CINTA SEORANG PANGERAN

Alena, Selamatkan Pernikahanku ( 9 )



Alena, Selamatkan Pernikahanku ( 9 )

0Setelah bertanya di ke bagian administrasi akhirnya Edward menemukan kamar Jonathan. Ia melihat dua orang penjaga berjaga di depan kamarnya. Orang Azura dengan stelan jas berwarna hitam. Lila menelan ludahnya, Ia masih belum terbiasa berhadapan dengan orang-orang Azura.     
0

Fostur tubuh mereka sangat berbeda dengan orang yang biasa Ia temui. Fostur tubuh orang Azura cenderung lebih tinggi besar dibandingkan dengan orang Amerika sendiri. Selain itu walaupun mereka tampan-tampan tetapi wajah mereka tidak ramah dan terkesan dingin. Mungkin hanya Pangeran Thalal yang sedikit ramah dimata Lila.     

Lila memegang tangan Edward dengan erat ketika Edward meminta ijin kepada penjaga untuk bertemu dengang Jonathan. Para penjaga itu menatap mereka dengan tajam sangat menakutkan.     

"Siapa Anda? Apa hubungannya dengan Tuan Jonathan? Anda tahu dia ada dalam pengawasan Yang Mulia Pangeran Nizam. Tidak ada yang bisa masuk ke dalamnya tanpa seijin Yang Mulia" Katanya sambil memperlihatkan wajah kejam.     

Edward menelan ludahnya, " Aku temannya Jonathan dan Yang Mulia Nizam. Aku ingin menengok temanku yang terluka. Kalau kau tidak percaya Kau boleh menghubungi Yang Mulia Nizam untuk memberitahukan kedatanganku"     

"Maaf, Anda tidak dapat masuk ke dalamnya. Anda tidak dapat menunjukkan bukti bahwa Anda diijinkan untuk melihat Tuan Jonathan"     

"Bukti?? bukti apa?" Edward keheranan. Sejak kapan menengok orang sakit harus ada bukti.     

"Semacam surat berstempel tanda tangan Yang Mulia" Kata Pengawal itu dengan dingin.     

Edward dan Lila saling berpandangan mata. Melihat Edward tampak sedikit kesal Lila akhirnya mengambil tindakan. Ia segera maju ke depan " Pria yang di depan Kalian adalah sahabat dekat Yang Mulia Nizam. Mereka adalah teman satu kuliah. Kau tahu bagaimana sifat Yang Mulia Nizam kalau seandainya Yang Mulia tahu bahwa teman dekatnya tidak di ijinkan. Kalian akan dihajarnya nanti." kata Lila berkata mengancam. Ketakutannya hilang melihat suaminya diperlakukan seperti itu.     

Penjaga itu tampak kebingungan tetapi mendengar kata-kata Lila dia menjadi ketakutan sehingga kemudian dia lalu berdiskusi dengan temannya hingga akhirnya Seorang penjaga lalu masuk ke dalam kamar Jonathan. Di dalam tampak Arani sedang membaca buku menemani Jonathan yang sedang tertidur. Arani menatap penjaga itu dengan pandangan tidak suka karena kedatangannya membuat Jonathan jadi terbangun.     

"Ada apa?" Tanya Jonathan. Penjaga itu membungkukkan badan memberikan hormat sebelum berkata, " Saya meminta maaf Tuan, tetapi ada dua orang yang ingin bertemu dengan Tuan"     

"Siapa?" Jonathan tampak ketakutan. Ia jadi teringat kejadian waktu Ia dihajar Pangeran Abbash.     

