CINTA SEORANG PANGERAN

Alena, Selamatkan Pernikahanku ( 10 )



Alena, Selamatkan Pernikahanku ( 10 )

0"Edward, Alangkah senangnya Aku melihatmu. Inikah istrimu? Lila? alangkah cantiknya. Kau sungguh pria yang beruntung" Kata Jonathan sambil memeluk Edward.     
0

"Maafkan Aku, Aku tidak bisa menjabat tanganmu, Nyonya Anderson. Perkenalkan Aku Jonathan" Kata Jonathan sambil mengamati wajah Lila dengan keheranan. Dari dekat Ia seperti melihat kembaran Alena walaupun yang ini terlihat lebih lembut, putih dan terlihat lebih cerdas. Tetapi yang sangat membedakan adalah mata dan bibirnya. Mata Alena begitu besar dan cemerlang bagaikan planet venus yang kesiangan di pagi hari. Bersinar terang mengalahkan sinar mentari pagi. Sedangkan mata Lila sedikit sayu.     

"Kau boleh memanggilku Lila. Senang berjumpa dengan Anda. Bagaimana kabarmu?"     

Kata Lila dengan ramah.     

"kau bisa lihat sendiri..Aku babak belur. Orang itu menghajarku habis-habisan. Untung saja Aku masih bisa diselamatkan. Dan Aku mendapatkan hadiah yang begitu manis dari Tuhan" Kata Jonathan sambil tersenyum penuh dengan kepuasan.     

Lila memandang suaminya dengan keheranan. Ia heran mendengar perkataan Jonathan. Hadiah dari Tuhan? apa maksudnya? Lila bertanya dalam hatinya.     

"Apa maksudmu dengan hadiah yang manis? Lalu siapa yang telah memukulimu?" Tanya Edward keheranan melihat temannya malah cengengesan menyebalkan. Ia bertanya seakan mewakili pertanyaan istrinya.     

"Hadiah manisnya adalah wanita yang sedang berdiri di sudut itu. Ia sedang menjagaiku. Bukankah itu sangat manis, semanis wajahnya" Wajah Jonathan tampak sumringah sekali. Manis??? Edward mengerutkan keningnya.     

Manis?? Manis darimana? Ia seperti monster wanita di mata Edward. Apa gara-gara dipukuli maka otak Jonathan jadi agak bergeser seleranya. Sama seperti dirinya bukakah Jonathan dulu mencintai Alena lalu berubah menjadi mencintai Lila yang secara fisik tidak terlalu jauh berbeda. Tetapi kalau asalnya mencintai Alena kemudian jadi beralih mencintai Arani itu agaknya kejauhan.     

Cantik sih memang cantik. Mata bersinar tajam dengan bola mata hitam, kulitnya coklat susu dan rambut pendek cepak kecoklatan. Tubuh tinggi tegap, dadanya tidak terlalu besar dengan pinggang yang ramping. Hmmm..lumayan juga kalau dilihat dari segi fisik tetapi kalau dilihat dari ekspresi wajah dan gesture tubuh. Arani seperti wanita yang terperangkap di tubuh laki-laki. Ia seperti Angelina Jolie dalam film Tomb raider sebagai Lara Croft. Hanya saja pakaian Arani tertutup dan rambutnya cepak pendek.     

Edward lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Jonathan, " Kamu serius ingin menikahinya?" Edward berbisik di telinga Jonathan. "Memangnya kenapa?" Jonathan mengerutkan keningnya.     

"Apakah kamu yakin bisa menaklukannya?" Edward bertanya dengan wajah serius.     

Jonathan menatap Arani yang sekarang sedang berdiri sambil menatap tembok di depannya. Mukanya tetap datar dan dingin.     

"Menaklukan apa maksudmu? Apa kamu sedang berpikiran mesum tentang dia?" Kata Jonathan sambil melotot. Edward jadi cengar-cengir. Membuat Jonathan bertambah murka.     

"Aku bunuh kamu, Edward!! Kata Jonathan sambil misruh-misruh.     

