CINTA SEORANG PANGERAN

Sembuhkan Adikku Dulu, Baru Kau Boleh Pergi



Sembuhkan Adikku Dulu, Baru Kau Boleh Pergi

0"Tunggu sebentar !! " Nizam merasakan suasana jadi semakin kacau Pangeran Thalal yang marah, Cynthia yang menangis, Arani yang masih mencekal tangan Zarina. Zarina yang ikut menangis, Nayla dan Ali ikutan bengong.     
0

"Kembalillah semua ke kamar masing - masing, tinggalkan Aku, Sanjay dan Zarina " Kata Nizam sambil memegang keningnya. Ia merasakan kepalanya sedikit berdenyut - denyut saat ini Ia merasa sangat memerlukan Alena tetapi Alena sedang menemani Axel dan Alexa, mereka sedang sedikit demam karena baru di imunisasi. Terutama Axel yang sedikit rewel, Semalaman Alena terus menyusuinya karena Axel tidak mau lepas dari dada ibunya.     

Pangeran Thalal ternyata lebih keras kepala darinya tentang wanita. Nizam waktu itu masih mau menikahi Putri Rheina. Nizam masih menyentuh Putri Rheina seperti menggendongnya ketika Ia luka dicambuk ibunya. Ia juga masih melindunginya dari kemarahan ibunya. Nizam masih mau disentuh oleh para istrinya yang lain ketika mereka mencium tangan Nizam. Bahkan Nizam masih bersedia berciuman saling menempelkan pipi dengan para istrinya itu  di Harem.     

Tapi Pangeran Thalal ini ternyata lebih parah dari Nizam, Ia bahkan rela buta daripada harus disentuh Zarina. Nizam mengurut - urut keningnya. Ia masih harus berbicara dengan Zarina dan Mr. Sanjay jadi Ia masih menahan diri untuk segera pergi menemui istrinya.  Padahal Nizam sudah sangat ingin melabuhkan kepalanya di dada istrinya, biarpun harus saling berebut dengan kedua anaknya dulu.     

"Duduklah !! " Kata Nizam sambil menunju ke kursi kepada Zarina dan Mr. Sanjay. Tetapi Zarina masih berdiri dipegangi oleh Arani.     

''Lepaskan dia !! " Nizam memerintahkan Arani untuk melepaskan Zarina. Zarani menoleh ke arah Arani. Ia langsung gemetaran melihat wajah cantik Arani yang lebih dingin dari dinginnya salju. Arani sangat mengerikan bahkan terkadang lebih mengerikan dari Nizam. Nizam masih mending ada senyum - senyumnya tetapi Arani ini hampir tidak pernah tersenyum. Wajahnya terus beku menakutkan. Mana berani Zarina melarikan diri Ia cukup sadar diri untuk segera mengikuti perintah Nizam dan duduk di depan Nizam disamping Mr. Sanjay.     

" Jelaskan kepadaku Mr. Sanjay tentang Zarina !! " Kata Nizam, tetapi belum juga Mr. Sanjay berkata Zarina sudah berkata sambil berurai air mata.     

"Hamba tidak ingin mendengar apapun tentang itu. Hamba mohon Yang Mulia Pangeran Nizam, izinkan hamba pergi. Hamba tidak tahan mendengar nada suara Yang Mulia Pangeran Thalal yang begitu membenci hamba"      

Nizam melotot kesal mendengar rengekan Zarina, " Kau ini !! Waktu itu kau memohon kepadaku untuk diizinkan tinggal di sini sampai Kau mengetahui kondisi Pengeran Thalal. Dan sekarang setelah ku izinkan kau malah akan pergi begitu saja sementara Mr. Sanjay mencurigaimu kalau kau bisa menyembuhkan adikku " Kata Nizam sambil mengerutkan keningnya. Ujung bibirnya berkedut tanda Ia sedang kesal.     

