CINTA SEORANG PANGERAN

Indahnya Cintamu, Jonathan ( 4 )



Indahnya Cintamu, Jonathan ( 4 )

0Alena baru akan menelpon seseorang ketika Nizam merangkul pinggangnya yang masih berlemak, "Kau menelpon siapa? Serius amat" kata Nizam sambil kemudian mengecup leher Alena. "Ssst..Aku sedang menelpon Issabela" Alena menjawab sambil mendorong wajah Nizam agar menjauh dari lehernya.     
0

"Isabella?? Who is she?" Nizam mengerutkan keningnya.     

"Dia perancang pakaian yang waktu itu merancang pakaianku, Aku ingin Ia membawakan salah satu koleksi gaun pernikahan untuk Arani. Harusnya sih bikin tetapi nikahnya kan besok jadi tidak mungkin untuk merancang dan menjahit spesial" Kata Alena sambil berbinar - binar. Ia sudah membayangkan si tomboi itu akan memakai gaun pengantin yang putih dan anggun.     

"Hmmm..Akan aneh rasanya melihat Arani mengenakan gaun. Ia pasti akan menolak" Kata Nizam sambil mulai menjulurkan lidahnya. Alena jadi menggeliat " Kau..back off!! sana!! Aku lagi serius" Kata Alena ketika Ia mendengar suara Isabella di sana.     

"Hallo Isabella, ini Aku Alena" Kata Alena.     

"Alena?? Alena siapa? " Suara Isabella terdengar begitu dingin dan terburu-buru seakan-akan Alena adalah sebuah penghalang yang akan menahan laju langkahnya dalam berburu dolar dan ketenaran.     

Alena tertegun mendengar suara dingin Isabella. Apakah Ia lupa lagi kalau waktu itu Ia pernah memakai baju rancangannya. Hingga kemudian Ia teringat dengan Nizam yang tidak mau diam di belakang tubuhnya.     

"Aku Alena istrinya Pangeran Nizam " Alena menjual nama suaminya membuat Nizam nyengir kuda, Ia berbisik ditelinga Alena, "Kau menjual namaku" Kata Nizam sambil menggigit telinga Alena.     

Alena mendelik sebal tapi tidak berani berbicara takut terdengar oleh Isabella, dalam hatinya Alena membenarkan kata-kata Nizam karena ternyata Isabella tidak mengenal namanya. Dan Alena menjadi kharatir kalau Ia hanya menyebutkan namanya mungkin Isabella tidak akan mau perduli dengan keinginannya. Ia begitu sibuk karena banyak kegiatan tetapi Alena tahu kalau nama suaminya disebut Isabella pasti akan perduli. Diam - diam Ia sudah mulai mempelajari bagaimana berstrategi untuk mendapatkan keinginannya.     

"Oh.. Putri Alena, adakah yang bisa Aku bantu?" Suara Isabella jadi terdengar begitu riang di telinga Alena membuat Alena menjadi sedikit curiga. Mengapa suara yang tadinya datar saat menyapanya berubah menjadi begitu riang ketika nama suaminya di sebut.     

Alena menjadi sebal Ia lalu mendelik pada Nizam kemudian Ia mencubit perut Nizam yang berkotak-kotak itu. Hingga Nizam memekik kesakitan.     

"Ouch.. Alena, Apa yang kamu lakukan? Mengapa Kau mencubitku ? Apa salahku?" Katanya sambil melepaskan pelukannya. Lalu mengusap-usap perutnya. Ia lalu membuka kaosnya melihat ke arah perutnya. "Lihat perut ku jadi merah" Katanya sambil meringis.     

Alena tidak menjawab Ia kembali menelpon Isabella.     

"Kau tahu Arani? Asistennya Nizam"     

Isabella terdiam, Ia mengingatkan-ngingat nama Arani dan kemudian Ia berkata lagi.     

"Ya..ya..Aku tahu. Dia wanita yang menghubungi ku saat Yang Mulia Pangeran menginginkan ku membuat pakaian untukmu."     

"Ya itu dia, Kamu benar"     

"Kenapa dengan dia? Apa dia sekarang akan menerima tawaran ku untuk menjadi salah satu model ku?" Kata Isabella membuat Alena terkejut.     

"Apa maksudmu? Kau menawarkan kepadanya untuk menjadi model?"     

"Ya..tentu saja. Tubuh dia tinggi, tegap dan proporsional. Kakinya jenjang dan panjang. Raut wajahnya begitu unik. Ia akan cocok untuk menjadi seorang model untuk memeragakan pakaian rancangan ku"     

Alena memandang ke arah Nizam. Tetapi Nizam tidak mengerti apa maksudnya. Karena Handphone Alena tidak di keraskan speaker nya. "Tidak Isabella, bukan itu hanya saja dia akan menikah besok jadi Aku ingin membeli salah satu rancangan gaun pengantin"     

"Ooh.. begitu rupanya. Sayang sekali, padahal tadinya Aku sangat berharap Ia mau menjadi model ku. Aku yakin Ia akan segera terkenal ke seluruh dunia" Suara Isabella terdengar kecewa. Tetapi kemudian Ia berkata lagi.     

"Gaun seperti apa yang kau inginkan? Dan warnanya apa?"     

"Aku ingin gaun pengantin yang elegan bertaburkan permata tetapi tidak terkesan ramai. Gaun itu harus panjang dan menutupi kaki. Berwarna putih dan sangat anggun" Mata Alena berbinar dengan cerah. Ia sangat ingin Arani tampil berbeda di malam pernikahannya.     

"Ya Aku mengerti apa maksudmu. Aku akan mengirimkan beberapa gambar untuk kau pilih. Semua gambar ini memiliki ukuran yang cocok untuk Arani karena Aku tahu pasti berapa ukurannya. Ia benar-benar sangat cantik dan unik."     

"Ya Aku tahu makanya Aku menginginkan dia tampil lebih maksimal lagi"     

"Oh ya Putri Alena, Aku akan menyediakan tukang rias untuknya sebagai hadiah pernikahanku. Aku akan sangat puas kalau Ia tampil maksimal mengenakan gaun dan tata rias dari perusahaanku. Kalau Anda tidak keberatan Kami juga bisa sekalian menyediakan perhiasan pernikahan dan sepatunya"     

"Ya itu akan menjadi sangat sempurna. Terima kasih banyak Isabella. Aku tunggu besok di rumah kami di jalan Grand Avenue nomor 16. Datanglah pukul 4 PM karena acaranya pukul 9 PM"     

"Baiklah," Kata Isabella sambil menutup handphonenya dan mulai mencari pakaian untuk Arani dan segera mengirimkannya pada Alena. Begitu telepon di tutup Alena lalu menghampiri Nizam yang sedang mengusap - usap perutnya dengan gaya sok ingin diperhatikan.     

"Kau tahu mengapa Aku mencubitmu?" Tanya Alena.     

Nizam menggelengkan kepalanya sambil manyun. Alena lalu duduk ditepi ranjang memperhatikan tingkah Nizam yang lagi overacting. Nizam berbaring sambil memperlihatkan perut dan dadanya yang kotak - kotak bagaikan kotak - kotak sawah di sebuah persawahan. Bahkan kulit Nizam yang kecoklatan membuat Alena jadi tidak karuan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.