CINTA SEORANG PANGERAN

Korban Kedua



Korban Kedua

0Pangeran Abbash seakan pasrah digandeng oleh Pria itu ke dalam hotel, tetapi kemudian Pangeran Abbash teringat sesuatu. Kalau seandainya Ia membunuh pria itu di dalam hotel maka akan ada kegemparan maka Ia segera berkata, " Ah.. tidak Tuan tolong!! Aku sudah tidak kuat. Aku ingin muntah.. bawa Aku ke dekat sana. Katanya sambil menunjuk ke belakang samping hotel yang sedikit tersembunyi. Pria itu tidak curiga karena memang Pangeran Abbash ingin muntah sehingga Ia ingin mencari tempat yang lebih tersembunyi.      
0

Pangeran Abbash memastikan tidak ada siapapun yang melihat termasuk dari intainan CCTV. Ketika kemudian Pangeran Abbash membungkuk seakan ingin muntah. Pria itu memijat tengkuknya dengan lembut tetapi kemudian tangan yang memijat tekuknya itu Ia pegang lalu Pangeran Abbash menarik tangan pria itu dan membantingnya ke depan dan dengan gerakan sangat cepat tangan Pangeran Abbash memegang kepala pria itu dan memutarnya dengan sekali putaran. Terdengar suara tulang leher yang patah. Pria itu langsung merenggang nyawa tanpa sempat berteriak.      

Pangeran Abbash kemudian memeriksa pakaian pria malang itu. Ia mengambil kartu kunci hotel dan memasukkannya ke dalam tas. Pangeran Abbash sama sekali tidak mengambil apa - apa dari pria itu. Ia  tidak ingin mengambil resiko dengan meninggalkan jejak padanya. Lagipula Ia sama sekali tidak membutuhkan apapun selain kunci kamar. Setelah Ia mendapatkan kuncinya lalu Ia mengangkat tubuh pria itu dan melemparkannya ke dalam laut. Suara debur air yang terkena hempasan tubuh pria itu seakan tertelan oleh pecahnya gemuruh ombak.      

Pangeran Abbash menyeringai sambil berdiri memegang pagar pembatas laut dan hotel lalu berkata,"Peringatan untuk para buaya darat di dunia. Jangan pernah sekali -  kali meniduri wanita yang baru kau kenal. Minimal kau harus pendekatan dulu sampai Kau memastikan keamanan wanita itu " kata Pangeran Abbash. Suaranya terdengar bersaing dengar deburan ombak. Ia lalu pergi dengan langkah penuh percaya diri.      

Sebelum masuk ke hotel Ia mengambil tasnya dulu yang tadi dia simpan dekat pot bunga. Tidak ada yang mencurigainya karena Ia menunjukkan kunci kamar. Jumlah tamu sangat banyak dan tidak mungkin bisa dikenali satu persatu. Asalkan dia memiliki kunci kamar maka Ia pasti sudah mengalami proses pemeriksaan awal. Karena yang sedikit ketat adalah proses pemberian kunci kepada para tamu. Lagipula Ia menyamar menjadi seorang wanita sehingga Ia tidak mendapatkan banyak pertanyaan dari pegawai hotel. Selalu ada kemudahan pelayanan yang lebih untuk seorang wanita daripada menjadi seorang laki - laki.     

Setelah membaca petunjuk hotel, Pangeran Abbash segera mencari nomor kamar yang tertera di kartu kunci itu. Ia masuk ke dalam lift bersamaan dengan rombongan para pemuda Korea. Para pemuda itu tampak mencuri - curi pandang pada Pangeran Abbash. Mata mereka sulit berpaling dari kecantikan yang terpancar dari wajah Pangeran Abbash. Pangeran Abbash menatap mereka malu - malu. Ia menggigit bibirnya sendiri seakan dia merasa canggung satu lift dengan para pemuda tampan itu.     

"Apa Kau tamu dari Tuan Kim Lion? " Tanya seorang pemuda dengan berani. Ia mendekati Pangeran Abbash yang sudah hampir mepet ke dinding lift. Pangeran Abbash menganggukan kepala sambil tersenyum malu - malu.     

"Kau sangat cantik sekali.. Kau orang mana?" Tanya pemuda yang berambut dicat  biru itu kepada Pangeran Abbash sambil menekankan tubuhnya ke tubuh Pangeran Abbash. Pangeran Abbash menggeserkan tubuhnya. " Jangan.. jangan, Aku bukan perempuan sembarangan..sana menjauhlah" Pangeran Abbash berkata sambil terbata - bata.     

"Siapa yang mengatakan Kau wanita sembarangan. Aku hanya ingin berkenalan denganmu. Aku Haechull..  " Kata pemuda itu sambil tersenyum mengulurkan tangannya. Pangeran Abbash menatap dengan matanya yang sangat indah. Bulu matanya yang lentik mengerjap. " Ouch... Ya Ampun.. Nona.. matamu.. matamu membuat Aku mau mati.." Seorang pemuda yang berambut pirang langsung memegang dadanya sendiri.     

"Aku tidak mengira kalian para pria dari Korea.. ternyata kurang ajar" Kata Pangeran Abbash sambil mencibirkan bibirnya.     