"Sudah..sudah.. Aku minta maaf Aku cuma bercanda. Ngomong - ngomong siapa yang memukulimu, Aku benar - benar ketinggalan berita karena Aku sibuk mengurusi si cantik" Kata Edward sambil mencolek pipi Lila. Lila langsung tersipu-sipu malu.     

"Apa kau tidak ngobrol dengan Nizam?" Kata Jonathan.     

"Orang itu mana pernah bercerita panjang lebar tentang hal-hal yang seperti ini? Aku hanya mendengar Ia bicara panjang lebar pada istriku ketika Ia sedang membujuk istriku agar memaafkan Aku"     

"Nizam membujuk istrimu?? Kho bisa?" Jonathan juga terheran-heran.     

"Iya karena Alena yang menyuruh" Kata Edward sambil sedikit mengkel kalau bukan karena Alena yang menyuruh pasti Nizam tidak akan bicara panjang lebar.     

"Iya Nizam tidak akan pernah berkutik terhadap Alena. Dia sangat mencintai Alena dan kita terlalu bodoh pernah mengharapkannya. Sekarang biarlah mereka bahagia dan semoga kita juga dapat menjalani kehidupan kita masing-masing" Kata Jonathan.     

"Kau belum menjawab pertanyaanku. Siapa yang memukulimu?" Edward bertanya lagi karena memang pertanyaan tadi belum dijawab oleh Jonathan.     

"Pangeran Abbash" Jonathan menjawab pendek     

"Pangeran Abbash, Siapa dia?" Entah mengapa Edward seperti pernah mendengar nama itu.     

"Pangeran dari kerajaan Zamron, negara Aliansi Azura"     

Tiba-tiba Edward mengerutkan keningnya. Negara Zamron?? Mengapa Ia bertambah yakin pernah mendengar nama negara itu. Tapi di mana ya? Edward mencoba mengingat-ngingat.     

"Kau kenapa Edward?" Jonathan bertanya melihat Edward malah terlihat seprti tengah berpikir.     

"Aku seperti pernah mendengar nama negara itu dari mulut ayahku..ya benar waktu itu Ayahku sedang menjenguk Lila yang sedang koma dan Ia lalu bercerita tentang kerjasama dengan kerajaan Zamron..." Kata Edward sambil sedikit ragu - ragu     

"Hah?? Apa? Apakah benar Ayahmu ada kerjasama dengan kerajaan itu? Hati-hati Pangeran Abbash itu jahat. Dia memukuliku untuk membunuhku. Karena ingin menghilangkan jejak fitnahan dia terhadap Alena. Dia adalah laki-laki paling jahat yang pernah Aku kenal."     

Wajah Edward langsung berubah kelam ketika Jonathan berbicara panjang lebar tentang Pangeran Abbash dan bagaimana pria itu mencintai Alena kemudian dia juga ada dibalik penculikan Alena dan Lila. Ia berlindung di balik Sisca, dia sangat jahat.     

Setelah mendengar Jonathan bicara panjang lebar tentang Pangeran Abbash, Edward segera berpamitan sambil menarik tangan Lila dengan tergesa.     

"Apakah kau hendak menemui ayahmu?" Tanya Lila yang sedari tadi mendengarkan perkataan Edward.     

"Ya.. kalau benar Ayah mengadakan kerja sama dengan kerajaan Zamron, Aku harus menghentikannya dengan segera."     

"Tapi bagaimana kalau Ayahmu tidak mau menghentikannya" Kata Lila dengan cemas.     

"Aku anaknya satu-satunya. Aku adalah pewaris semua kekayaan dan perusahaannya. Sebagian besar kendali perusahaannya sudah dialihkan atas namaku. Lalu mengapa Ayahku akan menolak permintaanku. Terlebih lagi ternyata pangeran Abbash itu yang berada dibalik semua penderitaan kita. Aku sangat membencinya. Ia membuatmu koma berhari-hari dan membuat Aku hampir mati tenggelam dalam lautan air mata." Kata Edward sambil terus berjalan dengan tidak sabar lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.