"Jangan khawatir Nathan, ada aku" Kata Arani membuat Jonathan tersadar, kalau Ia didampingi calon istrinya yang gagah perkasa. Badannya saja kelihatannya lebih kekar dibandingkan dirinya. Jonathan menganggukan kepalanya. " Iya..ya..Aku tidak takut.. Siapa mereka? Suruh mereka masuk. Kalau mereka berbuat macam-macam, biar nanti di hajar Arani"     

"Bukankah kau bilang Kau juga menguasai ilmu bela diri Taekwondo?" Kata Arani keheranan. Jonathan tertawa, " Ilmuku ternyata tidak ada apa-apanya dibandingkan Pangeran sialan itu, Aku jadi ketakutan sendiri"     

Arani tertawa tapi tawanya malah seperti menyeringai membuatnya malah menjadi aneh persis seperti binatang macan disuruh tersenyum. " Pangeran Abbash memang bukan tandinganmu. Dia akan kuat melawan sepuluh orang ahli taekwondo apalagi hanya kau seorang, makanya pantas saja kau kalah. Tapi kau sekarang jangan takut, bukankah ayahnya berjanji akan memusnahkan ilmu beladirinya."     

"Iya Aku tahu tetapi dia tetap bisa menggunakan senjatanya"     

"Jangan jadi pengecut karena seorang pengecut akan mati berkali-kali. Jadilah orang yang pemberani karena orang pemberani hanya akan mati sekali dengan terhormat. Jadi hadapilah segala sesuatu dengan penuh keberanian" Kata Arani membuat Jonathan terkagum-kagum.     

"Kau sungguh mengagumkan.. Mari sini Cantik, Aku cium " Kata Jonathan konyol membuat wajah Arani langsung berubah pucat pasi. 'Sialan kau. Nathan. Kau membuat Aku kehilangan muka di depan penjaga' Tetapi Arani adalah wanita biasa dipuji oleh orang yang Ia cintai tak urung membuat pipinya menjadi merona setelah tadi pucat pasi.     

Benar saja, Penjaga itu tercengang mendengar Jonathan berani berkata seperti itu terhadap wanita yang paling mengerikan se - Azura Raya. Arani mendorong penjaga itu agar segera keluar dari kamar, "Keluar Kau!! " Kata Arani dengan kejam membuat penjaga itu seperti mendengar petir yang menyambar ketika hujan. Dengan tergesa-gesa Ia keluar dari kamar Jonathan. Badannya gemetar Ia merasa buku-buku jemarinya membeku ketakutan.     

Arani melihat Edward dan Lila berdiri luar. Arani langsung membungkukkan badannya memberikan hormat kepada Edward. " Tuan Edward, rupanya Anda. Maafkan penjaga Kami yang tidak mengenali Anda. Silahkan Anda masuk. Nyonya Anderson, silahkan.." Kata Arani kepada Lila.     

"Terima Kasih Arani, Kau jangan menyalahkan mereka karena mereka memang tidak tahu. Ngomong-ngomong Selamat Yah..kau hendak menikah dengan Jonathan." Kata Edward sambil menangkupkan jemarinya di dada. Arani menganggukan kepalanya sambil tersenyum" Terima Kasih, Tuan" Kata Arani sambil menganggukan kepalanya.     

Edward lalu masuk bersama Lila yang sudah membalas senyum Arani. Sungguh sekali lirik Edward melihat begitu jauh perbedaan antara istrinya dan Arani. Kalau Lila seperti seekor kelinci putih maka Arani begitu perkasa seperti kuda Arab. Dia jadi ngeri membayangkan apa yang akan terjadi pada Jonathan di malam pertama mereka. Apa Jonathan akan dibantingnya sampai pingsan. Tetapi Edward langsung membuang pikiran buruknya dengan cara menggelengkan kepalanya.     

"Mengapa Sayang..Mengapa kau seperti menggelengkan kepala" Tanya Lila.     

"Tidak..tidak ada apa - apa" kata Edward sambil kemudian dia melihat Jonathan yang sedang berbaring.     

"Jonathan!!..Temanku. Apa kabarmu?" Kata Edward sambil melambaikan tangannya. Ia prihatin melihat Jonathan yang begitu babak belur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.