CINTA SEORANG PANGERAN

Habislah Kau, Arani !! ( 15 )



Habislah Kau, Arani !! ( 15 )

0Alena semakin keras menangisnya membuat Nizam jadi salah tingkah. Ia menyesal telah mengatakan hal itu sekarang. Seharusnya Ia memberitahu Alena secara perlahan. Tetapi Ia juga tidak ingin membohongi Alena terus menerus. Ia harus sudah belajar berterus terang dan tidak selalu menutupi setiap permasalahan kepada Alena. Selama ini Nizam selalu menutupi masalah - masalah yang terjadi kepada Alena karena tidak ingin membuat Alena menjadi cemas. Tetapi sekarang saatnya Alena harus sudah mengetahui apa sebenarnya Ia hadapi nanti.     
0

"Alena.. sayangku. Belajarlah untuk menjadi wanita tegar. Karena kalau Kau bersikap lemah para rivalmu akan langsung menghancurkanmu. Ingat di Harem nanti akan banyak wanita yang menginginkan posisimu. Dan mereka siap melakukan apa saja untuk melakukan itu. Mulailah untuk bertindak cerdas dan cermat." Nizam mengelus - ngelus punggung Alena.     

"Tapi bukankah kau akan membubarkan harem..." Kata Alena sambil terisak - isak. Air matanya berhamburan.     

"Membubarkan harem tidak semudah membalikkan telapak tanganku sayang. Ada banyak langkah strategi yang harus dilakukan agar tidak berakhir dengan hilangnya nyawaku atau nyawamu atau nyawa anak - anak kita"     

"Aach.... Aku tidak mau mendengarnya.. Tidak!! " Alena menutup kedua telinganya.     

"Alena sayang dengar!! Hal ini nanti akan kita bicarakan lagi. Sekarang ayo kita lihat sesuatu dulu.. Kau tidak usah terlalu mengkhawatirkan hal - hal yang belum terjadi. Aku akan berusaha keras untuk melindungi kau dan anak - anak sekuat tenagaku. Sudah jangan menangis lagi."     

Tapi baru saja Nizam hendak mengajak Alena untuk melangkah lagi Ia melihat dari arah ruang duduk seorang penjaga datang dan melapor, " Assalamualaikum Yang Mulia. Hamba memberikan hormat. Ada rombongan pengantin laki - laki sudah tiba. Tuan Jonathan, Nyonya Jessi dan suaminya, Tuan Edward dan Nyonya Lila serta dua orang pengawal Tuan Edward "     

"Tuh lihat .. pengantin laki - laki sudah datang. Hapus Air matamu sayang! Hari ini hari yang membahagiakan untuk Jonathan. Jangan sampai Ia resah karena air matamu. Kau kan tahu bagaimana Edward dan Jonathan terhadapmu. Melihatmu meneteskan air mata akan membuat keduanya jadi kalap dan mengira Aku telah menyakitimu lalu nanti Aku dipukuli oleh mereka berdua" kata Nizam. Dan Alena mengira kalau Nizam sedang bercanda dengan konyolnya, hingga membuat Alena tertawa membayangkan kalau yang dikatakan Nizam terjadi. Edward dan Jonathan mengeroyok Nizam berdua.     

Mana mungkin mereka berdua melakukan itu. Tidak mungkinlah, bukankah mereka sudah memiliki pasangan masing - masing. Sedangkan Nizam hanya tersenyum kecil, apa yang dikatakannya sebenarnya bukanlah suatu kekonyolan. Nizam tetap merasa bahwa perasaan cinta bagi seorang laki - laki tidak akan bisa hilang dengan begitu cepatnya. Walaupun mereka sudah memiliki pasangan masing - masing tetapi perasaan cinta itu akan tetap ada dilubuk hatinya yang terdalam. Sehingga ketika mereka melihat bahwa wanita yang dicintainya tersakiti maka mereka tidak akan pernah rela.     

"Jadi bagaimana? Apakah kita akan melihat sesuatu yang akan kau tunjukkan dulu atau kita akan menyambut mereka dulu ?" Tanya Alena.     

"Kita sambut mereka dulu. Lagipula Naib-nya sudah ada dan Paman Harun juga sudah siap" Kata Nizam.     

"Lho..Araninya kan belum siap Nizam."     

"Tidak apa - apa. Dalam suatu Ijab dan Qabul hadirnya pengantin wanita bukanlah suatu keharusan. Karena rukun nikah itu cuma empat yaitu Wali, mempelai pria dan dua orang saksi yang adil."     

"Ooh...." Alena cuma manggut - manggut saja akhirnya. Mereka lalu berjalan melangkah ke arah ruang depan utama tempat mereka menerima tamu.     

Alena melihat teman - temannya sudah duduk di ruang tamu. Jonathan masih mengenakan kursi roda. Wajah tampannya sudah tidak tertutupi perban. Hanya tangannya saja yang masih terbalut perban sedikit.     

Jonathan baru di sunat tetapi Ia tidak mengenakan sarung Ia mengenakan celana biasa yang agak longgar. Alena jadi senyum - senyum melihatnya. Wajah Jonathan sukar diprediksi oleh Nizam apakah Ia bahagia, kesal, sedih atau marah. Nizam menggenggam tangan Alena di bawah. Mata Edward dan Jonathan tidak tahan untuk tidak melihatnya. Tetapi mereka segera mengalihkan pandangannya ke lain tempat. Jonathan mencoba tetap fokus kepada Arani dan Edward segera merangkul Lila untuk menguatkan cinta mereka.     

