CINTA SEORANG PANGERAN

Ini Lebih Sedih dari Film India



Ini Lebih Sedih dari Film India

0Amar datang dari kamar mandi sambil terburu - buru. Ia tadi harus pergi dulu karena perutnya mulas. Ia tadi pagi sarapan bulgogi dicampur kimchi yang lumayan pedas. Hasilnya adalah perutnya jadi berontak dengan perubahan menu makanan yang berbeda dari biasanya. Agaknya makanan Korea tidak cocok dengan perutnya. Tetapi ketika Ia kembali dari kamar mandi Ia melihat banyak deraian air mata. Ia melongo sambil melihat situasi yang diluar dugaannya. Bukankah tadi waktu Ia pergi Pangeran Thalal sedang tertidur karena pengaruh suntikan penenang.     
0

"Apa Aku melewatkan sesuatu? Perasaan Aku pergi belum sampai satu jam. Kenapa jadi banyak adegan film India di zaman Tuan Thakur berkuasa ?" Kata Amar sambil menatap Andhara yang terus terisak - isak. Para perawat juga tampak saling berpelukan sambil menangis.  Amar tambah mengerutkan kening ketika Ia  juga melihat ke dalam kamar tempat Pangeran Thalal di rawat. Ia melihat Cynthia dan Pangeran Thalal yang saling berciuman sambil terisak lirih.     

Yang tambah mengagetkan Ia juga melihat Iqbal berdiri sambil ikutan mengusap air matanya. Mengapa pula badan yang tinggi besar dan berwajah sedikit bengis bisa begitu melow. Perasaan waktu Hasyim meninggal karena pertempuran dengan para pengawal Pangeran Abbash, Iqbal masih bisa mengontrol kesedihannya. Tetapi mengapa sekarang Ia melihat Iqbal begitu galau dan melow bagaikan anak gadis yang diputusin cintanya.     

"Kau kenapa?" Tanya Amar sambil memandang muka Iqbal yang sembab. Matanya seakan menelanjangi pria tinggi besar dihadapannya itu.     

"Kamu tahu, Ini lebih sedih dari film kuch kuch hota hai " Kata Iqbal sambil menghela nafas lalu Ia menunjuk ke dalam kamar pangeran Thalal. Amar juga tadi melihat Pangeran Thalal sedang berciuman dengan Cynthia.     

"Itu yang di dalam sedang asyik berciuman. Apa Yang Mulia langsung tepar karena kedatangan istrinya?" Iqbal bertanya sambil terus melirik adegan mesra yang sebenarnya tidak boleh Ia saksikan tapi matanya sulit untuk beralih.      

"Begitulah Amar, No woman no cry. Sebesar apapun kemarahan seorang pria tapi begitu dicium istrinya maka amarah itu akan hilang bagaikan debu yang tertiup angin. Kekuatan wanita itu memang mengerikan. Ia bagaikan api yang melelehkan besi yang keras" Kata Iqbal sok puitis.     

Tadinya Iqbal mengira Amar akan kagum mendengar kata - katanya yang puitis tapi perkataannya malah membuat Amar menjadi murka. Dengan langkah lebar Ia menghampiri Andhara. Berdiri tegap di depan wanita cantik itu. Tubuh Amar yang tinggi membuat Andhara menengadahkan wajahnya ke Amar. Ia melihat ada amarah dalam mata Amar yang seakan ingin membakarnya sampai hangus. Andhara langsung bangkit dan menatap tidak kalah tajamnya.     

"Apa maumu?" Tanya Andhara, Amar menunjuk muka Andhara sambil berkata penuh kekesalan.     

"Kaukan tahu. Aku mempertaruhkan nyawaku untuk menenangkan Yang Mulia ketika sedang mengamuk. Kepalaku pernah kena lemparan kursi. Kaki kena lemparan meja. gelas dan piring semua berterbangan ke arahku. Tapi Aku hanya menerima dengan pasrah karena ingin menenangkan Pangeran Thalal agar perawat bisa menyuntikan suntikan penenang.     

Kalau tahu, hanya dengan ciuman istrinya Yang Mulia bisa jadi tenang. Mengapa Kau harus mengorbankan diriku? Mengapa tidak dari kemarin Kau memanggil Yang Mulia Putri Cynthia" Kata Amar sambil mengepalkan tangannya. Andhara ternganga mendengar omelan Amar. Ia dan Iqbal lalu berpandangan mata. Andhara langsung membuang muka sambil menahan tawa.     