"Tapi Hamba tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Baba Sanjay. Hamba tidak bisa mengobati siapapun. Hamba bukan cucu seorang guru besar. Kakek hamba adalah seorang pengusaha dan bukan seorang pendeta atau guru besar.     

Hamba berterima kasih sudah diizinkan tinggal disini. Waktu itu hamba tetap tinggal karena semua tidak mengetahui kalau Hamba mencintai Pangeran Thalal tetapi sekarang semua sudah tahu. Hamba sungguh malu, Hamba bukanlah wanita perebut suami orang" Kata Zarina      

"Apa Kau tidak ingin melihat adikku sembuh ? Bukankah Kau bilang mencintainya ?" Nizam melotot kepada Zarina membuat Zarina semakin ketakutan.     

"Tetapi Hamba tidak bisa menyembuhkan Yang Mulia Pangeran Thalal. Hamba bukan dokter. Hamba hanya mahasiswi jurusan manajemen yang pintar memasak" Kata Zarina lagi     

"Kau diamlah dulu. Biarkan Mr. Sanjay bicara. Jika ternyata menurut dia kau bukanlah cucu dari guru itu maka Kau akan ku bebaskan " Kata Nizam     

"Te...ttt....tapi bagaimana kalau benar hamba cucunya?" Zarina pucat pasip     

"Maka kau harus tinggal disini sampai Pangeran Thalal bersedia diobati olehmu " Kata Nizam, Zarina langsung berlutut.     

"Ampuni hamba Yang Mulia. Kalau Yang Mulia hendak membunuh Hamba, Hamba tidak keberatan tetapi jangan biarkan Pangeran Thalal semakin membenci hamba. Apakah Yang Mulia tidak mendengar kalau Pangeran Thalal begitu membenci Hamba. Yang Mulia lebih memilih buta daripada hamba menyentuh tubuhnya. Tidak Yang Mulia jangan biarkan hamba menderita lagi " Kata Zarina sambil menggelengkan kepalanya.     

"Apakah cintamu hanya sebatas dimulut? Kau mencintai adikku tetapi kau tidak mau berkorban. Cinta itu membutuhkan pengorbanan Zarina, bukan hanya kata - kata dimulut. Baru ditolak seperti itu sudah menyerah" Nizam terus meracuni pikiran Zarina membuat Zarina terdiam, tangisannya berhenti. Sedangkan Mr. Sanjay terus menatap Nizam yang sedang meracuni pikiran Zarina.     

"Tetapi Pangeran Thalal begitu membenci hamba " Zarina      

"Dalamnya laut bisa di duga tetapi dalamnya hati siapa yang tahu. Aku tidak perduli dengan perasaan adikku, kesembuhannya lebih penting. Ditangannya ada nasib Azura. Aku tidak bisa berjalan sendiri untuk melakukan revolusi Azura.     

Aku butuh dia disisiku. Kalau dia cacat, tidak bisa melihat, maka Ia tidak akan diizinkan oleh parlemen untuk mendampingiku menjadi perdana mentri . Kau paham Zarina, mengapa kau harus menyembuhkan dia. Ini bukan tentang perasaan cintamu kepada Pangeran Thalal dan bukannya perasaan bencinya Pangeran Thalal kepada dirimu. Ini tentang nasib Azura.  Ini tentang revolusi yang akan kulakukan di negaraku" Nizam menanamkan pahamnya kepada Zarina. Dan Zarina mulai memahami perkataan Nizam.     

"Kalau nanti Yang Mulia Pangeran Thalal sembuh, Apakah hamba diizinkan pergi ?" Tanya Zarina.     

"Tentu saja. Aku tidak akan menahanmu. Aku hanya minta tolong kepadamu atas nama cintamu kepadanya, sembuhkan adikku dulu. Baru kau boleh meninggalkan Kami. "     

"Mengapa Yang Mulia begitu yakin, hamba dapat menyembuhkan Pangeran Thalal ?" Zarina benar - benar mulai melunak.     

