CINTA SEORANG PANGERAN

Jangan Pernah Meminta Kematian.



Jangan Pernah Meminta Kematian.

0Nizam terdiam d idepan jendela kamarnya. Ia memandang taman yang terbentang di depannya. Permukaan air danau yang tenang tampak tidak sebanding dengan perasaan Nizam. Bayangan wajah Pangeran Thalal adiknya serasa menari - nari di pelupuk matanya. Ia melirik Alena yang sedang menyusui bayi - bayi mereka dibantu oleh para pengasuh mereka.     
0

Ketika matanya bersiborok dengan mata Alena, sesaat mereka saling berpandangan dalam diam. Sama seperti dirinya, Alena juga tampak sedang gundah memikirkan Cynthia. Dari kemarin Ia mencoba menghubungi Cynthia tetapi HP Cynthia mati. Ia tidak dapat menghubungi sahabatnya itu.     

Axel yang biasanya rewel kini diam sambil menghisap put*ng milik ibunya. Ia menatap wajah ibunya yang muram. Ia seakan mengerti kegundahan hati ibunya. Demikian juga dengan Alexa. Alexa hanya sesekali merengek ketika put*ng miliknya ibunya terlepas. Selebihnya kedua bayi itu terdiam. Hanya mulutnya saja yang bergerak - gerak menghisap air susu yang seakan tidak ada habisnya mengalir ke tenggorakan mereka.     

Tiba - tiba air mata Alena mengalir membasahi pipinya. Nizam menatap aliran air mata di pipi istrinya.  Bulu matanya yang lentik mengerjap, Ia lalu berjalan menghampiri istrinya. Alena sedang memegang kedua bayi dengan lengannya. Ia tidak dapat menghapus air mata yang mengalir di pipinya. Nizam duduk disamping Alena. Ia lalu mendekapkan kepala Alena ke dadanya. Tidak dapat ditahan lagi Alena langsung menangis terisak - isak.     

Nizam menatap Axel dan Alexa yang tampaknya sudah kekenyangan. Ia lalu menyuruh para pengasuh untuk mengambil mereka dari pangkuan Alena. Para pengasuh  itu segera mengambil Axel dan ALexa kemudian mereka keluar dari kamar Alena dan Nizam. Demikian juga dengan para pelayan yang berdiri di samping Nizam dan Alena. Mereka ikut mengundurkan diri.     

Nizam memeluk Alena dan membiarkan Alena menangis sepuasnya. Berita terakhir adalah berita yang laporkan Andhara ke Nizam. Kalau kubu mereka terlibat perkelahian sengit dengan kubu Pangeran Abbash. Berita di internet tidak berlalu lengkap tetapi cukup menggambarkan betapa sengitnya perkelahian itu terjadi.      

Foto hutan tropis di sekitar air terjun yang porak poranda cukup menggambarkan betapa parahnya perkelahian itu. Duta Kerajaan Azura sampai menelponnya untuk meminta saran dan pendapat dari Nizam tentang permintaan maaf dari Kerajaan Azura sehingga kemungkinan Nizam harus bernegosiasi dengan pemerintahan Korea sebagai bentuk tanggung jawab Kerajaan Azura. Ia juga tidak bisa mengandalkan Perdana Mentri Salman. Karena Ia tidak mau berhutang budi pada perdana mentri itu.     

"Mengapa Kau menyuruh mereka menggantikanmu ke Korea. Sehingga mereka di serang Pangeran gila itu. Dan ada apa sebenarnya? Mengapa Pangeran itu begitu membenci kita?" Kata Alena sambil membenamkan mukanya ke dada Nizam. Bahkan Ia mulai mengoleskan ingusnya ke dada Nizam dengan sengaja.     

Nizam langsung mendorong kening Alena, " Jangan jorok Kamu !! " Kata Nizam sambil menghapus dadanya yang basah. Alena menatap Nizam dengan sengit.     

"Mengapa kalau Aku jorok ? Daripada kamu. Kejam!! Kau menyuruh adikmu dan sahabatku untuk dipukuli di Korea " Kata Alena dengan bengis.     

Nizam cemberut, "Mana Aku tahu kalau Pangeran itu ada di Korea. Lagipula Pangeran itu tergila - gila kepadamu. Kecantikanmu membuat dia jadi gila. Terus mengapa Aku yang disalahkan?" Nizam berkelit.     

