CINTA SEORANG PANGERAN

Habislah Kau, Arani ( 4 )



Habislah Kau, Arani ( 4 )

0Nizam kemudian berpamitan kepada Jessi Ia kan pergi untuk menemui pendeta Hofkin. entu saja sebelum bertemu Ia memberitahukan dulu maksud kedatangannya secara singkat melalui handphone kepada Pendeta Hofkin. Sebenarnya Ia sudah lama ingin bertemu dengannya tetapi Nizam belum punya waktu yang tepat. Karena Ia kemudian mendapatkan ide agar Jessi menikah sekalian maka Ia jadi teringat akan rencananya untuk mendatangkan beberapa pemuka agama ke negaranya.     
0

Selama ini negara Azura adalah negara tertutup sehingga ketika Nizam berkuasa Ia ingin menjadikan Azura sebagai kerajaan yang terbuka, dimana semua orang bisa keluar masuk ke negaranya dengan beberapa persyaratan tentunya. Ia juga ingin membuka para penduduk luar jika ingin menjadi kewarganegaraan Azura sehingga Nizam merasa perlu untuk meminta beberapa pemuka agama tinggal di negaranya sehingga ketika nanti orang luar menjadi kewarganegaraan Azura maka kebutuhan mereka tentang agama Nizam sudah memenuhinya. Dia ingin menerapkan pentingnya bertoleransi didalam menghargai keyakinan penduduk di negaranya. Saling memahami dan menghargai satu sama lain walaupun berbeda keyakinan.     

Nizam memasuki mobilnya setelah Ali membukakan pintu mobilnya. Ia duduk dengan sedikit santai karena masalah Jonathan sudah hampir selesai. Mobil segera melaju ke rumah Pendeta Hofkin Ia sangat rindu dengannya. Dulu sewaktu Ia masih kuliah di Jurusan kepemerintahan Ia sering berdiskusi dengannya. Kebetulan Pendeta Hofkin juga kuliah satu kelas dengannya. Mereka berusia hampir sebaya dan mereka memiliki satu pemikiran tentang ideologi negara.     

Mereka berprinsip bahwa keyakinan adalah suatu hak yang paling hakiki jadi mengapa orang harus saling bertengkar tentang hal itu. Mengapa suatu negara harus menekan suatu keyakinan agama tertentu hanya karena minoritas. Mengapa mereka tidak hidup saling berdampingan, menyayangi dan saling menghormati.     

Naila duduk manis di dalam mobil. Ia masih harus banyak belajar untuk menjadi asisten Nizam. Dibandingkan Arani, Naila ini terlihat lebih lembut dan feminim bahkan rambutnya saja panjang. Ali menatap jalan yang dilaluinya. Ia tahu Pendeta Hofkin adalah salah satu sahabat Nizam. Karena Ia sering mengawal Nizam ketika Nizam sedang berbincang - bincang dengan dia. Dan Ia juga tahu rumahnya dimana. Bahkan Nizam membeli rumah juga yang mengurusnya adalah Pendeta Hofkin. Karena memang rumah Nizam berdekatan dengan gereja tempat Pendeta Hofkin.     

Tidak lama kemudian mobil sudah sampai ke sebuah pekarangan rumah bergaya spanyol bercat putih. Di pekarangan rumah banyak ditanami bunga mawar karena istrinya Pendeta Hofkin sangat menyukai bunga mawar. Ketika Nizam datang kebetulan Elizabeth istrinya Pendeta Hofkin sedang memetik beberapa tangkai bunga mawar. Dan ketika Nizam datang Ia segera menyambutnya dengan ramah.     

"Silahkan masuk Yang Mulia, Hofkin sudah menunggu dari tadi. Bahkan kami sudah menyiapkan jamuan makan siang untuk menyambut Yang Mulia" Kata Elizabeth.     

"Mengapa begitu menyusahkan diri. Bukankah Aku hanya akan sebentar saja. Malam ini dirumahku akan ada perayaan pernikahan asisten dengan sahabatku. Sehingga Kau nanti malam mudah - mudahan bisa datang." Kata Nizam sambil tersenyum.     

" Tentu saja Yang Mulia karena tadi Hofkin bilang pada sore hari akan ada saudaranya teman Anda yang akan menikah di gereja kami"     

"Benar karena sebelum kesini tadi Aku sudah menghubunginya sehingga pernikahan akan berjalan bersama dengan pernikahan adiknya. Lagipula ada yang harus kubicarakan tentang Hofkin berkaitan dengan kepulanganku Ke Azura pada bulan depan. Setelah acara wisuda aku dan istriku"     

"Oh itu sangat baik Yang Mulia. Luar biasa untuk Anda yang sudah memiliki tiga gelar di tiga Universitas yang berbeda"     

" Terima kasih Elizabeth" Kata Nizam sambil kemudian masuk dan menemui Pendeta Hofkin yang tampak sedang duduk membaca buku.     

"Hofkin!! " Nizam langsung memanggil Pendeta Hofkin. Pendeta Hofkin terlonjak dan Ia segera berdiri kemudian berjalan menghampiri Nizam dan memeluknya dengan erat.     

