CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Menghormati Kim Lion dan Nana



Aku Menghormati Kim Lion dan Nana

0Malam semakin larut  dan setelah perut mereka kenyang serta menikmati keramaian suasana pesta. Pangeran Thalal mengajak Cynthia untuk beristirahat di dalam kamar mereka.  Kamar yang dipilihkan oleh Kim Lion untuk mereka adalah sebuah kamar yang benar-benar membuat Cynthia betah.     
0

Kamar terlihat sangat mewah dan bersih. Nuansa warna  krem mendominasi ruangan kamar tempat mereka menginap. Warna krem adalah warna yang sangat netral untuk sebuah ruangan umum seperti kamar hotel. Warna itu tidak terlalu terang juga  tidak terlalu gelap. Warna krem  juga terlihat sangat elegan untuk warna sebuah ruangan.     

Ada satu set sofa yang terpasang berhadapan dengan jendela kamar. Sehingga ketika Pangeran Thalal dan Cynthia duduk  di atas sofa itu mereka akan langsung melihat pemandangan air laut yang begitu biru tenang dan sangat luas.     

Di samping kursi sofa itu terdapat sebuah meja makan berkursi empat dengan  lampu gantung dalam kotak persegi yang menambah kamar menjadi lebih indah. Cynthia lalu melihat ke teras kamar,  ada balkon pribadi yang memungkinkan mereka dapat melihat luasnya lautan.     

Terdapat dua buah kursi di dalam balon tersebut, kursi itu khusus untuk duduk bersantai menikmati pemandangan laut yang sangat indah. Karena memang mereka masuk ke dalam kamar sudah larut malam sehingga suasana laut terlihat gelap. Hanya langit memancarkan sinar bintang dan debur ombak yang terdengar sangat indah di telinga Cynthia.     

Cynthia sudah merasa sangat gerah. Dia tidak ingin melihat-lihat kamarnya terlalu banyak. Cynthia  masuk ke dalam kamar mandi dan segera membersihkan tubuhnya yang terasa lengket oleh keringat. Cynthia kemudian melihat bahwa di dalam lemari sudah terdapat beberapa pakaian yang memang disimpan oleh para pelayannya atas perintah Andhara.     

 Cynthia lalu mengambil gaun tidur yang berwarna biru dan terlihat sangat kontras dengan kulitnya yang berwarna putih itu. Gaun itu sebenarnya tidak terlalu terbuka. Hanya bagian dadanya yang sedikit memperlihatkan belahan dada Cynthia yang semakin membusung karena kehamilannya. Dan itu malah membuat Cynthia terlihat semakin seksi.  Gaun itu dilengkapi sepasang tali yang menempel di bahunya.  Cynthia juga membungkus tubuhnya lagi dengan kimono yang merupakan pasangan dari gaun itu.     

Gaun itu terbuat dari kain satin yang  sangat lembut dikulitnya dan Cynthia menguraikan rambutnya yang pirang  lalu menyisirnya. Ketika Dia mulai naik ke atas tempat tidur  dilihatnya Pangeran Thalal  sedang berdiri di balkon  dan melihat pemandangan laut.     

Cynthia kemudian berkata "Yang Mulia, Aku tidur duluan ya,   Aku sudah sangat mengantuk karena aku hari ini sangat lelah,' kata Chintya sambil membaringkan tubuhnya di atas ranjang yang sangat empu.k. Pangeran lalu menoleh, "Tidurlah !! Aku masih belum mengantuk. Aku masih ingin menikmati pemandangan malam. Lagi pula aku belum mandi, Aku sebentar lagi akan tidur, setelah aku meredakan rasa lelahku."     

Cynthia tidak menjawab lagi karena dia sudah tertidur dengan lelap. Nafasnya mengalun dengan sendu. Matanya terpejam rapat. Setelah beberapa lama Pangeran Thalal baru hendak masuk ke dalam kamar.      

Pangeran Thalal menggeser pintu kaca untuk menutup pintu kamarnya karena angin bertiup dengan kencang, Ia tidak ingin Cynthia kedinginan. Setelah menatap istrinya yang terlelap, Pangeran Thalal menarik gordeng kamarnya.     

Pangeran Thalal mengambil selimut dari ujung tempat tidur lalu Ia menyelimuti istrinya. Pangeran Thalal membelai dengan lembut pipi istrinya dan menyingkirkan rambut yang menjela ke pipinya. Ada perasaan sedih melihat wajah istrinya.      

