CINTA SEORANG PANGERAN

Mencari Solusi Untuk Jonathan



Mencari Solusi Untuk Jonathan

0Arani menyebutkan semua pihak yang sudah berhasil Ia hubungi kepada Nizam. Demikian juga dengan Andhara. Dan dalam dua hari semua ahli syaraf, ahli memijat dan akupuntur akan berkumpul. Nizam memastikan mereka mendapatkan pelayanan yang terbaik termasuk tempat mereka untuk tidur dan menu makanan mereka agar mereka merasa nyaman tinggal di kediaman Nizam.     
0

Nizam juga memastikan mereka tinggal di paviliun luar sehingga mereka tidak memiliki akses ke rumah utama tempat keluarga inti berkumpul. Nizam meningkatkan pengamanan untuk menutup kemungkinan ada pihak luar yang menyusup. Ia juga akan memeriksa para ahli itu secara langsung. Ia benar - benar tidak ingin kecolongan dengan mempertaruhkan keselamatan keluarganya.     

Setelah Arani dan Andhara selesai menyampaikan laporannya. Nizam lalu menatap wajah Arani yang terlihat sedikit pucat dan sembab. Ketika Arani dan Andhara berpamitan Nizam tiba - tiba berkata, "Maukah Kau tinggal dulu sebentar denganku ? " Kata Nizam sambil menatap wajah Arani dengan sedikit tajam.     

Arani tergagap, tidak ada yang bisa lolos dari pengamatan Nizam, Arani berbisik dalam hatinya. Arani menganggukan kepalanya dan lalu Ia melihat Andhara pergi meninggalkan mereka. Arani melihat Nayla yang berdiri disamping Nizam. Ia kelihatan keberatan ada Nayla di sisi Nizam ketika Nizam akan bertanya masalah pribadi dengannya.     

Nizam memahami maksud dari Arani, tetapi Nizam malah menggelengkan kepalanya, " Aku tidak bisa lagi berbicara berdua denganmu Arani. Kau sekarang sudah menikah dan menjadi milik orang lain. Kau bukanlah muhrimku lagi. Jadi Aku terpaksa tidak akan meminta Nayla untuk meninggalkan kita karena Aku tidak ingin berdua - duaan denganmu lagi" Kata Nizam menjelaskan.     

"Hamba mengerti Yang Mulia " Kata Arani sambil menundukkan kepalanya.     

"Nah..syukurlah kalau Kau mengerti. Jadi jelaskan kepadaku! Apakah Jonathan menyakitimu?" Kata Nizam bertanya dan wajah Arani langsung memerah. Dia malah semakin menundukkan kepalanya dan Nizam tidak bertanya lebih lanjut lagi. Ia hanya ingin memastikan praduganya saja.     

"Sudahlah.. Kau boleh pergi. Aku memang sudah menduganya dari awal " Kata Nizam sambil kemudian menyuruh Arani pergi. Arani mengucapkan terima kasih dan mengundurkan diri. Nayla yang disamping Nizam menatap Nizam dengan pandangan tidak mengerti.     

Sebenarnya apa yang sedang dibicarakan oleh majikannya itu. Nizam bertanya kepada Arani tetapi Arani belum menjawab dan sudah disuruh pergi. Memangnya apa yang sebenarnya terjadi. Nizam menoleh ke belakang melihat wajah Nayla yang tampak sedang berpikir keras.     

"Kau tidak usah berpikir keras tentang pembicaraanku dengan Arani. Otakmu belum berada ketingkatan permasalahan itu" Kata Nizam sambil pergi meninggalkan Nayla yang tambah kebingungan.      

"Oh ya. Panggilkan tabib ke hadapanku!! " Nizam memberikan perintah kepada Nayla. Nayla segera menganggukan kepalanya dan pergi ke tempat Tabib berada. Tabib?? kenapa Tabib ? kenapa bukan dokter? Ada tiga dokter di rumah ini. Dokter Desy, Dokter Naura, Dokter Rajak dan ada dua tabib. Mengapa Nizam memanggil tabib dan bukannya dokter. Tapi Nayla tidak berani berkata apapun lagi Ia segera melaksanakan perintah Nizam.     

Nayla bertemu dengan Bastnah yang sedang menyiapkan pakaian baru untuk Alena diruangan menjahit. Ia tampak mengawasi para penjahit dengan teliti. " Kau tenun dengan baik dan kau juga sulam pakaian Yang Mulia dengan benar. Aku ingin Yang Mulia Alena memiliki pakaian yang lebih bagus dari Putri Rheina " Kata Bastnah sambil memperhatikan sulaman pada gaun malam Alena.     

Bastnah berdiri ketika Nayla datang. "Ada apa? " Tanya Bastnah.     

"Aku disuruh memanggil Tabib oleh Yang Mulia" Kata Nayla.     

