CINTA SEORANG PANGERAN

Cinta yang Tidak Bisa di Paksakan



Cinta yang Tidak Bisa di Paksakan

0Alena duduk di sisi Zarina. Ia memanggil perawat dan dokter yang sedang menunggu di luar ruangan untuk memeriksa Zarina. Zarina menatap Alena dengan pandangan mata yang sangat sedih. Ketika Ia mau berbicara Alena memberikan isyarat pada bibirnya agar Zarina tidak bicara dulu.     
0

Dokter memeriksa Zarina dengan teliti dan kemudian Ia memberikan petunjuk kepada perawat dan pelayan untuk memberikan obat kepada Zarina. Alena berdiri sambil menatap Zarina. Wajah yang cantik, muka yang pucat, bulu alis yang tebal dan mata yang lebar.     

"Lukanya tidak boleh terkena air. Dan banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi tinggi" Kata Dokter sambil menutup luka Zarina.     

"Untuk sementara biarlah istirahat dulu" Kata Dokter itu sambil kemudian dia pamit keluar untuk berjaga di luar karena Alena memberikan isyarat agar dokter dan perawat keluar sehingga Ia bisa berbicara secara pribadi dengan Zarina. Nora tampak berdiri dekat jendela berjaga - jaga kalau - kalau ada kemungkinan yang tidak diinginkan.     

Nora mencuri - curi pandang pada Zarina, wajah cantik itu kuyu dan tidak ada gairah. Seakan tidak ada keinginan untuk hidup. Matanya menatap kosong bahkan ketika Alena duduk kembali di sisi Zarina. Zarina hanya menganggukkan kepalanya dengan lemah.     

"Zarina.. Bolehkah kita berbicara sebentar ? " Kata Alena berhati - hati. Zarina kembali menganggukan kepalanya.     

"Apakah kondisimu sekarang baik - baik saja ? " Kata Alena sambil melirik ke arah luka Zarina yang sudah terbalut perban.     

"Mengapa Aku tidak dibiarkan mati saja, Yang Mulia " Kata Zarina     

"Huss!! Urusan mati adalah urusan sama Yang di atas. Di saat semua orang ingin hidup sehat dan sejahtera mengapa Kau malah ingin mati. Jangan konyol Zarina. Memangnya Kau punya tiket ke surga ?" Kata Alena sambil melotot. Nora menangkupkan tangan ke mulutnya menahan tawa.     

Zarina terdiam , " Aku  sudah menyembuhkan orang yang kucintai. Aku merasa tugasku sudah selesai jadi Aku ingin menyerah saja"     

"Zarina, Cinta itu adalah sesuatu yang aneh. Aku pernah berada di posisimu. Aku mencintai seseorang yang tidak mencintaiku. Aku merasakan rasa sakit yang teramat sangat dan menangis berhari - hari "     

Zarina mulai merasakan ada perasaan hangat ketika tahu kalau Alena saja bisa merasakan perasaan yang sekarang Ia alami.     

"Sungguh Hamba tidak menyangka kalau Yang Mulia bisa seperti mengalami perasaan yang sama" Kata Zarina sambil menatap Alena. Alena tersenyum sambil mengusap lengan Zarina penuh kasih sayang.     

"Aku adalah wanita biasa yang memiliki perasaan mencintai terhadap seseorang. Hanya bedanya waktu itu Aku mencintai seseorang yang belum menikah jadi Aku masih memiliki harapan untuk mendapatkannya. Walaupun pada akhirnya Aku juga tahu kalau dia ternyata sudah menikah. Tetapi dia berusaha memperjuangkan aku sehingga akhirnya Aku berada di sini, di sisinya. Dia menikahi wanita itu hanya agar dia diizinkan untuk menikahiku "     

" Apakah yang Mulia maksud adalah Yang Mulia Pangeran Nizam "     

"Iya benar. Sebenarnya juga Aku merasa bersalah karena menikahi suami orang, tetapi Nizam mengatakan bahwa dia hanya mencintaiku. Dan dia pribadi sudah menolak untuk menikahi Putri Rheina. Tetapi pihak kerajaan memaksanya. Sehingga situasiku pada waktu itu berbeda dengan dirimu" Kata Alena sambil tersenyum. Zarina masih menatap Alena dan menginginkan penjelasan yang lebih.     

"Waktu itu Aku dan Nizam adalah dua orang yang saling mencintai. Nizam tidak pernah mencintai Putri Rheina demikian juga Putri Rheina. Dia hanya terobsesi dengan predikat Ratu Azura. Sedangkan Aku mencintainya tanpa tahu siapa Nizam sebenarnya. Dia memberitahukan Aku ketika dia sudah melamarku menjadi istrinya. Dan seandainya kalau boleh memilih Aku lebih menyukai Nizam sebagai mahasiswa biasa daripada seorang calon raja." Alena menarik nafasnya terlebih dahulu sebelum kemudian dia berkata lagi.     

