CINTA SEORANG PANGERAN

Kami Hanya Ingin Bersenang - senang Sedikit



Kami Hanya Ingin Bersenang - senang Sedikit

0Pangeran Abbash menghela nafasnya. Ia ingin menyingkirkan orang - orang di sekeliling Alena satu persatu. Sekarang Ia telah memulai aksinya dengan menyingkirkan Arani, Amar dan Cynthia. Ketika mengingat ketiga orang itu Pangeran Abbash kemudian tersenyum licik. Ia menghembuskan asap rokoknya berulang kali. Pangeran Abbash menatap rimbunnya pepohonan yang sangat indah.      
0

Lalu Ia kembali memejamkan matanya sambil mengusap bibirnya yang berwarna merah merona itu. Ingatannya kembali kepada Alena. Ia mengecup bibir Alena , Ia merasakan bibir yang lembut itu. Bibir itu terasa sangat hangat dan seakan melumerkan hatinya yang membeku. Ia sebenarnya bisa saja membawa lari Alena tadi tetapi Ia tahu kalau Alena sedang menyusui si kembar. Sebagaimana Ia mencintai Alena Ia juga mencintai anak - anaknya Alena. Ia tidak ingin memisahkan Alena dengan si kembar. Ia ingin mendapatkan Alena secara lengkap dan utuh. Jadi memang jalan satu - satunya Ia harus merebut Alena dan si kembar sekaligus dari tangan Nizam. Hanya saja caranya masih belum pasti.     

Ia tahu perjuangannya tidak mudah. Ia harus bersabar dan perlahan. Taktik dan strateginya tidak bisa sembarangan. Termasuk ketika Ia meminjam raga Lolita. Ia tidak mungkin menyamar menjadi orang lain dengan sangat sempurna hanya untuk menyentuh Alena sekaligus membalaskan dendamnya. Itu terlalu beresiko. Yang pasti untuk langkah pertama Pangeran Abbash sudah merasa sangat puas, Ia bisa menatap Alena, menyentuhnya dan menciumnya. Ia juga bisa membalaskan dendamnya pada Amar yang sudah membuatnya gagal membunuh Pangeran Thalal dan Cynthia.  Ia juga sudah menyingkirkan Arani dari sisi Nizam walaupun mungkin untuk sementara.     

Pangeran Thalal kemudian berjalan menuju ke dalam kamarnya dan Ia segera mematikan rokoknya yang tinggal sedikit. Ia meneguk minumannya lalu naik ke atas ranjang dan mulai terlelap untuk mengistirahatkan  tubuhnya yang terasa sangat letih.     

***     

Di Cafetaria Kampus " The Great "     

Suasana tampak masih hiruk pikuk ketika polisi dan petugas kesehatan datang dalam keadaan kacau balau. Beberapa meja dan kursi rusak berat terkena perkelahian yang hebat. Lolita yang terbaring pingsan tengah disadarkan oleh Bella dan Maria sambil menangis. Arani yang sedang menggendong Alena yang pingsan juga sangat terkejut melihat kondisi Bella. Ia segera memandang Amar dan berkata, " Setan itu sudah menipu kita. Dia menggunakan ilmu memasukan rohnya ke dalam tubuh orang lain. Dimana di kerajaan kita ilmu itu sangat di larang. Bersiaplah untuk menghadapi kemungkinan yang terburuk." Kata Arani sambil kemudian berusaha menyadarkan Alena.     

"Yang Mulia mohon sadarlah. Hamba tidak akan bisa mendampingi Yang Mulia lagi. " Kata Arani. Cyntia yang tampak sedang keheranan segera menyadari kata - kata Arani.     

"Apakah maksud perkataanmu ? " Kata Cynthia sambil mengerutkan keningnya. Tetapi belum juga Arani menjawab seorang polisi tampak bergerak memperlihatkan identitas polisi  dan mengacungkan pistol sambil berkata, " Kalian di tahan atas tuduhan penganiayaan terhadap wanita hamil. Anda punya hak untuk berdiam diri, dan apapun yang anda katakan bisa dipakai sebagai bukti di muka pengadilan untuk memberatkan kasus anda". Kata Polisi itu.     

Cynthia ternganga mendengar kata - kata polisi yang sedang mengacungkan senjata ke arah mereka. Tetapi Arani tampak sangat tenang, "Aku akan diam, tetapi Aku minta majikanku ini agar dilindungi terlebih dahulu agar Aku menjadi tenang" Kata Arani sambil kemudian mencari titik akupuntur Alena untuk membangunkan dari Alena dari totokan Lolita tadi.     

