CINTA SEORANG PANGERAN

Hipnotis Saja Dia



Hipnotis Saja Dia

0KAMAR NIZAM DAN ALENA     
0

Alena menunggu suaminya untuk memberikan penjelasan kepadanya hingga kemudian Ia berkata kepada Nizam.     

"Baiklah Aku akan tenang. Lagipula tidak ada suatu permasalahan yang tidak ada jalan keluarnya" Kata Alena sambi mempersiapkan dirinya.     

"Kau tahu ketika Zarina meminta izin untuk tinggal di sini setelah perayaan pernikahan Jonathan dan Arani selesai ? " Kata Nizam berkata dengan  hati - hati.     

"Yaah.. bahkan Kau mengizinkannya tanpa bicara kepada Kami. Tapi Aku tidak memperdulikannya. Kau adalah orang yang sangat memperhitungkan segala sesuatunya. Kau orang yang sangat cermat dan teliti terlepas dari kau seorang manusia biasa yang pernah salah juga. Aku percaya ada alasan dibalik semua itu "     

"Bagus Alena, Kau benar - benar semakin dewasa " Nizam mengelus kepala Alena dengan lembut     

"Yah...karena aku sedang serius. Ini menyangkut tentang sahabatku yang selalu ada disisiku " Alena berbicara dengan raut wajah datar dan sangat serius. Hilang sudah kepolosan dan keluguan Alena yang biasanya sangat terlihat di wajahnya yang cantik.     

"Setiap Aku melihat Zarina, Aku selalu merasa Ia ada kaitannya dengan keselamatan Azura. Aku juga tidak mengerti mengapa Aku memiliki pemikiran yang seperti itu. Ada suara dalam hatiku yang mengatakan bahwa Aku harus membiarkan Zarina berada di rumah ini dan membawanya ke Azura."     

"Hmmm... Kau memintaku untuk tidak mempercayai ramalan tetapi Kau malah mempercayai yang seperti itu " Kata Alena sambil menghela nafasnya. Ia masih belum mengerti apa yang dimaksud dengan suaminya.     

"Ramalan sangat berbeda dengan firasat. Ramalan erat kaitannya dengan alam ghaib yang akan mendorong kita kepada kemusrikan tetapi kalau firasat adalah kemampuan dalam diri seseorang untuk merasakan apa yang akan terjadi didalam kehidupannya sendiri ataupun kehidupan orang lain. Jadi firasat itu semacam intusi atau insting terhadap sesuatu yang mungkin terjadi. Kemampuan meramal tidak bisa kita latih tetapi firasat   bisa dimiliki oleh setiap orang. Tetapi ada beberapa orang yang firasat lebih tajam dibandingkan dengan yang lain terutama oleh orang yang memiliki indra ke enam. "     

"Apakah Kau memiliki indra ke enam juga ?" Kata Alena      

"Ha..ha..ha.. tidak juga Alena. Aku hanya memiliki insting yang lebih dari yang lain tapi bukan orang yang bisa meramal masa depan atau bisa mengobati atau bisa melihat makhluk ghaib. Aku hanya mempertajam insting saja. " Nizam melihat Alena malah sedikit kebingungan sehingga kemudian Nizam berkata lagi untuk menjelaskan kepada Alena.     

"Begini Alena, Kau ingat ketika Kau hampir ternoda oleh George di pesta tahunan kampus ?"     

Alena menganggukan kepalanya, bagaimana mungkin Ia melupakan malam terkutuk yang hampir merenggut kesuciannya.     

"Saat itu kau pasti ingat bagaimana Aku menolak ketika Kau mengajakku untuk pergi ke pesta itu "     

Alena kembali menganggukan kepalanya, Ia juga tidak akan lupa kejadian yang sangat menyakitkan saat Ia ditolak oleh Nizam.     

"Saat itu walaupun Aku menolak ikut denganmu, diam - diam Aku menyuruh Ali dan Fuad untuk mengawasimu. Karena Aku memiliki firasat akan terjadi sesuatu di pesta itu "     

Mata Alena membulat dengan lebar. " Apakah Kau meramal akan ada kejadian buruk yang akan menimpaku ?" Kata Alena dengan takjub.     

"Tidak !! Bukan seperti itu. Waktu itu Aku hanya merasa bahwa Kau gadis cantik yang sangat lugu. Kau disukai oleh banyak teman pria. Sehingga Aku khawatir kalau kau akan diganggu oleh mereka. Itulah sebabnya Aku meminta pengawalku untuk menjagamu"     

"Aku mengerti Nizam. Sekarang lanjutkan lagi cerita Zarinanya "     

"Zarina ternyata memiliki kemampuan membuka cakra yang tertutup "     

"Cakra ?? Apa itu?? Aku tidak mengerti ?" Alena semakin mengerutkan keningnya     

"Aku akan jelaskan dengan perlahan" Kata Nizam sambil kemudian menjelaskan dengan detil kepada istrinya hingga Alena kemudian bisa menangkap pembicaraan suaminya.     

"Aku benar - benar sudah memahaminya, hanya saja mengapa Zarina harus menikah dengan Pangeran Thalal. Aku yakin Zarina bukanlah wanita seperti itu. Ia pasti akan menolong Pangeran Thalal tanpa harus memintanya menikah dengan Pangeran Thalal" Kata Alena     

"Aku sependapat denganmu Alena. Zarina bukanlah gadis ambisius yang mencintai adikku karena harta atau ketampanannya. Dia mencintai adikku dengan tulus. Hanya saja masalahnya Pangeran Thalal sangat membencinya."     

