CINTA SEORANG PANGERAN

Cynthia Aku tidak bisa melihatmu



Cynthia Aku tidak bisa melihatmu

0Cynthia memejamkan mata sambil memikirkan suaminya. Ia tahu bahwa dokter itu, tidak mengatakan berita yang sebenarnya kepada dia. Chintya tidak dapat memaksa dokter itu untuk berterus terang karena mungkin mereka memiliki kode etik sendiri. lagi pula  dokter itu pasti lebih mengkhawatirkan kandungannya.     
0

Cynthia kemudian melihat ke arah perawat yang sedang berdiri di dekat meja kecil yang ada di samping tempat tidurnya perawat Itu tampak sedang membereskan sejumlah obat-obatan yang akan diberikan kepada Cynthia.     

Cynthia kemudian bertanya menggunakan bahasa Inggris karena dia yakin bahwa semua perawat dan dokter yang berhubungan dengannya pasti  berbahasa Inggris. Mengingat bahwa dia tidak bisa berbahasa Korea.     

"Suster, apakah aku boleh meminta tolong kepada mu? "Kata Cyntia sambil menatap ke wajah perawat tersebut. Perawat itu menatap tajam wajah Cynthia dibalik matanya yang sipit, mata khas Korea tanpa kelopak ganda. Tetapi kemudian wajahnya kembali berubah menjadi ramah ketika dia menyadari bahwa yang di hadapannya adalah seorang istri dari pangeran kerajaan Azura.     

" Apakah yang dapat saya bantu, Yang Mulia? "Tanya si perawat itu sambil memandang wajah Cyntia dengan penuh rasa hormat. Kemudian Cynthia menjawab,"Aku sedang menghawatirkan keadaan suamiku dan itu membuatku sangat tidak nyaman. Apakah kau dapat menolongku untuk mengantarku melihat kondisi suamiku "kata Cynthia bertanya kepada perawat itu.     

"Sebenarnya saya tidak tahu tentang kondisi yang mulia Pangeran Talal. Saya juga tidak memiliki wewenang untuk mengantar Yang Mulia Putri untuk melihat kondisi Pangeran Talal. "Kata si perawat menjawab dengan hati-hati.     

"Tetapi aku adalah istrinya. Aku memiliki hak untuk melihat kondisi suamiku yang sebenarnya. "Kata Cynthia dengan tegas.     

"Anda memang benar Yang Mulia. Yang Mulia memiliki hak untuk mengetahui kondisi dari suami yang mulia. Tetapi Yang Mulia sedang mengandung dan itu sangat berbahaya. Jika setelah Yang Mulia melihat kondisi Pangeran Thalal malah membuat Yang Mulia menjadi tidak nyaman. "Perawat itu berusaha menjelaskan permasalahannya kepada Cynthia.     

"Aku sangat mengerti dan aku sangat menghargai sikap profesional kalian di rumah sakit ini. Tetapi aku adalah istri dari seorang pangeran. Aku memiliki mental baja yang lebih dari orang lain mengingat memang kehidupan ku akan selalu dekat dengan bahaya seperti ini. Aku merasa lebih tidak nyaman kalau aku tidak tahu kondisi dari suamiku sendiri.? Kata Cynthia kepada perawat itu.     

"Anda mengatakan hal yang benar yang mulia. Saya tidak meragukan kekuatan mental dari yang mulia. Hanya saja saya adalah pegawai kelas menengah yang hanya mengikuti perintah atasan. Tadi pagi atasan saya berkata, bahwa saya harus menjaga Yang Mulia dengan sebaik-baiknya. Dan yang mulia tidak diperkenankan untuk meninggalkan ruangan ini dalam kondisi apapun demi keselamatan Yang Mulia sendiri. "Kata si perawat.     

Mendengar alasan daripada si perawat, Cynthia tidak dapat berkata apa-apa lagi, karena memang apa yang dikatakannya adalah masuk diakal. Kalau seandainya dia memaksa pergi untuk melihat suaminya maka yang akan terkena sanksi adalah si perawat ini. Jadi Cynthia memutuskan untuk menemui manager rumah sakit secara langsung dia lalu berkata kepada si pelayan yang masih berdiri di di depannya.     

"Baiklah kalau begitu Aku tidak akan mempersulit dirimu lagi. Tolong kau panggilkan Nona Andhara kesini. Aku harap Kau mengenalnya. Nona Andhara adalah wanita yang bersama kami Dia yang memiliki perawakan tinggi ramping dengan kulit putih dan rambut sedikit berwarna kemerahan.      

