CINTA SEORANG PANGERAN

Izinkan Aku Melihat Suamiku



Izinkan Aku Melihat Suamiku

0Cynthia terdiam ketika Dokter yang menangani Pangeran Thalal berbicara hati - hati kepadanya.  Bahkan Andhara terdiam di sudut kamar dengan kepala tertunduk. Wajah Cynthia terlihat muram tetapi Ia tidak histeris. Ia tidak sehisteris ketika Ia tahu Alena diculik. Air mata Cynthia berderai dengan nafas tersenggal.     
0

Mengetahui bahwa suaminya kelihatan penglihatannya sungguh berita yang tidak bisa mudah diterima dengan mudah. Tetapi Cynthia masih berusaha berpikiran jernih. Walau bagaimanapun Ia masih beryukur Suaminya dan dirinya selamat dari kegilaan Pangeran Abbash.     

Para perawat tampak bersiaga bahkan beberapa sudah maju untuk berjaga - jaga dari kemungkinan Cynthia mengamuk karena takut membahayakan kandungannya. Tetapi ternyata emosi Cynthia masih stabil. Dia malah mengangkat tangannya menyuruh para perawat untuk mundur.     

"Tidak ada kejadian yang paling buruk ketika Alena di culik. Waktu itu Aku tidak tahu kondisi Alena seperti apa. Ia di culik dalam kondisi hamil besar, nyawanya dan bayinya dalam taruhan. Tetapi sekarang suamiku hanya kehilangan penglihatan. Ia masih selamat. Nyawanya tidak sedang terancam. Jadi apapun kondisinya sepanjang Ia masih disampingku, Aku iklash menerimanya" Kata Cynthia sambil kemudian turun dari tempat tidur.     

" Bawakan Aku kursi roda, Aku harus menemui suamiku sekarang. Aku harus ada disisinya disaat - saat situasi tersulit dalam hidupnya"     

"Tetapi Yang Mulia, Pangeran Thalal sedang mengamuk. Ia melemparkan semua barang - barang di hadapannya. Bahkan seorang perawat terkena pukulannya hingga terjatuh." Kata Andhara dengan wajah cemas.     

"Itulah sebabnya Aku harus ke sana. Ia perlu Aku" Kata Cynthia bersikeras.     

"Hamba takut Yang Mulia Pangeran Thalal melukai Yang Mulia" Andhara menolak keinginan Cynthia.     

"Aku yang bertanggung jawab terhadap diriku sendiri" Cynthia melotot kepada Andhara.     

"Ampuni hamba Yang Mulia. Hamba sudah lalai menjaga Yang Mulia Pangeran Thalal. Sekarang jika terjadi sesuatu dengan Yang Mulia Putri Cynthia maka hamba tidak bisa hidup lebih lama lagi" Kata Andhara sambil berlutut.     

Cynthia tidak bisa bersikeras lagi. Ia lalu menengadahkan tangannya, "Berikan handphonemu!! Sambungkan Aku dengan Nizam " Kata Cynthia. Andhara menghembuskan nafas lega, Cynthia tidak memaksanya lagi. Ia segera menyentuh nomor Nizam di layar handphonenya. Setelah terdengar nada sambung Ia segera memberikannya kepada Cynthia dengan penuh rasa hormat.     

Nizam yang sedang meringkuk dalam pelukan Alena langsung terbangun sambil mengambil handphonenya yang Ia banting. Agaknya Arani menyediakan handphone yang terbuat dari material yang bagus sehingga walaupun dibanting hanya kacanya yang retak tetapi handphonenya masih berfungsi.     

Alena duduk melihat Nizam mendekatkan handphone itu ke telinganya. "Loudspeaker, Nizam" Kata Alena menyuruh Nizam mengeraskan suara handphonenya Ia tahu itu pasti dari Korea karena Nizam langsung mengangkatnya. Nizam menganggukan kepalanya. Ia menekan gambar speaker dan suara Cynthia langsung terdengar. Nizam duduk di dekat Alena sehingga Alena dapat ikut mendengarkan dengan jelas. Alena  menyimpan dagunya di bahu Nizam     

" Assalamualaikum, Nizam !!" Terdengar suara Cyntia. Mendengar Cynthia yang menjawab, NIzam memandang Alena  dan kemudian Nizam menjawab dengan sedikit gemetar.     

"Wa'alaikum salam."  Saking fokusnya terhadap adiknya Ia sampai lupa menanyakan kondisi Cynthia kepada Andhara. Alena terlonjak mendengar suara Cynthia tetapi Ia tidak berani merebut telepon itu ditangan Nizam. Ia masih punya etika ketika Nizam terlihat sangat serius.     

"Berikan Aku izinmu untuk menengok suamiku. Andhara bersikeras tidak mengijinkan Aku melihat suamiku sendiri. Ia sebenarnya asisten Pangeran Thalal atau kaki tanganmu?" Suara Cynthia langsung terdengar tajam membuat Nizam menarik nafas lega. Suara Cynthia masih setajam silet berarti Ia dalam kondisi normal. Kalau Ia menelpon Nizam dengan kondisi menangis atau meratap maka kondisi itu malah membuat Nizam jadi khawatir.     

"Syukur Alhamdulillah Kau baik - baik saja" Nizam menghembuskan nafasnya dengan lega.     