Rasanya tidak puas hati Ia menatap wajah istrinya. Kalau saja Ia tidak merasa gerah tentu Ia akan langsung berbaring disisi Cynthia. Dengan perasaan enggan Pangeran Thalal pergi ke kamar mandi. Dia lalu memutar kran air dingin. Tidak lama kemudian air mengalir ke dalam bathtub. Setelah setengahnya Pangeran Thalal lalu menuangkan sabun cair. Ia mengocok sabun di air agar membuat busa dalam bathtub. Pangeran Thalal melepaskan pakaiannya satu persatu sebelum kemudian Ia menelenggamkan dirinya kedalam bathtub yang penuh dengan busa sabun.      

Pangeran Thalal berendam dalam bathtub sambil mendengarkan musik klasik. Mata Pangeran Thalal terpejam dan menerawang.  Besok dia akan mengajak istrinya untuk melihat keindahan air terjun Cheojiyeon dan malamnya mereka akan pulang ke Amerika. Sebenarnya Pangeran Thalal ingin segera pulang malam ini juga, tetapi rasanya sayang untuk melewatkan keindahan air terjun itu ketika mereka berada di pulau Jeju. Dia ingin membuat Cynthia puas dengan perjalanannya ke Negara Korea.     

Lagipula dia mendengarkan apa yang dikatakan oleh kakaknya Nizam, Kita tidak boleh terlalu takut terhadap apa yang belum terjadi. Tetapi karena bahaya akan selalu ada di sekeliling kita maka hendaknya kita harus selalu bersikap waspada. Bersikap waspada tidaklah harus menjadi orang  yang diperbudak oleh rasa takut. Semakin kita menyembunyikan diri karena ketakutan maka kita akan menjadi seorang yang pengecut selamanya.  Jadi walaupun firasatnya  tidak enak Pangeran Thalal mencoba untuk melawan rasa takut itu.     

Setelah lama berendam di bathtub, Pangeran Thalal merasa badannya segar kembali. Pangeran Thalal melangkah keluar dari Bathtub. Ia mengambil handuk dan mulai mengeringkan badannya. Dia tidak mengambil kimono handuk yang terlipat rapih tersusun di lemari handuk. Ia hanya mengenakan handuk yang dililitkan ke pinggang  dan mulai menghampiri istrinya yang sedang tertidur lelap.     

Pangeran Thalal kemudian menarik lepas handuknya dan menyimpan handuknya di kursi samping tempat tidur. Kemudian dia membaringkan tubuhnya ke samping tubuh istrinya tanpa mengenakan sehelai benangpun. Dia lalu memeluk erat tubuh Cynthia dan mendekapnya seakan-akan dia ingin bersatu dengan istrinya selamanya dan tidak pernah terpisahkan.     

Cynthia membuka matanya  ketika dia merasakan tubuh suaminya yang menempel pada tubuhnya dari belakang. Cynthia membalikan tubuhnya ketika kemudian dia baru menyadari bahwa suaminya tidak mengenakan pakaian.     

"Yang Mulia mengapa kamu tidak mengenakan pakaian?  Apakah Yang Mulia tidak merasa kedinginan?" kata Chintya sambil menggosok - gosok matanya lalu menguap.     

Pangeran Thalal malah tersenyum, "Aku sama sekali tidak merasa dingin. Aku malah merasa gerah. Aku sedang kepanasan. Apalagi suasana di Pulau Jeju ini  sangat romantis. Aku jadi sedang membayangkan apa yang sedang dilakukan oleh Kim Lion  dan Nana " Kata Pangeran Thalal sambil menggerakan tangannya mengelus - ngelus perut istrinya.     

Cynthia mengerutkan keningnya rasa mengantuknya langsung hilang tak berbekas. Ia  berkata " Sebenarnya apa yang ada dalam otakmu itu Yang Mulia. Ini kan malam pengantin mereka. Tentu  saja mereka melakukan sesuatu  yang selayaknya dilakukan oleh pengantin baru pada malam pertamanya."     

Pangeran Thalal jadi  berpura-pura bodoh dan bertanya kepada istrinya, " Apakah sesuatu  itu ?"     

" Sesuatu itu seperti penyiksaan yang sudah kau lakukan kepadaku pada malam pertama kita." kata Cynthia sambil mencibir. "Tetapi terus terang Aku menyangsikan hal itu akan terjadi kepada Tuan Kim Lion dan Nana. Ya tentu saja karena Tuan Kim Lion tidak akan segila dengan dirimu. Kelihatannya Ia sangat lembut kepada istrinya."     