Nizam menoleh ke wajah Mr. Sanjay, " Jelaskan kepada Kami, bagaimana Zarina bisa menyembuhkan adikku. Kalau benar Zarina memiliki tanda itu maka Aku yakin kalau perkataanmu adalah benar "     

"Yang Mulia sebenarnya sangat tidak sopan untuk melihat tanda itu dikuduk Zarina.  Tetapi Hamba mohon ampun benar - benar mohon ampun, izinkanlah hamba untuk melihat tanda itu. Hamba ingin memastikannya sendiri.      

Nizam sedikit termangu mendengar kata - kata Mr. Sanjay karena terus terang dirinya sendiri penasaran ingin melihat. Akhirnya dengan merujuk kepada hal darurat seperti dokter kandungan laki - laki memeriksa pasiennya, Nizam berkata,     

" Tanpa bermaksud tidak sopan kepadamu Zarina. Mohon izinkan kami melihat tanda itu " kata Nizam. Nizam adalah seorang putra mahkota tetapi dia tidak memaksakan kehendaknya melakukan ketidak sopanan kepada Zarina. Dia meminta izin terlebih dahulu untuk melihatnya karena Ia seorang laki - laki dan Ia bukanlah muhrim Zarina.     

Zarina sendiri  stidak berpikir panjang, Ia sangat paham Nizam dan Mr. Sanjay bukannya hendak berbuat kurang ajar. Zarina segera membalikkan tubuhnya ke belakang dan menyingkapkan rambutnya. Terlihatlah tanda cakra  dikuduk Zarina.     

Nizam dan Mr. Sanjay tampak menahan nafas sebelum kemudian Nizam memerintahkan Zarina untuk menutup kembali kuduknya.     

"Apakah kakekmu bernama Aakhas Kapoor ? " Tanya Mr. Sanjay untuk memastikan     

Zarina menganggukkan kepalanya. "Benar tetapi dia bukanlah seorang guru. Dia adalah seorang pengusaha "     

Mr. Sanjay kemudian berkata kepada Zarina,     

"Ya itulah sebabnya dia misterius. Dia tidak banyak memanfaatkan ilmunya, dia lebih tertarik menjadi pengusaha. Itulah sebabnya dia mengangkatku sebagai muridnya. Dia ingin akulah yang mengamalkan ilmunya. Tetapi sayang karena Aku bukanlah keturunannya maka Aku tidak dapat mewarisi ilmunya seluruhnya. Walaupun siang dan malam Aku berusaha mempelajari ilmunya tetapi Aku tetap tidak dapat menyamai dia. Auraku tidak sama dengan aura dia.      

Setelah dia mewariskan ilmunya dia berkata bahwa dia akan pergi meninggalkan semua ilmu yang berkaitan dengan kegiatan metafisika. Dan selanjutnya Dia pergi secara misterius meninggalkan Aku. Aku tidak pernah tahu keberadaannya sampai akhirnya dia meninggal. Hanya sebelum pergi dia pernah berkata bahwa dari semua keturunannya hanya ada seorang yang mewarisi ilmunya secara langsung yaitu cucu perempuannya. Karena hanya cucunya itulah yang memiliki tanda keilmuan pembuka cakra.     

Aku tidak pernah tahu siapa cucunya sampai ketika Aku melihatmu masuk ke ruangan ini. Kau memiliki aura yang sama persis dengan kakekmu. Tidak banyak orang yang memiliki warna aura itu.     

Selain itu wajahmu Zarina sangat mirip dengan gurukuitu . Mata yang sama, hidung yang sama, bibir yang sama. Hanya kalian beda jenis kelamin. Zarina izinkan Aku berlutut untuk memberikan rasa hormat kepada Kakekmu melalui dirimu" Kata Mr. Sanjay sambil berlutut di kaki Zarina. Zarina menjadi semakin gugup dan gelisah.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.