"Mengapa bukan Kau saja yang mencium Yang Mulia Pangeran Thalal?" Kata Iqbal sambil mendorong dada Amar.      

"Apa maksud dari perkataanmu itu? Walaupun Yang Mulia Pangeran Thalal sangat tampan tetapi Aku masih sangat normal" Kata Amar sambil balas mendorong dada Iqbal.     

"Hentikan..please!! Mengapa kalian berdua begitu bodoh. Itulah kalau terlalu banyak berlatih ilmu beladiri tapi otak kalian tidak pernah di asah. Apa sebenarnya yang kalian ributkan? Aku jadi pusing mendengarnya." Andhara berkata dengan kesal.     

Amar dan Iqbal tampak berhenti sambil menundukkan wajahnya dan memberikan hormat. Andhara jadi keheranan tetapi Ia segera berkata,     

"Bagus memang begitu seharusnya. Menurutlah kepadaku sebelum Aku menghajar kalian. Hari ini kita bisa berisitarahat dengan tenang. Pangeran Thalal akan tenang dalam dekapan Yang Mulia Putri Cynthia " Kata Andhara dengan dada membusung karena bangga melihat dua gorila itu tampak terlihat patuh kepadanya. Tetapi kemudian Amar memberikan isyarat kepadanya untuk melihat ke belakang. Wajah Andhara menjadi pucat Ia segera melihat ke belakang. Dilihatnya Cynthia sudah berdiri di belakangnya. Pantas saja Amar dan Iqbal langsung bersikap hormat.     

"Maksudmu, Malam ini Aku yang akan bekerja keras menenangkan Yang Mulia Pangeran Thalal dan Kalian akan tidur dengan tenang?" Kata Cynthia dengan dingin. Andhara pucat pasi sambil berkata.     

"Bu..bukan seperti itu Yang Mulia.. Ma..maksud Hamba.." Keringat dingin mengalir dari tubuh Andhara. Ia melirik ke arah Iqbal dan Amar seakan meminta bantuan. Tetapi mereka hanya menundukkan kepalanya tidak berani melihat wajah Cynthia.     

"Tapi tidak apa - apa. Aku mengerti maksudmu. Aku berterima kasih kalian sudah menjaga suamiku dengan baik. Persiapkan pesawat kita. Kita akan pulang malam ini juga. Aku takut keselamatan suamiku akan terancam berada di sini. Aku ingin kita kembali ke Amerika malam ini juga.     

Dan sambil menunggu persiapan kepulangan kita, Aku minta kamar baru untuk suamiku dan makanan serta minuman Arab atau India dan satu lagi yaitu makanan Amerika.  Jika tidak ada, berikan Kami makanan Amerika saja. Roti atau steak atau apapun asal jangan makanan Korea. Aku tidak berjodoh dengan makanan pedas" Kata Cynthia.     

"Perlu Yang Mulia ketahui, Hamba juga tidak berjodoh dengan makanan pedas" Kata Amar sambil tetap menundukkan kepalanya. Iqbal dan Andhara menatap Amar dengan heran. Mereka memang mengakui kalau ilmu bela diri Amar sangat tinggi tetapi mereka tidak mengira kalau Amar sedikit konyol. Cynthia juga menatap Amar dengan pandangan aneh.     

"Kalau perkataanmu adalah sebagai isyarat kalau Kau juga ingin makanan yang Aku pesan maka pesanlah sesukamu" Kata Cynthia sambil berbalik masuk kembali ke dalam kamar tempat pangeran Thalal menunggunya. Ia menggelengkan kepalanya sambil menahan senyum. Ia menyukai Amar yang lebih membumi dibandingkan Imran.     

"Panjang umur Yang Mulia Putri Cynthia yang begitu cerdas " Kata Amar sambil membungkukkan badannya dalam - dalam.     

"Kalian tahu kalau Aku sakit perut gara - gara makanan Korea, jadi ketika Putri Cynthia memesan makanan Aku memberikan kode kalau aku juga ingin makanan yang dipesan oleh Yang Mulia. Dan luar biasanya Yang Mulia langsung bisa memahami kodeku. Aku ingin punya istri sepintar Yang Mulia" Kata Amar sambil menatap punggung Putri Cynthia dengan penuh kekaguman.     

"Berkhayallah dalam alam mimpi " Kata Andhara sambil menyikut dada Amar sambil pergi mencari kamar untuk Pangeran Thalal dan mempersiapkan pesawat. Ia mengotak Bandara Pulau Jeju untuk izin terbang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.