CINTA SEORANG PANGERAN

Alena, Tunggu Aku Sebentar Lagi.



Alena, Tunggu Aku Sebentar Lagi.

0Zarina bangkit dari duduknya dan Ia mengangkat Mr. Sanjay dari berlututnya. "Tolong Baba jangan begini. Aku bukanlah siapa-siapa. " Kata Zarina.     
0

Mr. Sanjay malah tetap berlutut sambil berkata kepada Zarina seakan yang didepannya itu seorang ratu.     

"Sebelum Anda menerima hormat Saya atas nama Kakek Anda ,Saya tidak akan bangun dari berlutut"  Kata Mr. Sanjay bersikeras tetap berlutut walaupun Zarina mengangkat tubuhnya.     

Karena Mr. Sanjay terus berlutut maka Zarina akhirnya berkata, " Baiklah Baba, atas nama Kakekku. Aku menerima hormat Anda" Kata Zarina sambil tersenyum. Mr. Sanjay lalu berdiri dan duduk kembali setelah mengucapkan terima kasih. Matanya berkaca - kaca. Ia tidak mengira kalau akhirnya Ia bisa menemukan cucu dari orang yang sangat Ia hormati.     

Nizam terlihat sudah tidak sabar ingin menuntaskan permasalahan ini. Ia sudah ingin bertemu Alena. Ia ingin tidur dipangkuannya sambil mendengarkan kekonyolan istrinya.     

" Baiklah, Ceritakan kepada Mr. Sanjay atau Baba. Oh ya sebaiknya Aku memanggilmu Baba seperti Zarina memanggilmu karena itu terdengar lebih akrab" Kata Nizam.     

Mr. Sanjay tersenyum dan mengangguk " Baiklah Yang Mulia. Terima Kasih atas anugrah Yang Mulia"     

Nizam hanya mengangkat tangannya sambil berkata, " Itu bukanlah apa-apa" Katanya. Mata tajam Nizam terus menatap Mr. Sanjay seakan menuntut Mr. Sanjay untuk segera bercerita.     

"Zarina ini memiliki energi positif yang mampu membuka cakra dan aura seseorang. Tetapi kemampuannya ini tidak muncul begitu saja pada diri Zarina. Terlebih dahulu hamba harus membuka beberapa Cakra yang tertutup di tubuh Zarinan dengan mengaktifkan energi yang masih tersembunyi atau masih belum muncul pada tubuh Zarina."     

Nizam tampak masih belum mengerti penjelasan dari Mr. Sanjay sehingga Ia kemudian bertanya, " Kau tidak bisa membuka cakra dari adikku tetapi Kau ingin membuka cakra Zarina. Apakah Kau tidak sedang mencoba membodohiku atau mengajakku bermain - main ?" Nizam memandang Mr. Sanjay dengan penuh selidik. Nizam tidak membiarkan sekecil apapun yg lolos dari pengamatannya.     

Sementara itu mendengar kata-kata Nizam, Zarina ikut memandang ke wajah Mr. Sanjay. Wajah Mr. Sanjay berubah menjadi sedikit pucat. Ia benar - benar khawatir kalau pengobatan ini mejadi pengobatan yang menakutkan . Jika Ia gagal maka nyawa adalah taruhannya. Maka dengan berusaha keras Mr. Sanjay kembali berkata menjelaskan duduk perkaranya.     

"Pangeran Thalal dan Zarina memiliki kasus yang berbeda titik Pangeran tolong ditutup cakranya dengan sengaja oleh pangeran Abbas.     

Hamba tidak bisa membuka cakra yang ditutup dengan sengaja oleh orang-orang yang menutupnya.  Pangeran Abbash ini pasti orang yang sangat berilmu tinggi.     

Karena tidak semua orang yang berilmu bisa menutup Cakra penglihatan seperti itu. Bahkan saya menduga sebenarnya Pangeran Abbash ingin menutup Cakra dari seluruh tubuh Pangeran Thalal tetapi karena Pangeran Thalal juga bukan orang yang sembarangan maka dia melawan akibatnya yang terkena hanya ke Cakra penglihatannya saja." Mr. Sanjay mengambil nafas panjang sebelum ia melanjutkan penjelasannya kepada Nizam.     

"Sedangkan Zarina, titik cakranya memang sudah terbuka jadi hamba tinggal mengaktifkannya saja.  Hamba hanya akan menyalurkan tenaga dalam Hamba sedikit melalui tanda Cakra yang di kuduknya Zarina. Sehingga kemudian Zarina  juga akan  memiliki tenaga dalam yang dapat disalurkan untuk membuka cakra dari pangeran Thalal."     

Nizam langsung memahami apa yang dikatakan oleh Mr. Sanjay karena pada dasarnya Ia juga mempelajari tentang ilmu tenaga dalam hanya tidak ditujukan untuk membuka titik Cakra seperti itu.     

"Kalau begitu maka lakukanlah apa yang harus kau lakukan. Aktifkan tenaga dalam pada diri Zarina kata Nizam sambil menatap Mr. Sanjay.     

"Hamba membutuhkan tempat yang sepi dan tenang." Kata Mr. Sanjay     

"Kalau begitu marilah kita pergi ke kamar Alena 301, Kamar itu dekat dengan taman anggrek dan kebun anggur. Tempatnya sangat sepi dan tenang. Tapi Aku tidak akan mengizinkan kalian hanya berdua, Aku akan menemani Kalian sekaligus mempelajari tenaga dalam yang akan Kau berikan pada Zarina." Kata Nizam sambil kemudian pergi dan diikuti oleh Zarina dan Mr. Sanjay.      