"Sedikitpun Aku tidak kenal dengan dia. Pangeran gila itu adalah orang yang setanah air denganmu. Jadi Kau yang harus bertanggung jawab. Bukannya Aku. Aku tidak mau tahu. Cynthia dan Pangeran Thalal harus segera di bawa ke Amerika sekarang juga. Aku tidak tahan menahan perasaan cemas akan kondisi mereka"     

"Aku akan ke Korea besok" Kata Nizam     

"TIDAAK!! Jangan !! " Alena berteriak histeris.     

Nizam mengerutkan keningnya, " Apa Kau takut, Aku tinggalkan sendirian ?"     

"Pangeran Gila itu terjun ke sungai. Berdasarkan film - film yang pernah Aku tonton Kalau penjahat yang terjun ke air pasti ujung - ujungnya selamat dan akan membalas dendam. Bagaimana kalau Ia tahu Aku sendirian di sini lalu bagaimana kalau  Ia datang membunuhku? " Kata Alena.     

Nizam tersenyum penuh kemenangan, " Itulah sebabnya mengapa Aku tidak pergi ke Korea. Aku mengkhawatirkanmu. Jadi berhenti menyalahkan Aku karena mengirim mereka ke Korea." Kata Nizam.     

Alena terdiam, Nizam sialan kapan Ia bisa menang melawan suaminya. Alena merutuk dalam hatinya.     

"Tetapi mengapa Kau harus mengirim Pangeran dan Cynthia " Alena masih kesal dengan pengiriman sahabatnya itu.     

"Lantas, Aku harus mengirimkan siapa ? " Kata Nizam sambil nyengir.     

"Mengapa Kau tidak mengirimkan perdana mentri sialan itu sebagai gantinya. Kalau dia yang dipukuli Aku akan syukuran tujuh hari tujuh malam. Nanggap dangdutan sama wayang kulit biar tambah gegap gempita " Kata Alena dengan wajah ditekuk.     

"Dangdutan ? Wayang Kulit ? Apa itu ?" Nizam malah menatap Alena dengan pandangan tidak mengerti.     

"Aah..Diam,kalau tidak mengerti. Kepalaku jadi pusing karena memikirkan Cynthia dan Pangeran Thalal. Ya Alloh.. Ya Rab. Selamatkanlah mereka. Mereka orang yang baik." Alena komat kamit berdoa tetapi kemudian dia menangis lagi.     

"Mengapa orang baik  harus menjadi korban kejahatan orang gila. Mengapa ada orang gila yang memukuli orang yang tidak bersalah ?" Kata Alena sambil menutup wajahnya.     

"Alena.. tolong berhentilah menangis. Jangan terlalu memikirkan mereka. Nanti Kamu depresi. Ingat ada dua bayi yang memerlukan air susumu. Kalau Kau stress maka air susumu nanti kering"     

"Ya... Kalau air susuku kering, Yang senang pasti bapaknya " Alena malah menjawab dengan sewot.     

"Lho mengapa Aku yang senang ?"     

"Bukankah selama ini Kau tidak mau menghisap dadaku karena ada ASI - nya" Kata Alena sambil menghapus air matanya yang terus mengalir. Nizam ternganga mendengar kata - kata istrinya.     

"Alena sebenarnya Kamu sedang bersedih atau sedang stand up comedy ?" Kata Nizam sambil menggelengkan kepalanya.     

Alena senggukan menjawab, " Tentu saja Aku sedang bersedih. Apa kamu tidak melihat air mataku  yang mengalir tiada henti. Cynthia.. Cynthia sahabatku. Alangkah malang nasibmu. Maafkan Aku Cynthia, Gara - gara diriku, Kau jadi terkena masalah. Cynthia, Aku yang berdosa. Kalau  Kamu sampai kenapa - napa, Aku lebih baik mati saja "      

Selesai Alena berkata seperti itu Nizam langsung membenamkan ciumannya dengan dalam ke mulut Alena. Sesaat Alena mengejang dicium tiba - tiba oleh suaminya. Matanya terpejam rapat. Sesaat suasana menjadi hening dan syahdu.     

"Kau jangan pernah mengatakan seperti itu lagi. Apakah kau tega meninggalkan Aku dan anak - anakmu. Kau jangan pernah mengeluarkan kata yang mengerikan itu. Kematian itu jangan diminta karena Ia akan datang sendiri bersama takdirnya. Lagi pula Kau tidak bersalah. Mengapa Kau harus menyalahkan dirimu sendiri. Pangeran Abbash itu tidak akan mengancam Cynthia dan Pangeran Thalal kalau tidak memiliki alasannya " Kata Nizam.     

"Tapi mengapa ? Apa salah mereka pada Pangeran Abbash ? "Kata Alena meminta penjelasan kepada suaminya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.