"Apa kabarmu, Edward ?" Kata Nizam sambil menjabat tangan Edward dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya tetap memegang tangan Alena.     

"Aku baik, Senang mendengar Jonathan mau menikah." Kata Edward sedikit canggung melihat tingkah Nizam.     

"Yaah.. sungguh sangat menggembirakan. Marilah kita ke ruangan 'Alexa tersenyum' tempat akad Jonathan". Kata Nizam sambil berbalik badan dan berjalan ke ruangan yang Ia sebutkan.     

"Bagus sekali nama ruangannya " Kata Jessi sambil mendorong kursi roda Jonathan mengikuti Nizam. Semua orang tampak senang dan takjub mendengar apa yang terucap dari mulut Nizam. Bahkan Alena saja baru mengetahuinya.     

"Apakah semua ruangan di rumahmu memiliki nama yang unik - unik yang ada nama anakmu?" Kata Edward penasaran, diam - diam Ia ingin membuat untuk Lila dan anaknya juga. Bukankah Ia masih belum memiliki rumah yang didirikan langsung di atas tanah. Ia masih tinggal di apartemen.     

"Ini bukan rumahku, ini adalah rumah Alena, sebagai hadiah karena telah melahirkan Axel dan Alexa. Aku memberikan nama beberapa yang menyebutkan nama anak - anakku dan istriku agar kita tidak kebingungan ketika mencari ruangan. Karena ruangannya cukup banyak." Kata Nizam.     

"Aku pikir Kau orang yang sangat dingin tetapi ternyata kau sangat hangat dan romantis." Kata Edward penuh kekaguman. Ia sekarang mengakui dengan setinggi - tingginya bahwa Nizam memang yang paling layak untuk mendapatkan Alena.     

"Kalau keromantisan seorang laki - laki hanya diukur dari sebesar apa materi yang bisa diberikan kepada seorang wanita maka Aku kurang setuju. Karena tidak semua laki - laki dapat membahagiakan wanitanya melalui materi. Tetapi jika keromantisan seorang laki - laki diukur dari seberapa besar kebahagiaan yang dapat diberikan kepada wanitanya maka Aku menyetujuinya."     

"Ya..Aku tidak membutuhkan materi yang banyak untuk hidup berbahagia. Kerena harta itu bagaikan air laut. Semakin di minum maka yang meminumnya akan semakin kehausan " Kata Alena sambil tiba - tiba memeluk Nizam dan Nizam malah membalasnya dengan ciuman. Membuat semua orang menjadi tersedak. Tetapi kemudian Alena tersadar Ia segera melepaskan ciumannya membuat Nizam sebenarnya tidak rela melepaskannya tetapi Ia juga tidak mau dikatakan keterlaluan oleh para tamunya.     

"Perasaan Aku yang akan menikah, kenapa jadi kalian yang seperti kepanasan " Kata Jonathan dengan sebal. Ia jadi kembali teringat kalau malam ini Ia tidak bisa melakukan ritual malam pengantin karena senjatanya yang terbalut perban. Ia jadi sedikit kesal terhadap Arani. Ia sampai bersumpah akan menghabisi Arani ketika Ia sudah sembuh nanti. Ia akan membuat Arani merangkak minta ampun di kakinya. Jonathan terus bersungut - sungut dalam hati.     

"Habislah Kau, Arani..." Bisik Jonathan sangat perlahan seakan ingin meredakan amarahnya yang mulai bangkit lagi. Ia jadi tidak sabar ingin segera bertemu Arani sehingga kemudian Ia berkata lagi, "Mengapa Kita banyak buang - buang waktu, Ayo cepat kita mulai acaranya. Aku sudah tidak sabar eh maksudku Aku sudah kelelahan..." Kata Jonathan lagi.     

Semua mata sekarang menatap ke wajah Jonathan yang sudah seperti kepiting rebus, udang yang baru digoreng, cumi yang baru dipanggang. Yang kesemuanya memancarkan warna merah merona. Dan Nizam yang paling sensitif. Ia segera berbalik dan lalu kedua tangannya memegang kedua sandaran tangan kursi roda Jonathan. Ia lalu berbisik di telinga Jonathan, " Araniku masih suci, sesuci embun pagi. Kalau kau nanti memperlakukannya dengan sewenang - wenang maka Kau akan berhadapan denganku "     

"Lalu Aku harus apa ? Apa Aku harus membiarkannya tetap suci? Lalu bagaimana dengan nasib alat reproduksiku yang sudah berubah bentuk ini?" Kata Jonathan balas berbisik di telinga Nizam sambil cemberut. Nizam tertawa terbahak - bahak mendengarnya. Membuat orang - orang disekitarnya terperangah tidak mengerti karena Nizam dan Jonathan bicara dengan bisik - bisik.     

"Tidak, Aku hanya bercanda saja. Aku percaya Kau akan berlaku lembut kepada Arani" Bisik Nizam lagi.     

"Tentu saja. Kau pikir Aku pria apaan yang suka menganiaya istri sendiri di malam pertamanya" Kata Jonathan yang langsung menusuk kalbu Nizam dengan telak. Bibir Nizam berkedut, Nizam jadi menyumpah-nyumpah dalam hatinya. 'Sialan, apa dia tahu kalau Aku sendiri yang mengniaya istri sendiri di malam pertamanya.' Kata Nizam dalam hatinya.     

Tetapi Ia tidak berani mengatakan itu. Ia hanya berpura - pura bahwa Ia tidak melakukan itu. Nizam hanya menempuk - nepuk pundak Jonathan seakan setuju dengan perkataan Jonathan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.