"Saya tahu Nona Andhara Yang Mulia. Dia yang mengurus semua administrasi perawatan dari pasien-pasien yang terluka karena pertempuran di hutan tropis itu. Baiklah saya akan segera menemui Nona Andhara untuk meminta beliau datang ke sini." kata si perawat itu sambil kemudian dia membungkukkan badan memberikan hormat dan keluar.     

Perawat itu melihat Iqbal yang berjaga di depan pintu kamar Cyntia. Iqbal ini sebenarnya terluka cukup parah Tetapi dia masih bisa berdiri. dia membunuh setidaknya 4 orang dari pengawal Pangeran Abbas dan 2 laginya terluka parah. Setelah mendapatkan perawatan Ia bersikeras untuk menjaga Cynthia karena khawatir dengan keselamatannya. Apalagi pengawal Pangeran Thalal yang bernama Hasyim tewas ditangan Said.     

" Maafkan Saya. Apakah Tuan, pengawal dari Putri Cynthia? "  Tanya si perawat kepada pengawal Iqbal     

"Ya, ada apa ? Apakah Yang Mulia Putri Cynthia memerlukan sesuatu? Apakah Yang Mulia baik - baik saja? Apa ada yang bisa saya bantu?"kata Iqbal sambil memperhatikan perawat itu.     

"Putri Cintya mengatakan bahwa Yang Mulia ingin bertemu dengan Nona Andhara dan manajer dari rumah sakit ini" kata si perawat kepada Iqbal.     

kemudian Iqbal berkata," Saya tidak bisa meninggalkan Yang Mulia sendirian di dalam ruangan. Saya juga belum memiliki handphone baru karena Handphone saya hancur pada saat pertempuran. Mungkin anda bisa pergi sendiri untuk mencari Nona Andhara dan kepala manajer dari rumah sakit ini" Iqbal menjawab. Dia tidak berani meninggalkan Putri Chintya sendirian terlebih Pangeran Abbash tidak berhasil dibunuh. Menurut cerita yang Ia dengar dari Amar, Pangeran Abbash menjatuhkan dirinya sendiri ke sungai yang beraliran deras.     

"Baiklah kalau begitu, tolong jika ada yang bertanya tentang saya mohon untuk disebutkan bahwa saya pergi mencari Nona Andhara " Kata si perawat itu sambil kemudian pergi ke tempat Pangeran Thalal. Ia tahu bahwa Pangeran Thalal dijaga oleh Andhara dan Amar.     

***     

Di tempat Pangeran Thalal dirawat.     

Para dokter sudah selesai mengobservasi luka - luka Pangeran Thalal. Pangeran Thalal terluka di bagian dada hingga dadanya membiru. Luka memar disana - sini dan yang terparah adalah kepalanya yang terluka sampai mendapatkan jahitan sebanyak tujuh jahitan.     

Seorang Dokter tampak berusaha menyadarkan Pangeran Thalal yang pingsan karena banyak keluar darah. Andhara berdiri dengan cemas berdiri di luar kamar. Amar duduk di hadapan Andhara yang tidak bisa tenang. Ia melihat ke arah handphonenya. Ia masih belum menghubungi Nizam sampai Ia mendapatkan berita dari dokter tentang kondisi Pangeran Thalal.     

Amar tidak kalah cemas dengan Andhara. Ia terus menerus menghembuskan nafasnya sambil resah. Ia terlambat datang ke Korea sehingga Pangeran Thalal dan Cynthia terluka sebelum Ia sempat menolongnya.     

Ketika pintu di buka dari dalam. Andhara dan Amar terlonjak kaget dan mereka segera memburu dokter itu.     

"Pangeran Thalal, sudah hampir siuman. Luka -lukanya sudah kami tangani. Kami beruntung tubuh Yang Mulia cukup tangguh. Hanya saja Kami masih menunggu Yang Mulia siuman secara total untuk mengetahui apakah ada efek dari luka parah di kepalanya." Kata Dokter Kang.     

Andhara sedikit membeku mendengar pendapat dari Dokter Kang. " Apakah kemungkinan yang terburuk yang dapat diperoleh oleh Yang Mulia Pangeran Thalal?"     

"Yang pertama bisa jadi Yang Mulia mendapatkan gegar otak, atau menjadi hilang ingatan, atau pendarahan di kepala."     

Baru saja Dokter itu berkata, Tiba - tiba dari dalamntia terdengar rintihan suara Pangeran Thalal. " Cynthia... Cynthia.. dimana Kau? Mengapa kepalaku pusing sekali. Dan mengapa keadaan sangat gelap ? Cynthia mengapa Aku tidak bisa melihatmu ? "      

Andhara langsung menerobos masuk dan Ia langsung bergetar melihat Pangeran Thalal terbangun dengan tangan meraba - raba ke depan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.