"Mengapa memang dengan pria Korea. Aku pikir semua pria dari negara manapun akan melakukan hal yang sama jika melihat wajahmu. Jangan salahkan kami. Salahkan wajahmu yang begitu cantik jelita. Kami tidak bertindak kurang ajar asalkan Kau mau menyebutkan namamu dan memberikan nomor telepon kepada Kami"     

Pangeran Abbash menyipitkan matanya, " Kalian sungguh memiliki nyali yang besar. Aku menginap di kamar 605. Kau boleh datang ke kamarku. Tetapi Aku tidak ingin berkenalan dengan kalian beramai - ramai. Aku hanya akan mengundang satu orang saja untuk berkenalan dan menemaniku mengobrol malam ini" Kata Pangeran Abbash sambil kemudian melangkah keluar ketika lift itu berhenti di depan lantai tempat kamarnya berada.     

Keempat pemuda itu langsung berpandangan mata dan tanpa diperintah dua kali mereka kemudian saling berebut untuk mengikuti Pangeran Abbash. Mereka saling merasa sangat menginginkan Pangeran Abbash hingga kemudian akhirnya mereka saling mengundi dan kebetulan sekali Haechull yang menang.     

"Langit telah memihakku." Kata Haechull sambil tertawa diiringi umpatan ke tiga temannya. Haechull segera berjalan menuju kamar Pangeran Abbash. Sedangkan ketiga temannya segera naik kembali ke atas liftnya dan pergi ke kamar mereka.     

Pangeran Abbash menempelkan kartunya dan segera membuka kamar pria yang Ia bunuh. Pangeran Abbash menyimpan tas nya di atas meja rias. Ia menyapukan matanya untuk melihat suasana kamarnya. Pangeran Abbash tampak jijik melihat beberapa pakaian pria itu yang tercecer di atas ranjang. Ia mengambilnya dan kemudian memasukkannya ke dalam tempat sampah. Ia juga membereskan meja dari sampah bekas makanan.      

Tidak lama kemudian pintu kamarnya di ketuk dari luar. Pangeran Abbash mendengus sebal tetapi Ia membutuhkan pakaian orang itu untuk menyamar menjadi seorang laki - laki. Berpakaian wanita membuat Pangeran Abbash tidak aman. Wajahnya terlalu cantik untuk bisa dibiarkan oleh seorang pria hidung belang.     

Pangeran Abbash langsung membuka pintu. Haechull tersenyum manis mencoba memikat Pangeran Abbash yang muncul dari balik pintu. " Aku datang manis, " Katanya sambil kemudian memegang tangan Pangeran Abbash. Pangeran Abbash tertawa kecil, Ia menepiskan tangan  yang mengelus lengannya yang halus. " Sebentar Tuan, Aku tutup pintunya dulu." Kata Pangeran Abbash.      

Haechull tersenyum sambil melangkah masuk dan Pangeran Abbash menutup pintunya. Haechull duduk di tepi ranjang dan menatap Pangeran Abbash yang berjalan mendekatinya dengan gemulai.     

Haechull melingkarkan tangannya di pinggang Pangeran Abbash dan Pangeran Abbash melingkarkan tangannya ke leher Haechull dan ketika Haechull mau mendekatkan mukanya Pangeran Abbash tiba - tiba menahan muka Haechull.     

" Sebentar... Sayang. Aku mau melepaskan pakaianku dulu" Kata Pangeran Abbash. Haechull terkejut dengan perkataan Pangeran Abbash.     

"Apa Kamu serius? Bukankah kita baru kenal. Apakah kamu wanita baik - baik atau wanita panggilan ?" Kata Haechull sambil menatap Pangeran Abbash.     

Pangeran Abbash berkata, " Aku tidak pernah main - main. Aku selalu serius dengan kata - kataku" Kata Pangeran Abbash sambil melepaskan gaun yang menutupi tubuhnya. Mata Haechull langsung menatap ke arah sudut tubuh Pangeran Abbash. Dan Haechull terkejut bukan kepalang melihat sudut tubuh Pangeran Abbash yang tertutupi pakaian dalam laki - laki. Sudut tubuhnya  yang tertutupi celana itu tampak menonjol menunjukkan ada benda yang bergelung besar di dalamnya.      

"Oh Shitt!! Kau bukan wanita " Kata Haechull terkejut sambil kemudian berdiri dengan muka jijik tetapi sebelum Ia melarikan diri, kaki Pangeran Abbash sudah bergerak menghajar perutnya. Tubuh Haechull langsung terjengkang ke atas ranjang.      

Pangeran Abbash maju sebelum Haechull bergerak turun. Ia menarik kedua kaki Haechull kemudian Ia menekuk lengannya dan dengan kekuatan penuh Ia menghantamkan sikunya ke dada Haechull. Dada Haechull langsung meleksak ke dalam dengan tulang rusuk yang patah. Haechull langsung tidak sadarkan diri. Pangeran Abbash lalu kembali mematahkan leher korbannya.      

Pangeran Abbash melucuti pakaian Haechull hingga Haechull hanya memakai pakaian dalam. Ia lalu memakai pakaian Haechull. Pangeran Abbash menarik mayat Haechull keluar balkon dan setelah memastikan keamananya Ia melemparkan mayat Haechull ke bawah laut.      

"Takdir mengharuskan Kau juga mati di tanganku." Pangeran Abbash lalu kembali masuk ke dalam kamar. Ia mengambil minuman di Kulkas dan menenggaknya dengan penuh kenikmatan. Bibirnya yang merah tampak basah. Ia lalu kembali mengeluarkan peralatan make upnya dari tas.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.