CINTA SEORANG PANGERAN

Hadiah dari Pangeran Thalal untuk si Kembar ( 4 )



Hadiah dari Pangeran Thalal untuk si Kembar ( 4 )

0Ketika Perdana Menteri itu hendak berbicara lagi tapi Nizam segera menyudahinya karena sedari tadi Pangeran Thalal memberikan isyarat agar Nizam segera pergi. Pangeran Thalal sudah terlalu muak mendengar kata - kata Perdana Mentri yang terlihat sangat licik.     
0

Setelah berada di luar Pangeran Thalal dan Nizam menghembuskan nafas lega. Sementara itu Jonathan hanya mengikuti langkah mereka sambil mencoba membaca situasi.     

"Kakak..Paman Salman sungguh sangat berbahaya. Mengapa Kakak tidak langsung mendepaknya saja?" Pangeran Thalal tampak sangat kesal. " Ia terus menyindir - nyindir ku semalam tentang pernikahanku dengan Putri Lili. Ia juga semalam mengatakan bahwa situasi Azura sekarang semakin kacau karena Kakak selalu berada di luar negri"     

Nizam menggelengkan kepalanya. " Tidak semudah itu adikku. Kekuasaannya sangat besar. Kalaupun kita mendepaknya maka akan chaos ( kekacauan ) di kerajaan kita. Lagipula Aku masih ingin menyelidiki sesuatu yang berkaitan dengan Ibuku. Aku juga harus terus menyelidikinya."     

"Bagiamana kita dapat membuktikan kesalahan paman Salman? Dia dikelilingi hampir seluruh tetua dan pejabat kerajaan."     

"Itulah sebabnya kita tidak bisa bertindak gegabah. Jadi bersabarlah sampai waktunya yang tepat."     

"Semalam Cynthia adu mulut dengannya. Dan Ia tampak sangat kesal karena Cynthia tampak berhasil membuatnya kalah"     

Nizam mengerutkan keningnya mendengarkan kata - kata Pangeran Thalal. "Suruh istrimu untuk menahan mulutnya dulu. Ia benar-benar bukan lawan kita sekarang. Kekuasaannya sangat besar dan itu akan membuat dia dengan sangat mudah menyingkirkan kita. Mulai sekarang jagalah istrimu baik - baik. Pasti dia sudah mulai mencium bibit permusuhan yang dipercikkan oleh Cynthia. Ia kini akan menganggap bahwa Cynthia adalah duri baginya"     

"Terus Aku harus bagaimana? Bukankah besok Aku dan Cynthia harus ke Korea Selatan untuk mewakili Kakak menghadiri pernikahan Tuan Kim. "     

"Aku bilang Kau harus berhati-hati bukannya tidak boleh pergi kemanapun. Malahan kalau kau terlalu ketakutan maka akan semakin hilang kewaspadaan." Kata Nizam lagi.     

Jonathan yang sedari tadi hanya mendengarkan lalu ikut berkata, " Aku sungguh tidak mengerti tentang sistem kerajaanmu. Mendengarkan pembicaraan kalian entahlah Aku merasa hidup sebagai rakyat biasa terdengar lebih baik daripada hidup di dalam kerajaan" Kata Jonathan.     

"Tentu saja temanku. Hidup menjadi rakyat biasa terdengar lebih baik tetapi Kita tidak bisa memilih kita dilahirkan oleh siapa. Karena setiap manusia yang dilahirkan, dia kelak akan memangku suatu tanggung jawab masing - masing. Dan Manusia yang mulia adalah manusia yang dapat berusaha untuk menjalankan tanggung jawabnya dengan sekemampuan yang Ia miliki" Kata Nizam sambil tersenyum.     

"Aku masih belum paham maksudmu?" Kata Jonathan sambil menatap wajah temannya.     

"Marilah kita duduk sambil menikmati sarapan. Aku khawatir para wanita terlalu lama menunggu. Aku akan jelaskan sambil kita sarapan" Kata Nizam.     

Dan memang benar tampak para wanita sedang menunggu di suatu ruangan terbuka di tepi kolam buatan dengan air terjun. Sebuah permandani berwarna hijau dihamparkan dan bantal - bantal lembut berbentuk bulat menjadi sandaran. Makanan terhidang di tengah dan tempat untuk Nizam sudah tersedia di samping Alena yang sedang berbincang - bincang dengan Cynthia, sedangkan Arani duduk sedikit canggung untungnya ada Lila dan Jessi yang sedari tadi mengajak dia berbicara. Edward dan suaminya Jessi kelihatan sibuk melihat kolam buatan yang sangat indah. Bahkan Edward berpikir tidak habis pikir mengapa Nizam membuat rumah seindah ini. Ia seperti memindahkan istana dari negeri 1001 malam ke Amerika.     

Melihat Nizam datang maka Alena dan yang lainnya mau berdiri untuk memberi hormat pada Nizam tetapi Nizam memberikan isyarat agar mereka tidak usah berdiri dan tetap duduk. Nizam lalu duduk dikursi paling tengah yang memang disediakan oleh nya dan diikuti oleh Pangeran Thalal dan Jonathan.     

Pelayan yang sedari tadi menunggu kedatangan Nizam segera menyajikan makanan dan minuman untuk semuanya. Setelah berdoa maka mereka pun makan sarapan bersama.     

"Mana anak - anakku? " Kata Nizam sambil melirik ke kiri dan ke kanan mencari Axel dan Alexa.     

"Masih tertidur " Kata Alena karena memang ini masih jam enam pagi.     