"Nizam.. ini sudah sangat lama. Kau begitu sibuk setelah menikah sehingga Kau bahkan tidak sempat untuk mengujungi sahabat lamamu ini. Aku pikir kau sudah lupa" Kata Hofkin sambil menepuk punggung Nizam.     

"Begitulah, Aku bahkan sudah memiliki anak kembar, Kau bagaimana?" Kata Nizam sambil memandang sahabatnya dengan bahagia.     

"Aku baru memiliki satu anak, Ia sudah berumur 2 tahun. Aku rindu kita berkumpul bersama. Bahkan Aku selalu teringat dengan Ghovinda sahabat kita tempat kita berkumpul saat kita kuliah di Fakultas pemerintahan."     

"Itulah yang akan Aku bicarakan denganmu. Ini tentang revolusi yang akan Aku adakan di kerajaanku" Kata Nizam setelah dipersilahkan duduk.     

"Revolusi apa maksudmu?" Pendeta Hofkins tampak memandang Nizam dengan pandangan tidak mengerti.     

"Selama ini Kau tahu bahwa kerajaanku adalah kerajaan tertutup. Di kerajaanku tidak banyak orang asing yang datang karena memang perizinannya juga dipersulit. Berabad - abad lamanya kerajaanku menjalankan sistem kepemerintahan kuno dengan menjalankan prinsip hidup yang banyak berkiblat pada adat istiadat. Walaupun sebagian besar bahkan hampir 98% rakyat kami muslim tetapi kehidupan kami lebih cenderung berdasarkan adat daripada keyakinan kami.     

Aku ingin mengadakan beberapa perombakan dengan salah satunya adalah membuka kerajaanku dari kerajaan tertutup menjadi terbuka. Aku akan memperbolehkan bagi rakyatku untuk pindah kewarganegaraan jika memang mereka ingin dan sebaliknya akan memperbolehkan orang dari negara lain untuk masuk ke dalam kerajaanku.     

Aku dulu sering berbicara denganmu bahwa dikerajaanku, wanita kurang dihargai. Mereka jarang mendapatkan pendidikan tinggi dan tingkat pernikahan di bawah umur yang sangat tinggi dengan sistem pernikahan paksa melalui perjodohan. Pendidikan wanita di kerajaanku jauh tertinggal dengan negara lain.     

Aku berharap jika kerajaanku menjadi kerajaan terbuka maka orang - orang dari luar yang masuk ke negaraku akan membawa pengaruh positif. Untuk itulah Aku membutuhkan para pemuka agama - agama yang memiliki umat yang besar untuk menjamin keperluan agama bagi rakyatku kelak. Salah satunya adalah umat kristiani dan karena negaraku juga dekat dengan India Aku juga ingin ada pemuka agama Hindu di dalam kepemerintahanku. Sebenarnya Aku juga membutuhkan pemuka agama Budha tetapi karena Aku tidak memiliki teman yang beragama Budha mungkin Aku harus mencarinya terlebih dahulu." Nizam berbicara panjang lebar membuat Pendeta Hofkin tampak takjub.     

"Kau dari dulu tidak pernah berubah, selalu idealis. Mengapa otakmu begitu menakjubkan sehingga hal sekecil ini tetapi memberikan dampak yang besar bisa kau pikirkan. Kau sangat cerdas dengan menjadikan kerajaanmu sebagai kerajaan terbuka. Tetapi sebenarnya itu bukannya tidak akan mendatangkan resiko. Kau tahu bahwa dalam suatu perubahan selain dampak positif pasti akan ada juga dampak negatif " Kata Pendeta Hofkin dengan serius.     

Nizam menganggukan kepalanya. " Tentu saja, Selama ini negaraku jauh dari konflik karena memang tidak ada pengaruh dari luar yang menyebabkan terjadinya konflik tersebut. Tetapi Aku terus melihat adat yang ada dinegaraku selama berabad - abad banyak membuat rakyatku menjadi rakyat yang bodoh dan kurang berilmu. Kalaupun kami sekarang hidup makmur itu karena ada hasil kekayaan alam yang dapat menunjang dalam kehidupan kami.     

Kau tentu tahu bahwa kekayaan alam adalah sifatnya terbatas sedangkan keinginan manusia tidak terbatas. Jika kebodohan rakyatku terus menerus dipertahankan lalu ketika kekayaan alam habis maka mereka tidak akan mampu untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri, Sudah saatnya mereka untuk menggunakan otaknya bukan hanya hidup berfoya - foya dan menghabiskan kekayaan alam dengan sewenang - wenang. Konflik yang akan terjadi Aku harap hanya akan memberikan pengaruh kecil terhadap perubahan besar yang akan aku lakukan nanti."     

"Kau sudah lebih paham dariku karena Kau juga kuliah di jurusan Sosiologi. Aku Hofkin akan siap membantumu. Mari kita melakukan suatu perubahan mental di negaramu" Kata Pendeta Hofkin sambil mengangkat gelas minumannya. Dan dua buah gelas berisi jus straberry yang dibuat oleh Elizabeth beradu. Nizam tersenyum puas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.