CINTA SEORANG PANGERAN

Indahnya Cintamu, Jonathan ( 1 )



Indahnya Cintamu, Jonathan ( 1 )

0Ketika pembacaan syahadat Jonathan berlangsung dengan lancar. Arani malah duduk di kamarnya. Ia sudah di larang bertemu dengan calon pengantin pria karena menurut adat Azura itu tidak bagus karena akan menimbulkan kesialan. Lagipula Ia juga sedang bersiap mengurus administrasi kepulangan Alena ke rumah. Setelah semua selesai maka besok pagi semua akan pulang termasuk Jonathan karena pernikahan akan diselenggarakan di kediaman Nizam. Bahkan sekarang di rumah itu sedang dipersiapkan segala sesuatunya.     
0

Arani duduk menerawang seakan lembaran dalam hidupnya sedang di buka dan diperlihatkan kepadanya. Saking asyiknya melamun Ia sampai tidak menyadari kalau ada seseorang yang masuk ke dalam kamarnya. Ternyata itu adalah Ayahnya, Paman Harun.     

Paman Harun masuk ke dalam kamar Arani dan menatap anaknya yang sedang galau. Paman Harun mengucapkan salam karena sedari tadi Arani hanya duduk dan tidak menyadari kedatangannya.     

"Arani!! " Paman Harun bersuara lebih keras membuat Arani terperanjat. Wajahnya memerah ketika tahu yang datang adalah ayahnya. Ia segera berdiri dan memeluk ayahnya dengan penuh rasa cinta kasih. Lelaki itu sekarang terlihat lebih tua setelah lama tidak bertemu. Betapa Ia sangat merindukan Ayahnya. Walaupun demikian Ia sama sekali tidak menangis. Hatinya begitu tegar dan sekuat batu karang.     

"Mengapa Kau begitu diam, dan mengapa Kau tidak pernah memberitahuku bahwa Kau akan menikah. Apakah ini bukan suatu pernikahan yang tidak dilandasi oleh cinta? Apakah ini pernikahan yang didasarkan suatu kesepakatan belaka?" Kata Ayahnya sambil menatap tajam pada Arani.     

"Semuanya terjadi begitu cepat, Ayah. Aku tidak tahu apakah Aku mencintainya atau tidak tetapi Aku merasakan perasaan yang tidak pernah Aku rasakan kepadanya" Kata Arani sambil tertunduk. Ia sangat menghormati Ayahnya. Karena Ia besar dengan bimbingan Ayahnya. Ayahnyalah Yang memasukan dia ke dalam istana dan memulai karirnya dari pelayan rendahan sampai menjadi pelayan tingkat atas dan bahkan berhasil menjadi asisten Nizam. Itu semua karena Nizam mempercayainya sebagai putri dari pengasuhnya.     

"Kau tahu anakku, tidak perduli apakah kau mencintainya atau tidak, Aku sangat berbahagia ketika mendengar kau akan menikah. Tadinya Aku sudah sangat berputus asa karena hingga usiamu di 29 ini Kau masih belum mau menikah. Aku berpikir kau akan menjadi asisten Yang Mulia seumur hidupmu. Walaupun Aku senang kau menjadi asisten Yang Mulia tetapi Aku tetap menginginkanmu untuk menikah.     

Dalam keyakinan kita pernikahan adalah suatu fitrah manusia. Dan suatu pernikahan akan mentemtramkan hati manusia serta memperpanjang keturunan. Anakku, ketika aku tahu kalau kau akan menikahi orang asing. Aku sedikit keberatan. Karena tadinya Aku berharap kau akan menikah dengan orang Azura tetapi karena Yang Mulia Nizam yang memilih maka Aku menjadi tidak keberatan.     

Yang Mulia sangat tajam firasatnya. Kalau Ia tidak melihat ada sesuatu yang baik yang akan terjadi di masa depan maka Ia tidak akan pernah melakukan ini."     

Arani terdiam mendengarkan Ayahnya, tetapi kemudian dia berkata, " Aku tidak mengerti bagaimana Yang Mulia tahu kalau Aku menyukai Jonathan bahkan sedikitpun Aku tidak bicara padanya. Apalagi sebenarnya ini adalah suatu hal yang mustahil karena perbedaan keyakinan dan cara hidup. Tetapi kemudian Cynthia meyakinkan Jonathan untuk menyamakan keyakinannya" Arani berkata sambil menerawang. Ia merasa semuanya bagaikan mimpi. Bagaimana bisa Ia menikahi seseorang disaat Ia memang tidak pernah berniat untuk menikah.     

Ia tadinya hanya ingin menjadi asisten Nizam selamanya, tetapi takdir berkata lain. Nizam sendiri yang menyuruhnya untuk menikah. Paman Salman kemudian berdiri lalu menepuk pundak anaknya.     

"Baiklah Arani, beristirahatlah dan berbahagialah karena sekarang Jonathan sudah memiliki keyakinan yang sama dengan kita. Yang Mulia sekarang sedang memberikan bimbingannya. Aku akan ikut berbincang dengan mereka"     

Arani menganggukan kepalanya dan menatap Ayahnya yang kemudian pergi meninggalkannya. Arani membantingkan tubuhnya ke atas ranjang. Ia sama sekali tidak ingin menangis walaupun Ia sedang galau. Menjelang hari pernikahannya Arani semakin merasa Ia terperangkap dalam suatu pusaran yang Ia yakini tidak bisa lari lagi.     

Ia seperti sebuah peluru yang terlontar ke dasar cinta yang sangat dalam. Dan dasar itu tiada bertepi Ia merasa akan tersesat di dalamnya. Ia belum pernah jatuh cinta selama hidupnya dan Jonathan hadir menawarkan warna yang berbeda Ia memberikan semburat warna pelangi di dalam hidupnya yang berwarna hitam, putih dan abu-abu.     

" Yang Mulia, apakah Kau memang menghadiahkan Aku untuk Jonathan atau Kau menghadiahkan Jonathan untukku. Aku tahu kau tidak akan sembarangan memberikan apa-apa yang kau miliki untuk orang lain kalau tidak ada sesuatu yang melatar belakanginya.     

Aku adalah pelayanmu dan Aku adalah milikmu. Sumpahku adalah melayanimu seumur hidupku tetapi kau sekarang memberikan diriku untuk Jonathan. Entah apa yang ada dalam benakmu? Kau tahu Yang Mulia. Demi berada disisimu Aku membunuh semua perasaan kewanitaanku, Aku juga membunuh perasaan cinta yang ada dihatiku dan tidak pernah memberikan sedikitpun kesempatan perasaan itu muncul ke permukaan.     

Bagiku hidup dan matimu lebih penting dari segalanya. Kau adalah denyut nadiku dan Aku selalu memastikan keselamatanmu di atas segalanya. Sekarang jika Aku menikah maka Hidupku akan terpecah menjadi dua. Kau tidak akan pernah jadi prioritasku lagi. Karena ketika seorang wanita menikah maka suaminya lah yang akan menjadi prioritas di atas segalanya. Dan Kau tahu itu dengan pasti" Arani melakukan monolog. Ia berbicara pada dirinya sendiri yang ditujukan untuk Nizam. Arani lalu duduk sambil memeluk lututnya. Entah mengapa Ia menjadi ingin berlari melepaskan semua jeratan yang terasa menghimpitnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.