"Mengapa Pangeran Thalal harus membencinya ? Sengetahuanku untuk membenci seseorang itu harus mengenalnya terlebih dahulu. Dan Aku sangat yakin Pangeran Thalal tidak mengenalnya."     

"Pangeran Thalal membencinya, sejak Cynthia menangis karena kehadiran Zarina di rumah ini. Bahkan Pangeran Thalal juga sekarang sedang kesal kepadaku karena Ia pikir Aku penyebab kesedihan Cynthia. Pangeran Thalal menyalahkan Aku karena sudah memberikan izin kepada Zarina untuk menginap disini "     

"Kasihan Cynthia, Ia pasti tertekan sekarang " Kata Alena dengan wajah sedih.     

"Mengapa Kau kasihan kepada Cynthia dan bukannya kepada Zarina atau Pangeran Thalal ?" Nizam menjadi penasaran dengan pemikiran istrinya. Bukankah Alena selalu memiliki pemikiran yang berbeda daripada yang lain.     

"Pangeran Thalal itu tidak usah dikasihani karena saat ini Ia sedang sangat egois. Ia mempertahankan cintanya kepada Cynthia tetapi malah menyakiti hati Cynthia. Kau tahu Cynthiaku itu adalah orang yang sangat loyal. Dia orang yang sangat berbesar hati. Ia mampu mengorbankan segalanya hanya untuk sebuah kata kesetiaan. " Kata Alena sambil turun dari tempat tidur dan meraih gelas minumannya. Nizam memperhatikan Alena dengan sangat tidak sabar.     

"Ayolah Honey, lanjutkan perkataanmu. Aku tidak sabar menunggunya" Kata Nizam sambil duduk di atas tempat tidur dan bersender pada sandaran tempat tidur itu "     

"Sabar, sebentar, Ibu gurunya haus. Kamu tunggu sebentar " Kata Alena sambil tertawa senang karena melihat Nizam yang terlihat sangat tidak sabar.     

"Cynthia pasti tertekan karena Ia sebenarnya akan berbuat apapun untuk kesembuhan Pangeran Thalal walaupun Ia harus merelakan Pangeran Thalal untuk menikah lagi. Tetapi Pangeran Thalal sepertinya malah tidak suka dengan sikap rela Cynthia. Hanya yang jadi masalah bagiku mengapa Pangeran Thalal harus menikahi Zarina?"     

" Melepaskan cakra seseorang memiliki teknik tersendiri. Kemarin Mr. Sanjay menjelaskan prosesnya kepadaku terlebih dengan kasus pada Pangeran Thalal. Mereka harus ada berdua di kamar yang sunyi lalu penyaluran tenaga dalam dapat dilakukan dengan cara menyentuhkan kedua telapak tangan ke punggung Pangeran Thalal. Dan sentuhannya harus langsung mengenai kulit Pangeran Thalal. Mereka bukan muhrim Alena jadi mereka harus menikah dulu baru Zarina bisa mengobati Pangeran Thalal "     

"Kalau cuma seperti itu, apa sulitnya ?  Inikan dalam kondisi darurat. Sama seperti dokter yang mengobati pasiennya. Anggap saja Zarina Dokter dan Pangeran Thalal pasien. Biarkan mereka berdua - duaan tapi kita pantau menggunakan CCTV. Sehingga mereka masih dalam kondisi sepi tanpa ada gangguan tetapi dengan pantauan CCTV  oleh kita akan  menghilangkan  kesan berdua - duaan" Nizam terlonjak mendengar kata - kata Alena.     

"Tapi Zarina bukan dokter " Kata Nizam mendadak jadi seperti orang bodoh     

"Anggap saja Zarina Dokter, Lagipula ini kondisi darurat Alloh adalah Maha Pengampun. Kau tahu mengapa ini darurat ? Karena hanya Zarina yang bisa menyembuhkan Pangeran Thalal. Jadi biarkan  Zarina hanya mengobatinya  daripada menjadikan suatu pernikahan yang akan membawa kesedihan kepada semua orang. Bahayanya lebih besar daripada membiarkan Pangeran Thalal buta. "     

Nizam terdiam, pengobatan adalah hal darurat. Jadi Ia bisa membuat suatu pengecualian. Tetapi kemudian Ia teringat lagi satu hal. Ada inti permasalahan yang masih belum terselesaikan yaitu penolakan Pangeran Thalal kalau disentuh oleh Zarina     

"Tetapi bagaimana dengan Pangeran Thalal ? Dia akan menolak dengan keras. Dia tidak ingin disentuh Zarina" Nizam seakan meminta pendapat Alena lagi. Alena menggelengkan kepalanya lalu berkata sambil bangun dari tempat tidur lalu turun.     

"Hhhhh...hal itu saja mesti direpotkan. Hipnotis saja Pangeran Thalal oleh ahli hipnotis. Biarkan Ia diobati di bawah alam sadarnya, habis perkara !! " Kata Alena sambil pergi melenggang masuk ke dalam kamar mandi.  Nizam menatap istrinya yang melenggang dalam keadaan tidak berpakaian tapi kali ini Nizam menatap Alena bukan karena kagum akan kemolekan tubuhnya tetapi Ia kagum dengan otak istrinya yang begitu luar biasa. Mengapa Ia tidak memikirkan hal itu padahal ide itu sebenarnya sangat sederhana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.