CINTA SEORANG PANGERAN

Alena, Selamatkan Pernikahanku ( 7 )



Alena, Selamatkan Pernikahanku ( 7 )

0Pangeran Thalal menatap bungkusan yang ada di meja, "Lho ini bukannya bingkisan Lila dan Edward? Kho malah ditinggal di sini" Kata Pangeran Thalal sambil mengambil bungkusan kado. Alena lalu mengambilnya dan membukanya. " Ini pasti untuk si kembar. Ayo kita buka isinya apa?" Kata Alena sambil merobek bungkus kado yang berwarna merah itu. Ketika di buka isinya ternyata dua helai sweater rajutan tangan terbuat dari benang wol berwarna biru dan merah muda. Sehelai kartu terjatuh dari dalam bingkisannya.     
0

"Untuk Axel dan Alexa. Sweater ini di rajut dengan penuh rasa cinta ketika Aku sudah tersadar dua hari. Walaupun tidak rapih karena memang kondisiku yang masih belum sehat tetapi disetiap healaian benangnya ada cintaku yang kujalinkan disana. Semoga Kalian menjadi anak-anak yang membanggakan"     

"Waah..ternyata Lila dapat merajut dan hasil rajutannya sangat indah. Luar biasa dia, selagi sakitpun Dia masih sempat merajut" Kata Alena sambil mengamati pakaian itu. Di sweater yang berwarna biru ada sulaman burung elang yang sedang terbang. dan di swater yang berwarna merah muda ada sulaman bunga mawar berwarna merah darah.     

"Ini adalah kado terindah yang mereka dapatkan" Kata Alena sambil mencium pakaian itu dengan penuh rasa cinta.     

"Bukannya kado yang paling indah adalah kado dari Sultan Mahmud?" Kata Cynthia sambil duduk menyender ke dada Pangeran Thalal.     

"No..setelah melihat kado dari Lila. Kado ini adalah yang terindah"     

"Tapi mengapa? Bukankah kado dari Sultan Mahmud lebih mahal dan sangat indah"     

"Kado dari Sultan Mahmud memang sangat indah tetapi kado itu hanya melambangkan kemewahan dan prestise dari kerajaan Zamron untuk Kerajaan Azura. Kado itu simbol untuk mempertunjukkan keangkuhan kerajaan Zamron untuk anak pewaris tahta kerajaan Azura. Sedangkan Kado dari Lila adalah simbol dari kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Lila sedang sakit tetapi dia memaksakan diri untuk merajutnya. Ia menunjukkan bahwa Ia begitu perduli kepada kedua anakku. Hanya orang gila yang tidak meliha perbedaan itu.     

Cynhtia yang sedang duduk menyender langsung bangun dan bertepuk tangan. " Tidak sia-sia aku mengajarimu Alena. Sekarang otakmu semakin beres."     

"Begitulah, Cynthia. Sebuah batu kalau terus menerus terkena tetesan air lama-lama akan bolong juga. Demikian juga dengan otakku. Lama-lama otakku jadi pintar juga kalau terus-terusan Kau asah."     

"Ngomong-ngomong Selain istriku sangat jenius karena sudah mengjari Kakak Putri Alena. Apa Kau bisa merajut juga?" Kata Pangeran Thalal pada istrinya.     

Cynthia tertawa genit, " Tentu saja Aku bisa merajut"     

"Wow..it's amazing, Luar biasa..Kau benar-benar sangat pintar. Ngomong-ngomong kau bisa merajut apa? Pakaian juga?" Kata Pangeran Thalal. Sementara itu Alena hanya terheran-heran mendengar Cynthia bisa merajut. Seingatnya Ia belum pernah melihat Cynthia merajut.     

"Aku tidak bisa merajut pakaian, tapi Aku bisanya merajut cinta di hatimu" Kata Cynthia sambil mencium pipi Pangeran Thalal. Pangeran Thalal tertawa terbahak-bahak.     

"Mengapa tertawa? Memangnya aneh? Merajut cinta di hatimu lebih penting daripada merajut pakaian. Dengan cinta di hatimu maka Aku bisa membeli seluruh pakaian rajutan di seluruh dunia. Tetapi pakaian rajutan belum tentu bisa memenangkan cinta hatimu"     

"Benarkah?? Bukankah tadi kata Kakak Putri Alena kalau pakaian hasil merajut dapat menunjukkan rasa cinta?" Pangeran Thalal tetap tidak mau kalah. Ia ingin mengajak berdebat Cynthia.     

Cynthia mengangkat kedua bahunya lalu berkata di telinga suaminya. "Apakah kau akan puas hanya dengan pakaian rajutan atau puas dengan tubuhku?" Cynthia berkata dengan vulgar membuat Pangeran Thalal langsung tersedak. Ia mengangkat kedua tanganya. " Aku give up..nyerah..Aku tidak akan pernah menang melawan otakmu " Kata Pangeran Thalal sambil tertawa di cubitnya dagu Cynthia. Cynthia membalasnya sambil mencubit dada suaminya. Alena menatap pasangan di depannya dengan sebal. Tadi Lila dan Edward yang memancing-macingnya sekarang Ia melihat Cynthia dan Pangeran Thalal yang sedang saling mencubit mesra. lalu Ia menoleh ke arah Nizam yang sedang kembali asyik membaca koran agak jauh dari mereka. Ia lalu berteriak.     

"Nizam!!..." Kata Alena pada suaminya. Nizam memandang Alena sambil melipat korannya. Ada apa lagi? Pagi-pagi begini Alena sudah membuat huru hara. Ia sedang membaca berita tentang kerja sama antara kerajaan Zamron dengan perusahaan Ayahnya Edward. Sungguh berita yang menarik. Sejak kapan mereka memiliki hubungan di bidang perekonomian.     

Apakah Edward tahu tentang hal ini? Nizam berpikir tidak karena Edward akhir-akhir ini sedang sibuk mengurus istrinya. Pasti ini ayahnya yang mengatur. Tuan Anderson ini kelihatannya sedang mencoba melebarkan sayapnya ke Timur Tengah. Karena Azura adalah kerajaan yang menjadi milik Nizam yang merupakan suami dari wanita yang sangat dicintai anaknya maka Ia mengalihkan bisnisnya ke Zamron yang merupakan kerajaan aliansi Azura.     

Tetapi berita itu tampaknya kalah menarik dengan teriakan istrinya yang terdengar sangat kesal.     

"Ada apa?" Nizam segera menjawabnya sambil melihat muka Alena yang terlihat sangat gusar.     

"Aku sedang menderita di sini. Aku tidak tahan lagi. Ayo kita ke kamar. Aku tidak keberatan kalau mulutku bertambah pegal " Teriak Alena sambil masuk ke dalam kamarnya. Nizam menatap Alena dengan keheranan. Tetapi Ia segera menutup korannya dan berjalan hendak masuk ke dalam kamar. Ia melirik ke arah Cynthia yang senyum-senyum menyebalkan.     

"Mengapa Kalian masih disini? Cepatlah pergi!! Bukannya Kalian mau pergi Ke Pulau Jeju dua hari ke depan? Sana urus keperluan kalian" Nizam menghardik pasangan yang sedang jadi budak cinta itu sambil masuk ke dalam kamar mengikuti Alena.     

"Ayo Yang Mulia. Kakakmu sudah mengusir kita. Kita harus tau diri" Kata Cynthia sambil tertawa lalu bangun sambil menggusur suaminya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.