CINTA SEORANG PANGERAN

Kalian Memang Layak Untuk Mati ( 2 )



Kalian Memang Layak Untuk Mati ( 2 )

0Cynthia melihat ke arah tiga orang yang sedang berdiskusi dan melihat dari gestur tubuh mereka. Kelihatannya mereka sedang menimbang-nimbang apa yang harus dilakukan.  Tetapi Cynthia kemudian terkejut melihat dua orang laki - laki yang diajak bicara oleh Chung Hee malah menodongkan senjata ke arahnya.     
0

Cynthia mengernyitkan keningnya. Apa yang sebenernya terjadi. Mengapa Chung Hee tidak bisa meyakinkan teman - temannya. Apakah negosiasinya  telah gagal. Sehingga kemudian Cynhtia berdiri sambil menatap mereka. Cynthia menelan ludahnya yang terasa seret.     

"Dong Min! Joo Chan! Kalian jangan gegabah " Chung Hee berteriak sambil berlari dan melindungi Cynthia dengan tubuhnya. Kedua tangannya terentang. Cynthia berdiri dengan gemetar di belakang tubuh Chung Hee.     

"Menyingkirlah Chung Hee!" Kata Joo Chan dengan kalap.     

"Kalau Kau ingin membunuhnya maka bunuhlah Aku terlebih dahulu!" Chung Hee berteriak.     

"Jangan Kau kira Aku takut untuk membunuhmu. Kami sudah mempercayaimu jadi pemimpin Kami selama ini tetapi Kau malah mendorong Kami ke jurang kehancuran " Kata Joo Chan lagi. Tetapi ketika dia hendak menarik pelatuknya, Dong Min segera melarangnya.     

"Tahan Emosimu ! Kau jangan membunuh Chung Hee. Dia teman kita. Lagipula kalau dia mati bagaimana kita bisa berbicara dengan Pangeran Abbash. Aku tidak pandai dalam bernegosiasi" Kata Dong Min.     

"A..apa yang terjadi? Mengapa kedua temanmu jadi ingin membunuhku" Kata Cynthia berbisik kepada Chung Hee. Chung Hee memalingkan mukanya ke arah Cynthia dan berkata, " Kami kesulitan untuk mengambil keputusan"     

Mendengar kata - kata Chung Hee, Cynthia kemudian menghela nafas dan berkata. " Kau lindungi Aku dari belakang. Aku akan mencoba mengajak kedua temanmu berbicara."     

"Tetapi mereka tidak mahir berbicara bahasa Inggris."     

"Kau terjemahkan perkataanku  untuk mereka demikian juga sebaliknya"     

"Bagaimana kalau mereka membunuhmu?" Kata Chung Hee.     

"Apa Kau percaya kepadaku? " Kata Cynthia lagi.     

"Aku percaya kepadamu" Kata Chung Hee     

"Maka kalau mereka tidak bisa diajak berdiskusi, Kau bunuh mereka. Buat apa memiliki teman yang  tidak bisa di ajak berpikir jernih. Dari pada mereka mencelakakanmu maka sebaiknya mereka mati  ditanganmu."     

"Tapi..."Chung Hee tampak ragu - ragu.     

"Kau jangan banyak berpikir. Kau lindungi saja Aku. Kau hanya perlu menembaknya kalau mereka menembakku. Jika mereka tidak menembakku jangan kau tembak. Kau mengerti?" Kata Cynthia. Chung Hee menganggukan kepalanya dan kemudian dia meraba senjatanya dan mulai mengeluarkannya untuk menembak kedua temannya kalau - kalau mereka membunuh Cynthia.     

Cynthia menggeser tubuhnya dari balik tubuh Chung Hee dan mulai berjalan menghampiri Dong Min dan Joo Chan. Dong Min dan Joo Chan terdiam membeku tidak mengira kalau wanita yang akan mereka bunuh malah menghampiri mereka. Sementara itu Chung Hee terus mengikuti Cynthia dari belakang dan berjaga - jaga.     

Cynthia terus berjalan mendekati mereka dan kemudian Cynthia menurunkan tangan yang sedang mengarahkan senjata kepadanya dengan perlahan sambil terus menatap mata Dong Min dan Joo Chan. Ia sangat waspada kalau - kalau mereka jadi kalap dan menembaknya. Tapi anehnya Dong Min dan Joo Chan malah terpaku.     

Cynthia lalu memegang tangan Joo Chan yang sedang terpaku. Lalu disentuhkan ke perutnya yang mulai buncit. Seandainya Pangeran Thalal melihat Ia sedang melakukah hal itu pasti dia akan kalap karena cemburu.     

"Aku bersumpah demi anakku yang ada dalam kandunganku bahwa Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membebaskan kalian dan keluarga kalian dari cengkraman pangeran jahat itu" kata Cynthia sambil kemudian di terjemahkan oleh Chung Hee.     

