CINTA SEORANG PANGERAN

Sebenarnya Siapa yang Menikah ? ( 9 )



Sebenarnya Siapa yang Menikah ? ( 9 )

0Melihat istrinya duduk dengan wajah gemetar apalagi sekarang Arani menundukkan wajahnya ke atas lutut. Jonathan menjadi kasihan Ia lalu merangkul Arani dengan lembut. "Arani...kita sudah menjadi suami istri, jadi kau tidak usah malu lagi. Tapi Aku memaklumi kalau Kau belum terbiasa denganku. Aku minta maaf sudah menggodamu. Aku berjanji tidak akan mengganggumu lagi. Sini Aku tutupi tubuhmu yang terbuka oleh jasku " Kata Jonathan sambil membuka jasnya lalu menutup tubuh Arani yang terbuka oleh jasnya.     
0

Arani tengadah sambil memegang jas Jonathan yang menutupi lututnya hingga ke pinggul. Betapa terharunya Ia mendengar perkataan Jonathan. Dia ternyata berbeda tipe dengan para pria di Azura yang terkadang sering memanipulasi wanita untuk kepentingannya sendiri, Jonathan terlihat begitu menghargainya. Jonathan memegang bahu Arani.     

" Tidurlah!! Aku akan mengambil pakaian untukmu. Apakah di sini ada pakaian mu?" Kata Jonathan sambil kemudian berkeliling kamar mencari lemari pakaian. Dan kemudian Ia baru menyadari kalau ternyata kamar ini begitu indah dan luas. Kamar pengantinnya didominasi warna merah keemasan dengan bunga mawar dimana - mana. Kamarnya begitu harum. Ada banyak makanan dan minuman yang terhidang di meja bundar dipojok ruangan dengan buket mawar merah dan buah-buahan sebagai masterpiece di meja itu. Ada manisan khas Azura yang tidak Ia kenali bersusun dengan rapihnya.     

Ada panggang ayam besar di tengah meja dan berbagai macam hidangan lainnya. Makanan khas Azura dan Amerika. Bersatu padu dengan indahnya. Perut Jonathan mendadak keroncongan. Ia lalu meraih buah apel yang berwarna merah sambil kembali mencari lemari pakaian dan mengunyahnya dengan lahap.     

Ia masih belum menemukan tempat pakaian ada dimana. Jonathan jadi bersungut - sungut. "Dasar orang kaya!! Engga simpel banget. Kamar segini luas. Sudah seperti rumah kalangan menengah. Mau mencari lemari pakaian saja susah. Itu disebelah sana ada pantry dan kulkas. Itu Sofa dan sebuah TV besar, Itu..pintu ke kamar mandi dan disampingnya ada pintu lagi."Jonathan berbicara sendiri sambil mengerutkan keningnya. Ia segera menghampiri pintu itu lalu menarik handle-nya dan membukanya.     

"Oh my God... Sultan memang beda " Kata Jonathan sambil tercengang melihat isi dari kamar itu adalah deretan pakaian laki - laki dan perempuan. Jonathan masuk ke dalamnya dan melihat - lihat.     

Satu deretan berisi kemeja laki - laki berbagai warna dengan ukuran yang sama. Jonathan tahu persis pakaian itu pas di badannya karena ukurannya memang ukuran tubuhnya. Lalu di sampingnya berderet pakaian wanita. Berbagai macam gaun berwarna - warni dengan potongan yang sopan tapi elegan.     

Jonathan lalu melihat lagi ke sebelahnya, ada deretan celana panjang, pendek, kaos, rok, celana panjang untuk wanita. Semua tersusun rapi. Jonathan juga melihat banyak pakaian dalam di laci - laci. Dasi, sepatu, tas wanita. asesoris pria dan wanita. Semua tersusun rapi dalam laci -laci.     

Entah Nizam atau Alena yang membelinya atau malah Arani sendiri yang menyiapkan. Jonathan merasakan bahwa karena menikah dengan Arani maka Ia akan ikut terseret ke dalam kubangan harta Kerajaan. Ini tidak benar. Dan ini bukan yang Ia harapkan. Cita - cita hidupnya bukanlah ingin bergelimangan harta yang bukan dari hasil keringatnya sendiri. Ia harus berbicara nanti dengan Arani. Ia tidak ingin menumpang hidup kepada Nizam. Ini tentang harga dirinya sebagai seorang laki - laki.     

Jonathan lalu mencari gaun tidur dan celana dalam serta bra buat Arani. Ia juga mengambil kimono kamar karena gaun tidurnya juga sedikit menerawang. Ia lalu keluar lagi dari kamar pakaian dan kembali ke ranjang tempat Arani duduk nyungseb berselimut jas Jonathan. Ia memeluk lututnya tidak berani bergerak sedikitpun. Ketika didengarnya langkah kaki mendekat, Arani mengangkat wajahnya lalu Jonathan datang sambil membawa pakaian wanita.     

