CINTA SEORANG PANGERAN

Matilah Kita, Putri Alena Datang.



Matilah Kita, Putri Alena Datang.

0Arani baru selesai berpakaian ketika ada suara ketukan pada pintu. Arani memandang Jonathan yang sedang melanjutkan sarapannya. " Siapakah ? Apakah pelayan? " Arani bertanya sambil berjalan perlahan. Tubuhnya masih terasa nyeri bahkan Ia sekarang merasa sedikit demam dan badannya panas.     
0

"Aku tidak tahu, bukankah kita tidak memanggil pelayan" Kata Jonathan sambil berdiri.     

Suara ketukan bertambah keras, " Arani ! Jonathan ! Bukalah ! Aku Alena datang menengok Kalian " Sebenarnya suara itu terdengar tidak terlalu keras tapi dampaknya terhadap Arani  seperti mendengar suara petir disiang hari. Arani pucat pasi sambil menatap Jonathan.     

"Matilah Kita, Nathan. Putri Alena datang " Kata Arani dengan panik.     

"Memang kenapa ?" Jonathan tampak kebingungan dengan kepanikan istrinya. Ia memang mencintai Alena tetapi Ia tidak terlalu mengenal Alena. Berbeda dengan Arani. Ia tahu persis Calon Ratu Kerajaan Azura itu seperti apa.     

"Habislah kita akan jadi bulan - bulanan Yang Mulia Putri Alena.. Haduuh.. mengapa Yang Mulia sampai ke sini ? " Muka  Arani tampak sudah mendung kelabu. Ia sudah ingin menangis. Apalagi ketika ketukan tambah keras. Hingga membuat Jonathan segera membuka pintu.     

Begitu pintu di buka tampak wajah cantik Alena cemberut. Di belakang Alena ada wanita sedikit gemuk berdiri sambil menyelidiki kamar Jonathan dan Dokter Desy. Sialan Alena datang dengan Batsnah. Lengkap sudah penderitaan Arani. Sebentar lagi beritanya akan tersebar ke seluruh penghuni rumah ini dan bahkan akan tembus sampai ke Azura. Arani semakin gelisah. Satu Alena sudah mengerikan ditambah bastnah maka akan jadi Double Killer.     

"Mengapa Kau lama membuka pintu ? Aku ke sini karena mendengar Arani sakit ? Mengapa Kau menyembunyikan istrimu yang lagi sakit. Istri sakit itu di urus, dipanggilkan dokter bukannya malah dikurung di dalam kamar " Alena nyerocos sambil masuk ke dalam. Dilihatnya Arani berdiri dengan muka pucat di dekat kursi.      

Begitu melihat Alena, Arani langsung membungkukkan badannya sambil menahan sakit.  " Salam Yang Mulia.. " Arani memberikan hormatnya.     

Alena terkejut melihat betapa pucat wajah Arani. Ia segera menghampirinya dan menempelkan tangannya di kening Arani. " Badannya panas. Kau kenapa Arani? Ayo berbaringlah ! Kasihan !! " Kata Alena sambil memapah Arani menuju tempat tidur.      

"Hamba tidak apa - apa. Hanya demam sedikit. Yang Mulia tidak usah khawatir. " Kata Arani sambil duduk dipinggir ranjang.     

"Kau adalah wanita yang sangat kuat. Kau tidak mungkin tidak apa - apa, kalau badanmu sampai demam begini," Tetapi kemudian Alena terpekik melihat ada noda darah di atas sprei. Rupanya Arani lupa menyuruh Jonathan mengganti sprei mereka. Alena langsung mengerti apa yang terjadi.  Wajah Alena berubah menjadi buas. Ia berbalik ke arah Jonathan dan Ia langsung mengambil bantal sofa dan mulai memukul Jonathan.      

"Kau semalam pasti memaksa Arani, Teganya Kau!! Sudah Kau sakiti bukannya dipanggilkan dokter malah mengurungnya di kamar. Jangan - jangan kau mau menyakitinya lagi. Jangan harap Kau akan melakukannya. Sebagai sesama wanita Aku akan melindungi Arani dari kebuasan kaum adam " Alena nyerocos membuat wajah Arani yang pucat tambah pucat.      

Sedangkan Jonathan malah melongo, Ia tidak mengira kalau mulut Alena ternyata tidak ada remnya. Oh My God.. malunya Jonathan apalagi kemudian Ia melihat para pelayan, Bastnah dan Dokter Desy tersenyum menahan tawa.     

"Alena.. Aku bukannya.." Jonathan terdiam ketika Alena memotong perkataannya     

"Alena.. Alena.. Apa ? Mau aku potong lagi adik kecilmu itu ? Minggir..!" Alena mendorong tubuh Jonathan. " Ayo Dokter, tolong diperiksa Arani-nya. Aku sudah merasakan bagaimana sakitnya Arani " Kata Alena.     

Arani malah semakin panik dan malu melihat Dokter Desi  mendatanginya. " Yang Mulia, Hamba mohon jangan. Hamba baik - baik saja. Sungguh " Kata Arani sambil merah padam menahan tangis saking malunya.      