Entah karena melihat sorot mata Cynthia atau entah karena mendengar sumpah seorang ibu atau entah karena teringat keluarga mereka. Tiba - tiba Joo Chan berlutut dan menangis sambil memeluk kedua kaki Cynthia.     

"Dia menyandera kekasihku, dan Aku sangat mencintai kekasihku itu. Tolong selamatkan dia, Tuan Putri. Aku akan menghambakan hidupku untuk Yang Mulia seandainya Kau dapat menyelamatkan kekasihku" Kata Joo Chan sambil diterjemahkan oleh Chung Hee.     

Melihat Joo Chan berlutut kemudian Dong Min juga ikut berlutut. " Ibuku disandera olehnya. Tolong bebaskan ibuku juga. Aku hanya memiliki ibuku dan tidak memiliki siapa - siapa lagi. Tolong selamatkan ibuku"     

Kemudian  Cynthia berkata dengan penuh amarah, "Hanya laki-laki pengecut yang berlindung dibalik sanderanya. Pangeran Abbash bukanlah seorang laki-laki. Dia adalah seorang pencundang. Dia lebih pengecut dari seorang perempuan" Kata Cynthia dengan geram.     

Tetapi baru saja  Cynthia selesai berkata demikian tiba-tiba di dengarnya ada suara yang berkata sambil tertawa.     

"Aku biasanya hanya mendengar tentang kecerdasan istrinya Pangeran Talal dari berita yang tersebar di setiap penjuru kerajaan Azura dan 20 kerajaan aliansi. Tetapi baru sekarang Aku menyaksikan sendiri bagaimana seorang wanita lemah dan sedang hamil bisa menaklukan ketiga kecoa bodoh di hadapanku ini. Aku sungguh sangat kagum kepadamu.     

Tidak banyak wanita yang memiliki kecerdasan sepertimu. Pangeran Nizam sungguh beruntung dia dikelilingi oleh orang-orang yang memiliki kompetensi bagus."  kata orang itu sambil bertepuk tangan.     

Dong Min dan Joo Chan segera berdiri sambil kembali mensiagakan senjatanya termasuk dengan Chung Hee. Cynthia juga mencari - cari siapa orang yang berbicara tadi. Ketika kemudian Cynthia melihat ada sosok yang keluar dari balik pohon.     

"Dan kalian bertiga. Kecoa busuk yang bodoh atau kecoa bodoh yang busuk. Kalian bertiga memang  layak untuk mati. Sungguh memalukan hanya dengan mulut seorang perempuan, kalian bisa langsung terperdaya. Sungguh Aku telah salah memilih sebagai kaki tanganku." Kata Pangeran Abbash sambil menggelengkan kepalanya.     

Chung Hee, Dong Min dan Joo Chan langsung pucat pasi melihat pria di depannya itu. Pangeran Abbash bagaikan hantu yang tiba - tiba muncul dihadapan mereka. Pria yang mereka takuti muncul dihadapan mereka pada saat mereka sedang bernegosiasi dengan Cynthia.     

Cynthia memiringkan kepalanya melihat sosok tubuh yang berdiri di depannya. Sosok tubuh tinggi ramping. Memakai celana jeans dan kaos putih. Berkulit putih dan berambut hitam legam, lebat dan sedikit ikal. Wajahnya begitu halus bagaikan wajah seorang wanita. Selama ini Ia mengira bahwa suaminya adalah pria tertampan di dunia. Tetapi ketika di lihatnya wajah Pangeran Abbash, Cynthia  jadi berpikir ulang tentang ketampanan suaminya.     

Pangeran Abbash berdiri tegak di hadapan Cynthia sambil mengacungkan senjatanya kepada wanita yang sangat dibencinya. Cynthia berjalan mendekati Pangeran Abbash. Rasa benci, muak dan jijik membuat Cynthia melupakan rasa takutnya. Ia sangat ingin meludahi wajah tampan itu.     

"Apakah Kau Pangeran Abbash?" Kata Cynthia seakan - akan ingin meyakinkan dirinya sendiri.     

Pangeran Abbash menurunkan senjatanya lalu Ia membungkukkan badannya dan berkata sambil tersenyum manis.     

"Iya Aku Pangeran Abbash. Aku memberikan hormat kepada Yang Mulia Putri Cynthia yang sangat mengagumkan " Kata Pangeran Abbash sambil kemudian hendak mengambil tangan Cynthia dan akan menciumnya. Tetapi Cynthia menarik tangannya dan Ia langsung meludah ke samping. " Singkirkan tanganmu yang menjijikkan itu dariku " Kata Cynthia dengan penuh rasa jijik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.