Dijalan Nizam berpapasan dengan Nora, Asisten Alena yang lainnya. Nora tampak membawa sesuatu ditangannya. Ketika Melihat Nizam Ia segera membungkukkan badannya.     

"Assalamualaikum, Yang Mulia.." Kata Nora     

"Waalaikumsalam, Apa yang ada ditanganmu ? Bagaimana kabar si kembar ?" Kata Nizam sambil melihat ke arah tangan Nora yang membawa sesuatu.     

"Ini kompres penurun panas, Yang Mulia Putri Alena memintakan hamba untuk mengambil kompres lagi. di apotek"     

"Apakah si kembar masih panas ?" Nizam menjadi cemas     

" Tinggal sedikit lagi, Tadi Dokter Desy sudah memeriksanya. Ini hanya untuk berjaga - jaga kalau - kalau Pangeran Axel dan Putri Alexa panas lagi"     

"Mereka sedang apa sekarang ?" Kata Nizam     

"Yang Mulia Putri Alena sedang menyusuinya, Dari semalaman Yang Mulia Alena tidak tidur karena terus menerus menyusui Pangeran dan Putri " Kata Nora.     

Nizam menjadi terkejut, Sudah beberapa malam Ia tidak tidur dikamar Alena karena menemani Pangeran Thalal berobat. Ia tidak ingin kecolongan sehingga Ia sampai begadang hanya untuk mengawasi secara langsung proses pengobatannya. Dia sudah beberapa kali kecolongan oleh Pangeran Abbash. Jadi Ia tidak mau kejadian itu terulang lagi. Pangeran Abbash adalah musuh yang tidak terlihat dan terlicin yang pernah Ia temui.     

Pangeran Abbash pernah memanfaatkan Sisca untuk menyerang dan menculik Alena dan Lila, Pangeran Abbash mengatur fitnah untuk Alena dan memukuli Jonathan, Pangeran Abbash pernah berhasil menerobos masuk rumah sakit dengan menyamar sebagai perawat dan Pangeran Abbash sekarang mencelakai Pangeran Thalal. Ini adalah konflik panas sebelum mereka ke Azura.     

Pengobatan Pangeran Thalal melibatkan orang luar. Ketika Pangeran Thalal diobati maka posisinya sangat lemah sehingga sangat mudah bagi orang luar untuk menyamar menjadi ahli dan kemudian membunuhnya ketika dalam proses pengobatan. Itulah sebabnya Nizam bertekad mengawasinya sendiri sehingga jika ada gerakan yang mencurigakan Ia bisa langsung menanganinya langsung.     

Jadi Nizam tahu si kembar sakit ketika tadi pagi Nayla mengatakan beritanya.      

"Mengapa Alena tidak memiliki stock ASI di kulkas ?" Kata Nizam kepada Nora.     

"Stocknya sudah lama habis sehingga Yang Mulia terpaksa menyusuinya secara langsung"     

"Andaikan saja dicampur dengan susu formula pasti Alena tidak akan terlalu lelah " Nizam tampak berguman sambil menghela nafas panjang.     

"Yang Mulia Alena tidak mau dan bertekad akan menyusui Pangeran dan Putri secara ekslusif sampai enam bulan dan tidak ingin memberikan si kembar susu formula."     

"Ah.. Alena sangat keras kepala. Padahal itu memberikan kemudahan kepada Alena " Kata Nizam sebelum kemudian dia berkata lagi, " Tolong Kau jaga mereka dulu. Aku masih ada urusan sebentar mungkin sekitar beberapa jam. Setelah itu Aku akan langsung melihat Alena dan anak - anakku. Katakan pada Alena untuk bersabar" Kata Nizam sambil kemudian melanjutkan perjalanannya lagi. Nora segera membungkukkan badannya memberikan hormat.     

Nizam, Zarina dan Mr. Sanjay akhirnya sampai ke sebuah ruangan yang sangat besar. Ruangan itu adalah ruangan dengan fasilitas yang lumayan lengkap terdiri dari tempat tidur, ruangan tengah, kamar mandi,  tempat kerja dan ruangan fitnes serta perpustakaan kecil.     

Disamping tempat tidur ada ruangan yang disekelilingnya berdinding marmer. Tempat itu seperti tempat bermeditasi. Karpet tebal dan berbulu terhampar menutupi lantai. Tempat itu sangat sejuk bahkan mendekati dingin karena efek dari marmer tersebut.  Nizam lalu berkata, " Apakah ruangan ini cukup tenang untukmu ?" Kata Nizam kepada Mr Sanjay.     

Mr Sanjay menganggukan kepala dan mulai menyuruh Zarina untuk duduk bersila dengan kuduk terbuka. Di belakangnya Zarina,  Mr. Sanjay duduk bersila dan Ia kemudian bermeditasi mengumpulkan semua energi yang Ia miliki.     

Nizam memperhatikan mereka dari samping sambil menatap hampir tidak berkedip. Setelah hampir satu jam kemudian Mr. Sanjay tampak membuka tangannya yang tadi saling menempel di depan dadanya. Kemudian Mr. Sanjay tampak menggerakkan kedua tangannya secara melingkar dan Ia melipat tiga jarinya sehingga hanya ada telunjuk dan jari tengah kemudian Mr. Sanjay menunjukkan telunjuk dan Jari tengahnya ke kuduk Zarina.     

Sesaat Nizam melihat tubuh Zarina bergetar dan berkeringat dengan deras. Muka Zarina sangat pucat. Tubuh Zarina menegang dan duduk dengan kaku lalu kemudian Zarina terkulai tergeletak di lantai. Nizam seketika berdiri tegang dan memburu ke tubuh Zarina.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.