Alena tampak terbangun dan Ia langsung histeris ketika melihat banyak polisi sudah mengelilinginya. Cynthia segera menarik Alena untuk menjauh. Ia mendekap Alena ke dalam pelukannya. Ia sangat menyesali semua kejadian ini. Tangan Cynthia gemetar ketika melihat Arani dan Amar di giring polisi menuju ke luar. Ia juga melihat Lolita yang masih tak sadarkan diri diangkut ke dalam ambulan bersama Aruna dan Alika yang pingsan juga.      

Alena ketika melihat Arani di bawa menuju kantor polisi Ia segera berlari dan mengikutinya. "Alena!! Kau mau kemana ? " Cynthia berteriak.     

"Aku akan mendampingi Arani dan Amar. Ini semua salahku dan Aku yang akan bertanggung jawab atas semua ini " kata Alena.     

'Kau jangan bodoh, Alena. Lebih baik kita pulang saja ke rumah dan menunggu Nizam serta suamiku bangun dari tidurnya. Baru kita ke kantor polisi " kata Cynthia sambil mencoba menghalangi Alena.      

Alena menepiskan tangan Cynthia dan berkata pendek, " Pergilah Kau pulang ! dan aku akan tetap mengikuti Arani." Kata Alena sambil mempercepat langkahnya sehingga Cynthia yang sedang dalam kondisi hamil besar tidak dapat mengejarnya lagi.     

Cynthia termangu menatap kepergian Alena dan para polisi yang membawa Arani dan Amar. Ia lalu bergerak cepat dengan menelpon Andhara.     

Andhara yang sedang duduk menunggu di depan kamar Pangeran Thalal tampak terkejut ketika mendapat telepon dari Cynthia. " Assalamualaikum Yang Mulia. Ada apa menelpon Hamba ? Mengapa tidak langsung memanggil hamba. Hamba ada di depan kamar Yang Mulia " kata Andhara sambil kemudian berdiri menegakkan tubuhnya.     

"Aku tidak berada di kamarku." Kata Cynthia sambil menangis. Mendengar isakan tangis Cynthia, Andhara berubah menjadi sedikit panik.     

"Yang Mulia ada apa ? ada apa ? Apa yang terjadi. Hamba sedari tadi menunggu di depan kamar yang Mulia dan hamba tidak melihat siapapun keluar dari kamar. Bagaimana bisa Yang Mulia dan pangeran Thalal berada di luar ?"     

"Aku tadi menyelinap melalui jendela. Aku juga tidak bersama suamiku. Suamiku sedang tertidur di dalam. " Kata Cynthia dengan susah payah. Ia berbicara sambil menelan air matanya yang masuk melalui lelehan di pipinya.     

"Yang Mulia Pangeran Thalal tidak akan pernah membiarkan Yang Mulia pergi seorang diri " Kata Andhara masih tidak percaya.     

"Benar, Ia tidak akan pernah mengizinkan Aku pergi,makanya Aku memberinya obat tidur " Kata Cynthia dengan hati yang pedih.     

"Astaghfirulloh.." Andhara hanya berkata seperti itu sambil kemudian dengan isyaratnya Ia menyuruh Iqbal segera mengumpulkan sepuluh pengawalnya dan mengikutinya.     

"Yang Mulia, Katakanlah ada dimana ? Hamba akan segera ke sana " Kata Andhara.  mata Andhara melirik ke arah Iqbal yang bergerak dengan cepat.     

"Aku ada di Cafetaria kampus The Great " Kata Cynthia sambil kemudian dia duduk karena Janet membawakan kursi kepadanya. Andhara kemudian menutup teleponnya dan segera meluncur ke tempat yang dikatakan Cynthia.     

Cynthia sendiri langsung memeluk Janet dan menangis sambil memeluk perutnya.     

"Aku tidak mengerti apa yang terjadi. Mengapa Kami baru akan bersenang - senang sedikit saja sudah tertimpa kecelakaan seperti ini. Mengapa Kami tidak bisa hidup dengan damai. Janet, Kau tahu ? Alangkah menyedihkannya hidup ditengah sistem kerajaan. Terlebih kerajaan Azura adalah kerajaan yang masih menggunakan banyak adat lama. Aku terkadang sangat menyesal telah mengorbankan hidupku ke dalam bahaya yang terus menerus " Cynthia seakan ingin menumpahkan seluruh perasaannya kepada Janet.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.