Pangeran Thalal lalu tertawa terbahak-bahak,  "Mengapa kau mengatakan Aku gila?"     

"Karena hanya Kau dan Nizam yang menyiksa istrinya sendiri di malam pertama" Kata Cynthia lagi sambil cemberut.     

"Aku hanya menyiksa sekali tapi selanjutnya kau yang selalu memaksa aku untuk menyenangkanmu." Pangeran Thalal masih tertawa.     

"Apa yang kau katakan? Yang Mulia bicara seenaknya saja. Perlu Yang Mulia ketahui,. Aku tidak pernah memaksamu. Tetapi  Yang Mulia sendiri yang  sering memaksaku" Cynthia berkata dengan sewot.     

"Baiklah... baiklah, Aku mengaku. Memang aku yang sering memaksamu" Kata Pangeran Talal sambil tersenyum.     

Pangeran Thalal lalu mengecup pipi Cintya  dengan lembut. "Cynthia....  Aku merasa bahwa Tuan kim Lion ini sangat baik kepada kita.  Dia memberikan kita kamar yang sangat yang  cukup mewah dan kita mendapatkan kamar dengan pemandangan yang sangat bagus." Kata pangeran Thalal sambil menggesek tubuhnya ke tubuh Cynthia.     

"Iya benar... Tuan Kim Lion sangat menghormati kakakmu dan mereka berteman dengan baik" Kata Cynthia tanpa sadar kalau Pangeran Thalal menggesekkan tubuhnya ke tubuhnya.     

"Karena Tuan Kim Lion sangat baik. Sudah selayaknya kalau kita menghormati dia." kata Pangeran Thalal sambil menatap istrinya dengannya pandangan misterius.     

"Menghormati seperti apa maksudmu? " kata Chintya.     

"Bukankah malam ini ini mereka sedang sedang bersenang-senang" kata Pangeran Thalal     

"Apa yang dimaksud dengan bersenang-senang. Aku jadi berpikir ulang. Apa mungkin semua laki - laki gila pada saat malam pertama sehingga  Nana tidak akan terlalu bersenang-senang dan yang bersenang - senang itu pasti hanya suaminya"     

"Kamu jangan berkata seperti itu Chintya, tidak semua wanita tersiksa di malam pertamanya" Kata Pangeran Thalal     

"Oh begitukah. Jadi hanya para Pangeran Azura yang gila dan menyiksa istrinya di malam pertama ? Kalau begitu Nana  sangat beruntung karena menikah dengan orang waras"     

Pangeran Thalal menyeringai mendengar istrinya terkadang masih sangat kesal mengingat malam pertama mereka yang sangat menyakitkan bagi Cynthia.     

"Engkau benar,  tidak semua wanita tersiksa di malam pertam mereka.  Tapi aku tidak bermaksud hendak membicarakan malam pertama yang penuh dengan penyiksaan.  Aku hanya ingin kita  menghormati Tuan Kim Lion dengan menemaninya untuk bersenang-senang. Agar dia tidak merasa malu karena bersenang - senang sendiri. Kata Pangeran Thalal sambil memasukan tangannya  ke dalam pakaian istrinya.     

Cynthia menggerakan tangannya di bawah lalu mencengkram perlahan tubuh suaminya dengan kesal, "Kau sebenarnya  hanya menginginkan diriku. Tapi bicara muter-muter ke sana ke mari membuat kesal "     

Pangeran Thalal menggeliat, " Pelan - pelan Sayang, Kau menyakitiku " Kata Pangeran Thalal sambil mengelus punggung Cynthia.     

"Biar kamu kapok. Mengapa Kau tidak memintaku secara langsung " kata Cynthia tersenyum selalu tertawa kecil.     

"Aku tahu kau lelah, jadi aku takut kau menolaknya" Mata Pangeran Thalal tampak sayu.     

" Perasaan Kau tidak pernah perduli Aku lelah atau tidak. Kau selalu bisa memaksakan kehendakmu" Cynthia melembutkan gerakannya. Suaminya mengerang, nafasnya sudah tidak beraturan.      

"Aku selalu ingin menyentuhmu. Aku tidak pernah merasa puas denganmu." Pangeran Thalal semakin menegang ketika Cynthia bergerak naik ke atas tubuhnya dan mulai mengendalikan tubuhnya di atas tubuh suaminya yang sudah terlentang pasrah.     