"Tabib?? ada apa ?" Bastnah tambah keheranan. Nayla mengangkat bahunya. " Aku tidak tahu mengapa Yang Mulia memanggil tabib. Tadi Yang Mulia berbicara dengan Arani  dan .."     

"Sudah.. cukup!! Stop !! Aku sudah tahu. Ayo ikuti Aku" Kata Batsnah sambil  mengajak Nayla untuk pergi. Sesampainya di ruang obat tampak para tabib itu sedang membaca obat - obatan yang memungkinkan dapat membantu Pangeran Thalal. Mereka berdua segera berdiri dan memberikan hormat kepada Batsnah dan Naila.     

"Yang Mulia Nizam memanggil salah satu dari kalian untuk menghadapnya" Kata Bastnah. Seorang tabib yang bernama Nazril segera berdiri dan menganggukkan kepalanya. Tanpa banyak bicara Ia ikut dengan Nayla untuk pergi menghadap Nizam. Sedangkan Bastnah kembali ke ruang jahit dan melanjutkan pekerjaannya mengawasi para penjahit, penenum dan penyulam pakaian untuk Alena.     

Nayla melihat Nizam berbicara dengan tabib sebelum kemudian tabib itu menganggukan kepalanya dan segera kembali ke ruang pengobatan tidak lama Ia kembali lagi dan memberikan sesuatu kepada Nizam. Nizam mengucapkan terima kasih dan Ia segera pergi mencari Jonathan.     

Setelah bertanya kepada para pelayan yang berlalu lalang Nizam mengetahui kalau Jonathan sedang berlatih basket di lapangan basket. Mungkin Ia mencoba berlatih lagi setelah kemarin Ia tidak berlatih karena babak belur di hajar Pangeran Abbash.     

Nizam melihat Jonathan tampak mengenakan seragam basket berwarna putih. Dan Ia sedang mendribel bola sendirian. Ia berlari sambil menggiring bola lalu Nizam melihat Jonathan meloncat sambil melempar bola ke dalam ring basket. Bola itu langsung masuk hanya dengan satu tembakan. Jonathan kembali mengambil bolanya dan Ia mendrible bola itu kembali.      

Nizam menghampiri dua penjaga yang sedang menjaga Jonathan. Ketika melihat Nizam mereka segera berdiri tegap lalu membungkukkan badannya memberikan hormat " Sudah berapa lama Ia berlatih?" Tanya Nizam sambil menatap Jonathan yang belum sadar atas kedatangan Nizam.     

" Sudah dua jam Yang Mulia.. Bahkan ketika hamba tawari Tuan Jonathan untuk beristirahat. Tuan menolaknya " Kata Salah seorang pengawal. Nizam malah tersenyum, Ia jadi teringat ketika Alena menolak untuk dia sentuh saat Alena sedang hamil. Sama seperti Jonathan Ia melampiaskannya dengan berolah raga sampai letih.     

Nizam melepaskan pakaian jubahnya dan hanya menyisakan kaos dan celana selutut. Ia tadi habis berolah raga dan melatih kemampuan bela dirinya makanya Ia masih mengenakan pakaian olah raga dan bersepatu olah raga.      

"Butuh seorang teman ?" Kata Nizam sambil menyiagakan tubuhnya di hadapan Jonathan. Jonathan tampak terkesima sebelum kemudian Ia tersenyum lebar dan melemparkan bola setinggi dada ke arah Nizam. Nizam segera menangkap bola yang dilemparkan oleh Jonathan lalu menggiringnya ke ring basket yang depan. Jonathan berjaga di hadapannya dan mencoba untuk mengambil bola kembali.     

Nizam berkelit ketika Jonathan mencoba meraih bola yang dipegang Nizam. Ia memutar tumitnya dan menghindari tangan Jonathan. Nizam berlari sambil mendrible bola lalu dia meloncat dan menshooting bola tepat ke dalam keranjang bola basket.     

Jonathan bertepuk tangan melihat gaya Nizam saat meloncat dan memasukan bola dari kejauhan. "Aku tidak mengira Kau bisa bermain basket juga" Kata Jonathan sambil mengambil bola basket dari tangan Nizam lalu Ia melemparkan bola itu dari depan ke belakang dan Nizam terpaku melihat bola itu meluncur masuk ke dalam ringnya tanpa Jonathan melihatnya.     

"Kau memang pantas disebut master bola basket " Kata Nizam dengan tulus karena Ia tidak akan bisa memasukan bola dengan cara membelakangi ring basketnya.     

"Ada apa Kau mencariku ?" Tanya Jonathan sambil menyeka keringatnya dengan handuknya.     

"Ayolah kita duduk di sana sambil beristirahat. Kebetulan Aku juga sedikit lelah setelah berolah raga tadi" Kata Nizam sambil lantas melambaikan tangan ke arah pelayan yang berdiri di dekat pintu. " Bawakan kami minuman dan makanan ringan " Kata Nizam sambil mengambil pakaiannya dari tangan penjaga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.