" Tidak !! Kau harus diperiksa ! Badanmu begitu panas. Kau pasti sangat kesakitan.  Laki - laki semuanya memang kaya gitu. Ga perduli kita kesakitan terus saja maksa.  Ayo semuanya keluar!! Biarkan Dokter Desy memeriksa Arani !! " Kata Alena bersikeras. Jonathan hanya berdiri kaku. Saat ini Ia merasa ingin terjun ke dalam danau dan tidak pernah muncul lagi saking malunya.     

'Hallo Alena.. andaikan kau tahu apa yang terjadi semalam. Bukan Aku yang menyakiti Arani tetapi sebaliknya. Aku hampir mati dijadikan pacuan kuda olehnya. Arani sakit karena keganasannya sendiri. Lagipula Aku baru tahu dia demam setelah keluar dari kamar mandi. Please jangan membuatku seperti seorang terdakwa ' Jonathan berbicara dalam hati. Tapi mulut Jonathan jadi terkunci karena Ia terus diberi petuah panjang lebar oleh Alena.      

Alena terus menyalahkan Jonathan karena tidak memanggil dokter ketika Arani kesakitan dan demam. Pantas saja Arani panik ketika Alena datang karena Jonathan kini tahu mengapa istrinya begitu panik melihat kedatangan Alena.     

Sementara itu di dalam, Dokter Desy tampak memeriksa Arani. Arani tampak gugup. " Tidak usah gugup Nyonya. Putri Alena benar. Anda harus diperiksa karena takutnya ada infeksi. Apakah Anda merasa sangat kesakitan. Ada darah yang terus meneteskah?" Tanya Dokter Desy dengan hati - hati. Ia melihat kondisi Arani yang sedikit parah kemungkinan mereka melakukan hal yang sedikit gila semalam.     

Akhirnya Arani berkata, " Aku memang kesakitan tetapi tidak ada pendarahan. Aku sedikit demam dan meriang " Kata Arani sambil tertunduk malu.     

"Tidak apa - apa, Ini adalah hal yang wajar.Baguslah kalau tidak ada pendarahan berarti tidak ada robekan yang perlu dikhawatirkan. Mungkin Anda sangat kelelahan"     

"Iya.. Kemarin siang, saya seharian mengurus tamu Yang Mulia Nizam dan malamnya Saya juga hampir tidak tidur. Saya sangat lelah..." Kata Arani akhirnya pasrah hingga Ia berterus terang     

"Pantas saja Anda sampai demam. Saya akan berikan obat penahan nyeri dan pereda panas. Saya juga akan memberikan obat penenang agar Anda cukup beristirahat. Dan semoga suami Anda dapat menahan diri untuk tidak menyentuh Anda dulu sampai Anda kembali sehat " Kata Dokter Desy sambil mengeluarkan obat dari tasnya dan memberikan kepada Arani.     

"Terima Kasih Dokter Desy " Kata Arani sambil menganggukkan kepalanya.     

Tidak lama kemudian Dokter Desy mohon pamit dan Alena segera masuk kembali menghampiri Arani sambil tetap nyablak.     

" Untung Aku cepat datang. Kalau tidak pasti dia akan terus menyakitimu. Aku beri saran Arani. Kau jangan mau disakiti laki - laki. Kau harus kuat dan punya prinsip. Kita sebagai kaum wanita memang harus melayani kaum pria tetapi tidak harus menyakiti diri kita sendiri. Apa Kau paham ?" Kata Alena sambil menolong Arani meminum obat yang diberikan dokter Desy.      

Arani melirik ke arah Jonathan yang berdiri membeku disamping mereka. Jonathan ingin sekali berteriak kalau bukan Arani yang disakiti tapi Ia yang dianiaya Arani semalam hingga hampir merangkak dan semaput, cuma memang Jonathan tidak terluka seperti Arani. Mulut Jonathan komat - kamit sambil manyun - manyun sebal di belakang Alena. Membuat Arani akhirnya tidak dapat menahan tawa.     

Tertawalah Arani sampai ngakak Ia tidak perduli lagi dengan rasa sakitnya. Ia terus tertawa hingga Alena terbengong - bengong. Mengapa Arani malah tertawa bagai orang gila setelah meminum obat dari Dokter Desy.     

"Arani.. Apa Dokter Desy tidak salah memberikan obat ? Mengapa Kau malah tertawa seperti orang gila ? Apakah obat yang diberikan adalah obat gila ?" Kata Alena sambil memperhatikan obat yang diberikan Dokter Desy.     

Alena membaca tulisan yang tertera pada setiap bungkus obat memastikan bahwa obat yang diminum Arani adalah bukan obat gila. Melihat Alena begitu serius memeriksa obat yang diberikan oleh Dokter Desy. Arani semakin ngakak guling - guling. Hari ini si muka datar itu sudah hilang dihapus oleh kepolosan Alena.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.