****     

Malam semakin larut. Debur ombak semakin terdengar membuat suasana sedikit mencekam dan di atas langit yang gelap sebuah pesawat jet tampak mengudara dari  kota Seoul menuju ke pulau Jeju. Pangeran Abbash tampak duduk di depan jendela menatap gumpalan awan yang hitam. Wajahnya yang tampan seakan tertutup oleh kabut .     

Said duduk di sampingnya dalam diam. Ketika majikannya sedang dalam suasana yang buruk, dia tidak pernah bicara kecuali kalau dia diajak berbincang-bincang. Dan setelah berapa lama Said mendengar Pangeran Abbash berkata,     

" Kau tahu said?" kata Pangeran Pangeran Abbash sambil tetap memandang gumpalan awan yang hitam . "Aku  tidak akan pernah menggunakan kekerasan kepada Alena sampai kapanpun.  Aku juga tidak akan pernah membunuh Nizam secara terang-terangan  di depannya.     

Dia harus menganggap Aku adalah pria yang baik. Karena itulah Aku akan mendekati dia dengan secara halus . Aku hanya ingin dia tahu bahwa aku mencintainya bukan karena menginginkan tubuhnya aku hanya ingin Alena tahu bahwa aku sangat mencintainya.     

Dan aku benar-benar ingin hidup bahagia dengannya  selamanya. " kata Pangeran Abbash kepada said. Dan Said masih  terdiam.     

"Aku tahu Said.  Kau mungkin menganggapku sudah menjadi gila. Gila karena obsesi tetapi aku tidak pernah memiliki perasaan seperti ini kepada wanita manapun. Aku tidak ingin wanita lain. Aku hanya ingin wanita itu yang akan melahirkan anak - anakku. Hanya Ia yang akan merawatku ketika sakit. Hanya dia yang Aku inginkan untuk menua bersamanya"     

Said masih terdiam dan menghela napas. Kemudian Pangeran Abbash berkata lagi, "Aku mungkin sudah dibutakan oleh cinta. Cerita Alena yang berkembang seperti bola liar di negara-negara kita telah memicu rasa cintaku.      

Dan Aku tahu pasti bahwa Pangeran Nizam adalah pangeran yang sangat berkuasa dan dia sangat tampan dan banyak disukai para wanita. Tetapi Pangeran Nizam tidak pernah jatuh cinta sehingga ketika dia jatuh cinta pada seorang wanita. Aku tahu wanita itu bukanlah wanita yang sembarangan sehingga ketika aku melihatnya Akupun juga jatuh cinta kepadanya. Sesungguhnya aku tidak merasa malu karena sudah mencintai istri orang."     

Orang yang sedang jatuh cinta memang aneh, tidak ada satupun topik yang menarik selain membicarakan tentang orang yang dia cintai. Hari ini Pangeran Abbash terus-menerus membicarakan tentang Alena.     

Dan Said sampai merasa pusing sendiri tetapi dia tidak berani untuk memprotes. Dia masih sangat menyayangi nyawanya walaupun hubungan mereka sangat dekat tetapi Dia tidak bisa main-main dengan pangeran Abbash.     

Jangankan dia yang hanya sekedar pengasuhnya, pelayannya. Said mendengar  sedari tadi Pangeran Abbas mengatakan bahwa siapapun yang akan menghalanginya dia akan menyingkirkannya. Tidak peduli itu adalah kakak ataupun ayahnya sendiri.     

Pangeran Abbash lalu terdengar menghela nafas kemudian dia menoleh ke wajah pelayannya. Said kembali melihat air mata yang menetes membasahi pipi Pangeran Abbash.     

"Aku tidak mengerti Said.  Apa yang sebenarnya terjadi kepadaku? Mengapa air mataku selalu mengalir setiap kali aku mengingat wajahnya. Melihat wajahnya walaupun itu hanya sekedar di atas foto itu sudah cukup membuatku seakan ada di sisinya.     

Said Aku merasa sangat tersiksa. Aku bisa gila kalau aku tidak segera melaksanakan impianku ini. Tetapi aku juga tidak ingin terlihat memaksanya.  Aku ingin Alena mencintaiku secara tulus aku hanya ingin dia sendiri yang menyerahkan tubuhnya kepadaku bukan karena aku memaksanya" Pangeran Abbash lalu menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan mulai menangis terisak - isak bagaikan seorang anak gadis yang sedang patah hati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.