Arani tersenyum senang, rasa cintanya semakin muncul ke permukaan melihat betapa baiknya Jonathan. Jonathan memberikan pakaiannya dan berkata, "Berpakaianlah..dan segera istirahat. Kalau kau canggung tidur denganku, Aku akan tidur di sofa" Kata Jonathan sambil mengecup kening Arani kemudian dia berjalan menuju sofa dan tidur di atasnya.     

Arani menatap Jonathan yang berbaring sambil memejamkan matanya. Ia sangat berterima kasih atas perlakuan Jonathan. Terus terang walaupun Ia mencintai Jonathan tapi Ia masih belum siap berhubungan secara fisik. Arani berjalan menuju kamar mandi. Sebelum masuk ke dalam kamar mandi, Ia menatap suaminya sambil berbisik perlahan,     

" Maafkan Aku Nathan, sebenarnya memang Aku sengaja meminta Nizam untuk mengkhitanmu sebelum kita menikah karena Aku ketakutan menghadapi malam ini. Aku benar - benar sangat ketakutan. Karena Aku takut kau memaksa dan Aku menjadi hilang kendali.     

Aku berharap ketika kau masih dalam proses penyembuhan maka Akupun berproses untuk menerimamu. Semoga setelah kau sembuh Akupun sudah siap menerima sentuhanmu. Aku sangat menyayangimu di saat pertama kali Aku melihatmu Kau mengorbankan nyawamu untuk membela wanita yang Kau cintai. Kau adalah laki - laki yang baik dan tahu cara menghormati wanita" Kata Arani perlahan sambil kemudian masuk ke dalam kamar mandi dan mengganti pakaiannya.     

****     

Sementara itu di dalam kamar Nizam dan Alena. Nizam dan Alena terbaring kelelahan dengan keringat masih membasahi tubuh mereka. Alena merasakan tubuhnya sedikit ngilu dan Ia baru merasakannya setelah semua selesai. Nizam rupanya terlalu bersemangat tadi sehingga Ia sedikit kasar tetapi karena Alena juga merasakan hal yang sama Ia tidak menyadarinya tadi. Setelah semua selesai maka baru terasa perih.     

Ketika Nizam mendengar Alena sedikit meringis Ia segera mengenyampingkan tubuhnya dan melihat ke arah wajah Alena yang cantik. Tangan Nizam mempermainkan rambut hitam lebat itu. "Kau kenapa ?" tanya Nizam. " Aku merasa sedikit perih.." Kata Alena.     

"Waah? benarkah ? Mari sini Aku lihat" Kata Nizam penuh semangat. Ia langsung bangkit dan meraih kaki Alena. Alena langsung mengatupkan kakinya yang dibuka oleh Nizam. "Aku tidak mau kau lihat seperti itu!" Kata Alena dengan sengit.     

"Tapi kenapa? Kau kan tadi mengatakan sedikit perih. Jadi Aku cuma mau memeriksa. Takut ada luka atau robekan jadi nanti bisa diobati" Kata Nizam sambil kembali meraih kaki Alena dan membukanya lagi.     

Alena malah bangun dan menarik kakinya " Tidak!! Kau bukan mau memeriksa, tapi pasti kau mau macam - macam lagi. Cukup untuk malam ini. Nanti lagi " Kata Alena sambil mau turun dari tempat tidur. Tetapi Nizam malah menarik tangan Alena lalu membaringkan lagi ke tempat tidur.     

"Sekali lagi..please!!! " Kata Nizam sambil hendak menaiki tubuh Alena lagi. Alena meronta sambil mendorong tubuh Nizam. " Tidak !! Tidak!! coba lihat dadaku sudah bengkak ini. Axel dan Alexa pasti ingin nenen " Kata Alena.     

"Mereka tahu ayahnya juga sedang kehausan, tidak apa - apa. Mereka akan mengerti " Kata Nizam sambil kembali mendorong dada Alena agar kembali berbaring di bawah tubuhnya. Kaki Nizam bergerak membuka kaki Alena. Alena dengan cemberut merangkulkan lehernya di leher Nizam. Tapi kemudian Alena yang cemberut malah lebih bersemangat dibandingkan Nizam. Nizam menepuk pinggul Alena yang tidak mau diam. " Katanya kau tidak mau, tetapi malah lebih parah goyangannya daripada tadi." kata Nizam sambil tersenyum.     

"Kalau kau sudah berada di atas tubuhku, sungguh mubadzir kalau disia - siakan" Kata Alena sambil tertawa kecil. Nizam menjentik hidung Alena. " Kau memang nakal!!" Kata Nizam sambil membenamkan tubuhnya dalam - dalam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.