Nizam yang selama ini melekat pada citranya. Ia bahkan tidak berani untuk menolehkan kepalanya menghadapi Cynthia. Ia hanya tetapi diam dan duduk sambil menatap Alena. Wajah pucat itu seakan tidak ada aliran darah yang mengalir sedikitpun. Nafasnya hampir tidak terdengar. Dan jarum infusan yang menancap pada lengannya membantu Alena untuk tetap bertahan.     

Mata Nizam terpejam membayangkan kejadian siang dua hari yang lalu itu. Setelah Ia meluapkan amarahnya Ia menggulirkan tubuhnya ke samping tubuh Alena yang sedang dalam posisi bertelengkup di atas bantal dan kedua kaki berlutut. Tubuh itu tetap seperti itu sampai kemudian Nizam mengembalikan kesadaran pada kepalanya yang sempat hilang. Ia terpekik kaget ketika tubuh itu tidak bergerak sedikitpun. Ketika Nizam merengkuh tubuh Alena, Alena sudah dalam keadaan pingsan tidak berdaya.     

Terlalu banyak kesakitan secara fisik dan mental yang Alena membuat Alena tidak dapat menahan dirinya lagi. Ia tidak sadarkan diri dan tidak menginginkan untuk bangun lagi. Jiwanya lebih memilih mengembara menghindari kenyataan yang terlalu menyakitkan. Alena lebih memilih berjalan - jalan di sebuah taman yang indah daripada kembali ke kehidupan nyata yang terkadang membuatnya seperti berada pada neraka.     

Cynthia menatap pemandangan di depannya dengan pandangan tidak mengerti, Ia melangkahkan kakinya mendekati Nizam dan Alena. Mulut Cynthia terkatup rapat begitu juga dengan Nizam. Ia tetap diam sambil menatap muka Alena yang pucat. Dengan gemetar Cynthia mendekat lalu Ia duduk di sisi ranjang. Nizam masih terdiam ketika kemudian Cynthia melihat luka - luka bekas gigitan Nizam pada tubuh Alena yang terbuka.     

Cynthia mengusap pipi Alena dan lehernya dengan gemetar. Ia masih tidak mengerti apa yang terjadi. Dengan perlahan Ia juga menarik selimut Alena tetapi tubuh Alena tertutup oleh pakaian yang longgar sehingga luka - luka lainnya tidak terlihat.     

"Alena.. Alena..Kau sedang apa? Mengapa Kau tertidur. Ini Aku datang. Apa kau tidak merindukan Aku. Alena..bangunlah. Ada apa Alena ? Apa yang sebenarnya terjadi ? Katakanlah kepadaku. Kau jangan membuatku gila" Kata Cynthia sambil mengusap lengan Alena.      

Air mata Cynthia tiba - tiba mengalir deras tidak terkendali tetapi walau airmatanya mengalir deras Ia malah tertawa terbahak - bahak.     

"Aku tahu, Kau sedang menggodaku. Ha.. ha.. ha.. Kau mengajakku bercanda bukan. Kau sengaja tertidur saat Aku datang agar Aku kebingungan. Cukup Alena.. Jangan menggodaku lagi. Aku menyerah. Aku kalah. Bangunlah!! Aku tidak sanggup lagi bercanda seperti ini. " Cynthia menghapus air matanya yang tidak berhenti menetes. Dan Nizam masih tetap diam.     

Cynthia kembali berbicara dengan tenggorokan tersekat oleh air matanya. "Alena mengapa Kau diam saja? Apakah Kau marah kepadaku karena Aku tidak menyusulmu ke kantor polisi. Aku pulang karena perutku kram dan Aku tidak bisa menahan rasa sakitnya. Ayolah Alena bangun !! " Kata Cynthia lagi. Tetapi lagi - lagi Cynthia tidak mendengar jawabannya. Tubuh Alena seakan tidak terusik. Ia bahkan tidak bergerak sedikitpun. Matanya masih terpejam rapat dengan nafas yang mengalun sangat pelan. Badan Cynthia semakin gemetar.     

"Alena... Alena... Alena.. bicaralah. Apa karena ada Nizam sehingga Kau tidak mau berkata - kata? Apakah sebaiknya Nizam pergi dulu sehingga Kau bisa berkata - kata. Alena.. hukuman apa yang diberikan oleh si kepala batu ini sehingga Kau sampai tidak mau berbicara kepadaku.  Apakah kau takut kepadanya ? Jangan takut Alena. Aku akan menyingkirkannya segera asalkan Kau buka matamu dan katakan Hai kepadaku agar hatiku menjadi sedikit tenang " Kata Cynthia lagi. Tapi lagi - lagi Alena tidak bereaksi.     

Hingga kemudian Ia merasa putus asa dan mulai menoleh kepada Nizam.      

"A.. apa yang terjadi  sebenarnya? Mengapa Ia seperti ini ? Mengapa Alena terus tertidur. Apakah kau menghukumnya dengan memberikan obat tidur sebagai balasan atas perlakuannya. Katakanlah Nizam atau Aku akan menjadi gila. Mengapa Ia tidak bangun - bangun?" Akhirnya Cynthia bertanya kepada Nizam yang sedari tadi tidak bereaksi apapun.     

Nizam masih terdiam, Ia tidak ingin menjawab pertanyaan Nizam.      