"Oh..baiklah setelah bersantap, mari kita berdiskusi tentang beberapa hal yang mungkin perlu kita diskusikan. " Kata Nizam setelah menyudahi bersantapnya.     

Yang lain juga segera menyudahinya dan para pelayan langsung menarik piring dan gelas kotor, serta makanan sisa. Ketika bagian tengah sudah kosong maka hidangan cemilan segera dihidangkan satu persatu. Kopi khas Azura, teh tarik, berbagai macam jus dan minuman ringan lainnya mulai disajikan.     

Kue -kue manis dan asin berbagai macam bentuk dan rasa terlihat sangat menggiurkan. Buah - buah kering dan manisan bertumpuk - tumpuk membentuk piramida sehingga memanjakan mata. Merah, kuning, hijau, hitam, coklat berpadu membuat Jonathan yang baru pertama kali melihatnya terkagum - kagum. Dan karena ada Lila dan Cynthia yang sedang mangandung maka tidak ada asap shisa atau rokok yang diperbolehkan.     

"Baiklah Jonathan. Tadi kau bertanya tentang bagaimana manusia itu dilahirkan dengan tanggung jawab yang harus dipikulnya. Kita sebagai umat beragama memahami bahwa kita dilahirkan ke dunia ini sesuai dengan takdirnya masing - masing. Kita tidak pernah bisa memilih orang tua kita. Tidak bisa memilih agama dan tidak bisa memilih menjadi orang yang memiliki fisik seperti apa.     

Ada sebagian yang dilahirkan dengan keberuntungan, ada yang dilahirkan dengan ketidakberuntungan. Ada yang dilahirkan menjadi kaum bangsawan tetapi ada juga yang dilahirkan menjadi rakyat jelata. Ada yang dilahirkan dengan bergelimangan harta tetapi ada juga yang dilahirkan dengan kemiskinan yang begitu nyata. Ada yang dilahirkan menjadi Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, Yahudi, Konghuchu, Shinto dan lain - lain sesuai dengan agama orang tuanya. Bahkan kita tidak bisa memilih menjadi seorang laki - laki atau wanita. Sebagian disempurnakan secara fisik sebagian lagi menjadi orang yang cacat"     

Semua mata memandang ke arah Nizam dengan mata ingin mengetahui terutama Jonathan yang memang belum mengenal agama selama ini. Dan Jonathan tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya.     

"Kalau begitu Tuhan itu sungguh tidak adil. Mengapa dia bisa menjadikan seseorang lahir menjadi anak seorang raja sepertimu dan mengapa Aku bisa lahir dengan menjadi rakyat biasa bahkan orang tuaku meninggal ketika Aku masih kecil. Kau begitu banyak uang ketika kau kecil dan di asuh oleh banyak orang sedangkan Aku hanya hidup dengan kakakku dengan serba kekurangan."     

Nizam tersenyum mendengar pertanyaan Jonathan. " Disinilah malah adilnya Tuhan. Kita dilahirkan dalam keadaan berbeda agar dapat meraih kebahagiaan dengan usaha masing - masing. Kalau semua diberikan dengan kedudukan dan posisi yang sama maka kelak kita tidak akan memiliki usaha untuk perjuangan . Dan Alloh tidak menurunkan aturan berupa agama untuk mengatur kehidupan kita semua.     

Kita dilahirkan dalam keadaan posisi yang sama yaitu menjadi seoran bayi yang tidak berdaya, dan fasilitas yang kita miliki dari orang tua kita hanyalah sebagai faktor eksternal atau alat bantu untuk mencapai keberhasilan dan kebahagiaan yang kita inginkan. Semua keberhasilan dan kebahagiaan itu tidaklah tergantung dari faktor eksternal. Tetapi semuanya tergantung dari kita sendiri. Kitalah yang menentukan kapan kita bisa bahagia dan kapan kita tidak bahagia. Kapan kita berhasil dan kapan kita gagal.     

Kita sibuk mengeluh betapa buruknya nasib kita karena dilahirkan dalam keadaan miskin dan alangkah beruntungnya orang kaya. Tetapi pada kenyataan tidak semudah itu. Semakin banyak seseorang mendapatkan kemudahan maka dia akan diberikan kesukaran di tempat yang lain agar dia tetap melakukan suatu usaha." Nizam lalu melirik Alena yang sedang memandangnya dengan penuh rasa cinta.     

"Kalian lihat saja diriku. Kalian pikir dengan harta, ketampanan dan kepintaran yang kumiliki maka aku bisa mendapatkan wanita manapun yang aku cintai ?"     

Semua langsung terbatuk - batuk mendengar betapa narsisnya Nizam. Tetapi apa yang dikatakan Nizam memang benar. Tuhan seperti memberikan kesempurnaan kepada Nizam. Ketampanan, kekayaan dan kecerdasan yang luar biasa.     

"Kalian salah kalau mengira seperti itu. Aku hampir kehilangan nyawaku ketika Aku bersikeras untuk menikahi Alena. Aku sampai tidak makan berhari - hari hanya untuk mendapatkan restu kedua orang tuaku. Bahkan Aku harus melalui proses menikahi orang lain dulu sebelum pihak kerajaan memberikan ijin untuk menikahi Alena. Kalian tidak pernah tahu betapa saat itu Aku sangat ingin dilahirkan sebagai orang biasa dan hidup berakhir dengan bahagia. Tetapi sayangnya takdirku tidak seperti itu" Mata Nizam kini terlihat begitu sedih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.