" Tetapi Kau mencintai orang yang sudah menikah dan tidak mencintaimu. Kalau seandainya Pangeran Thalal mencintaimu maka Aku dan Nizam mungkin masih akan memperjuangkanmu untuk menjadi istri keduanya. Tetapi masalahnya Pangeran Thalal sama sekali tidak menginginkanmu. Maafkan Aku kalau Aku terlalu berterus terang. Tetapi kejujuran dalam hal ini lebih baik daripada kebohongan yang hanya akan menyiksamu "     

Zarina terdiam mencoba mencerna kata - kata dari Alena sebelum kemudian dia menjawab, " Yang Mulia benar, Yang Mulia Pangeran Thalal memang tidak pernah mencintai hamba. Sampai kapanpun tidak akan pernah ada cinta dihatinya. Jadi lebih baik Aku mati.." Zarina memalingkan wajahnya dan mulai menangis.      

Nora melirik dengan kesal pada Zarina yang Ia anggap sebagai budak cinta yang konyol. Masa iya gara - gara cinta seperti itu sampai harus mengorbankan nyawanya sendiri. Memangnya dunia hanya selebar telapak tangan. Memangnya laki - laki di dunia ini cuma satu.     

Alena memegang dagu Zarina dan membalikkan lagi wajahnya yang terpaling agar menatap Alena.     

" Kebodohan manusia yang pertama itu adalah berputus asa. Cinta itu kalau tidak pakai logika maka akan menyengsarakan dirimu sendiri.      

Lihat Aku !! Kau tidak bisa memaksa seseorang untuk mencintaimu tetap kau bisa memaksa dirimu sendiri untuk mengalihkan rasa cinta itu. Percayalah... sakit hati karena laki - laki obatnya adalah laki - laki lagi. Kau paham !! " Kata Alena sambil melotot.     

Nora hampir semaput mendengar kata - kata majikannya itu. Teori yang sangat konyol walaupun ada benarnya juga. Sakit hati oleh laki - laki maka obatnya harus laki - laki lagi. Ha..ha..ha... Nora hampir tersembur tawanya kalau Ia tidak segera mencubi tangannya sendiri agar tawa itu teredam hanya dalam hatinya.     

Zarina sendiri ternganga mendengar teori Alena. Sungguh teori yang luar biasa.     

"Laki - laki di dunia ini bukan cuma Pangeran Thalal. Pasti banyak diluaran sana yang mungkin saja mencintaimu tanpa kau sadari "     

"Tetapi... hamba hanya mencintai pangeran Thalal'     

"Mencintai orang yang tidak mencintai kita hanya akan seperti orang yang hendak menangkap harimau dengan tangan sendiri tanpa senjata. Kau akan diterkamnya kalau kau tidak bisa mengendalikannya. Kalaupun Kau berhasil mendapatkannya maka siap - siaplah akan selalu hidup dalam kecemasan dan ketakutan. Karena suatu saat kalau kau tidak bisa mengendalikannya maka Ia akan menerkam dan memangsamu.     

Itu juga kalau Ia tertangkap olehmu. Sedangkan pangeran Thalal aku pastikan tidak akan pernah bisa tertangkap olehmu. Kepalanya seperti batu karang. Ia lebih keras dari suamiku. Walaupun wajahnya semanis madu tapi hatinya sekeras batu. Dan pangeran itu tidak pernah bermain logika dia bermain perasaan. Dia sangat menyebalkan kalau sudah datang sikap keras kepalanya.     

kau pasti tahu kalau Ia harus sampai dihipnotis agar bisa disembuhkan olehmu karena Ia lebih memilih tetap buta daripada disentuh olehmu. Please... Zarina. Tolong pikirkan sekali lagi. Hidup ini cuma sekali karena yang mati tidak akan hidup lagi. Buat apa kita dilahirkan ke dunia kalau hanya untuk menderita.     

Kita hidup untuk berbahagia. Dan kebahagian itu tidak bersumber dari orang lain tapi bahagia itu muncul dari diri kita sendiri. Jadi stop untuk mencintai adik iparku yang bebal itu. Carilah seseorang yang akan mencintaimu dan akan kau cintai " Alena bicara panjang lebar mengerahkan segenap kemampuannya untuk menyadarkan Zarina.     

Hingga kemudian Zarina mencerna dan memahami kata - kata Alena yang sedikit absurd tetapi banyak benarnya.     

"Hamba akan mencobanya.." Kata Zarina akhirnya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.