"Mengapa Kau diam saja ? Apa kau tidak bisa bicara? Beritahukan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi ? " Kata Cynthia sambil mengguncangkan bahu Nizam. Tetapi Nizam malah tertunduk dengan air mata mengalir.     

Cynthia mengangkat wajah Nizam dengan tangannya dan kembali bertanya kembali,     

"Mengapa Kau hanya diam membisu ? Apakah kau sudah tuli ? Katakanlah apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Alena hanya terbaring dan tertidur sedari tadi ? "Kata Cynthia menatap Nizam dengan tajam.     

"Apakah luka - luka pada bibir, pipi dan lehernya membuat Ia tidak bangun - bangun? Rasanya itu tidak mungkin dan terlalu berlebihan." Kata Cynthia lagi. Tapi Nizam tetap tidak berbicara hingga akhirnya Cynthia menjadi sangat kesal lalu Ia mengguncangkan lagi bahu Nizam.     

"Katakan Nizam! Katakanlah! Apa Kau ingin membuatku gila ?" Kata Cynthia lagi.     

Hingga akhirnya Nizam menjawab, " Ia pingsan.. Ia tidak sadarkan diri" Kata Nizam dengan lirih. Cynthia yang sebenarnya sudah tahu kalau Alena memang tidak sadarkan diri dan bukan tertidur, tetapi Cynthia tidak ingin mengakuinya. Kini Ia harus menerima kenyataan pahit kalau sahabatnya tidak sadarkan diri.     

"Tapi mengapa ? Apa yang sebenarnya terjadi ?" Cynthia berkata lagi dengan suara yang sangat lirih.     

"Aku menghukumnya " Nizam menjawab lagi     

"Menghukumnya ? Hukuman apa ? Mengapa Ia sampai tidak sadarkan diri ? Jelaskan secara panjang lebar kepadaku. Mengapa jawabanmu pendek - pendek begitu. " Cynthia benar - benar gusar dengan jawaban Nizam yang pendek - pendek.     

"Aku menghukumnya terlalu keras. " Kata Nizam lagi dengan tetap menggunakan kalimat pendek. Ia seakan kehilangan seluruh pembendaharaan kosa kata dalam kepalanya. Ia tidak mampu membuat kalimat panjang yang dapat memuaskan pertanyaan dari Cynthia. Lidahnya seakan kelu dan pikirannya buntu. Apalagi kemudian Cynthia terdengar histeris     

"Memangnya hukuman apa yang Kau berikan kepadanya ? KATAKANLAH !! " kata Cynthia sambil mulai berteriak semakin histeris. Nizam tidak menjawabnya. Ia malah mulai menangis meratap sambil menyimpan tangan Alena di pipinya     

"Aku terlalu cemburu. Jangan salahkan Aku, Cynthia. Aku terlalu mencintainya dan rasa cemburu membuatku gelap mata." Nizam menutup wajahnya.     

"Aku tahu kau memang gila. Kau terlalu posesif tapi kau belum menjawab pertanyaanku. Hukuman apa yang Kau berikan ?" Cynthia semakin gusar dan stress mendengar jawaban Nizam yang berbelit - belit.     

"Aku mencambuknya..." Nizam berkata lirih membuat Cynthia seakan mendengar petir yang menyambar di hadapannya.     

"A.. APA? Aku tidak mendengar apa yang kau katakan. Katakan sekali lagi ?" Kata Cynthia ingin meyakinkan apa yang Ia dengar adalah suatu kesalahan baik dari pendengaran telinganya ataupun dari ucapan Nizam.     

"Aku mencambuknya.." Nizam kembali menjawab dengan lirih.     

Reaksi Cynthia kemudian adalah menarik kembali selimut dari Alena dan kemudian memeriksa betis Alena. Ketika melihat betis yang berwarna kekuning - kuningan tetapi juga terkadang terlihat masih sangat mulus dan tidak ada satu goresan pun yang terlihat apalagi bekas cambukan.Cynthia lalu tertawa lega.     

"Ha..ha... ha..Aku tahu kalau kau bercanda. Please Nizam, jangan bercanda denganku. Atau Aku tahu sekarang.. Ha..ha..ha... rupanya kalian berdua ingin menggodaku. Kalian mau membuat lelucon dengan ku" Cynthia malah tertawa.     

"Sudah.. sudah.. akhiri bercanda kalian. Ini sudah tidak lucu lagi. Aku sedang serius.. Aku akan pergi saja. Kau dan Alena sama konyolnya. Bangun Alena !! Atau Aku akan menghajarmu " Kata Cynthia sambil bangkit dan hendak menarik tangan Alena. Nizam lalu memegang tangan Cynthia yang sudah memegang tangan Alena dan akan menariknya.     

"Aku tidak mencambuk di kakinya.." Kata Nizam lagi. Cynthia ternganga sambil melepaskan tangan Alena. Tubuhnya kembali gemetar.     

"La...lalu dimana ? " Cynthia menarik dress longgar yang dikenakan Alena ke atas dan Ia lalu melihat ada bilur kemerahan pada sedikit pinggulnya. Cynthia mengerutkan keningnya dan Ia mengangkat tubuh Alena Ke pinggir dan Ia langsung menjerit histeris melihat bilur - bilur merah, biru dan mulai menghitam pada panggul dan tubuh bagian belakang Alena.     

Cynthia menatap luka - luka itu dan lalu menatap wajah Nizam yang kini semakin pucat pasi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.