"Kau pangeran keparat ! Malah bersyukur di atas penderitaan kami " Kata Cynthia morang - maring.     

"Kau tidak terdengar menderita Cynthia. Karena kalau terdengar menderita Kau akan menangis saat berbicara kepadaku. Kau hanya kesal karena tidak diizinkan menemui suamimu. Apa kondisi keponakanku baik - baik saja?" Tanya Nizam kepada Cynthia menanyakan kondisi kandungan Cynthia.      

Cynthia menggelengkan kepalanya, Ia masih selalu kagum pada setiap perkataan Nizam.      

"Ya Aku baik - baik saja. Bilang pada Alena yang ada disampingmu itu. Aku dan kandunganku baik - baik saja. Tidak usah khawatir" Kata Cynthia.     

"Darimana kau tahu ada Aku disamping Nizam?" Alena yang berada disamping Nizam ikut berbicara dengan tidak sabar karena heran Cynthia bisa tahu Ia ada disamping Nizam. Bukankah mereka sedang tidak melakukan Vcall.     

"Nafasmu terdengar dengan jelas. " Kata Cynthia pendek. Alena masih ngeyel Ia malah bertanya lagi.     

"Darimana Kamu tahu kalau itu nafasku bukan nafas orang lain ?"     

"Masya Alloh Alena, mana ada orang yang bisa bernafas begitu dekat dengan Nizam kalau bukan dirimu. Aku bisa gila berbicara denganmu." Cynthia semakin misruh - misruh. Disaat genting Alena berhasil membuat emosinya jadi naik turun.     

Nizam malah jadi senyum - senyum. Rasa khawatirnya langsung lenyap. Ia yakin Cynthia akan mampu mengatasi permasalahan adiknya.     

"Aku izinkan Kau untuk melihat adikku. Dan setelah emosi Pangeran Thalal stabil, segera kalian pulang ke Amerika! Berikan lagi teleponnya ke Andhara" Kata Nizam.     

Cynthia lalu memberikan handphonenya kepada Andhara.      

"Yang Mulia..." Andhara menyapa Nizam. Nizam lalu berkata, " Biarkan  Putri Cynthia melihat Pangeran Thalal. Jangan khawatir, Ia pasti bisa mengatasi suaminya"     

"Tetapi Pangeran Thalal sedang mengamuk " Kata Andhara lagi.     

"Kau berjagalah disampingnya. Jadi ketika terjadi sesuatu yang membahayakan Kau bisa mengatasinya dengan segera" Kata Nizam sambil menutup teleponnya.     

"Baiklah Yang Mulia!! Andhara berkata sambil ikut menutup teleponnya lalu Ia berbicara kepada Cynthia.     

"Yang Mulia boleh melihat Pangeran Thalal tetapi harus berada dalam pengawasan hamba" Kata Andhara sambil memberikan isyarat kepada perawat untuk mengambil kursi rodanya.     

"Aku mengerti " Kata Cynthia sambil duduk dikursi rodanya dengan tidak sabar dan mereka segera pergi keluar kamar. Iqbal sedang minum kopi di depan kamar Cyntia ketika Cynthia, Andhara dan dua orang perawat keluar dari kamar.      

Iqbal menyimpan kopinya sambil membungkukkan badannya, memberikan hormat kepada Cynthia sambil berkata, " Hormat hamba Yang Mulia Putri Cynthia. Hendak pergi kemanakah ? Apakah hendak menemui Pangeran Thalal " Tanya Iqbal.     

"Benar, jadi menyingkirlah!! " Kata Cynthia pendek     

"Apakah yang Mulia Pangeran Nizam...." Iqbal tidak meneruskan perkataannya.     

"Yang Mulia Nizam sudah memberikan izin " Kata Andhara      

"Kalian itu sebenarnya asisten siapa ? Nizam atau suamiku? Mengapa semuanya harus seizin Nizam" Kata Cynthia sambil manyun.     

Andhara tersenyum manis. " Kami semua adalah pelayan dan pengawal Pangeran Thalal tetapi yang memiliki wewenang adalah Yang Mulia Pangeran Nizam karena status  Pangeran Thalal masih berada di  kekuasaan Pangeran Nizam. Cynthia merenggut.     

" Ya.. ya Aku paham. Mungkin sekali - kali Aku perlu mengadakan kudeta untuk merampas kekuasaan si kepala batu " Kata Cynthia merutuk perlahan. Tapi tentu saja perkataan itu hanyalah ungkapan kekesalannya saja. Karena sebenarnya sepanjang Alena masih jadi istri Nizam setapakpun Ia tidak akan meninggalkan Nizam kecuali jika ada hal yang sangat mendesak sekali.     

"Kalau begitu mari hamba antar " Kata Iqbal sambil menyuruh dua orang pengawal untuk masuk ke kamar Cynthia dan berjaga di dalam. Sedangkan Ia sendiri berjalan mengikuti Cynthia menuju kamar Pangeran Thalal. Cynthia tidak berbicara lagi. Ia pasrah diiringi rombongan orang - orang yang mengantarnya. Hanya sekedar pergi melihat suaminya saja Cynthia harus dikawal banyak orang. Menjadi istri seorang Pangeran sungguh menguras emosi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.