CINTA SEORANG PANGERAN

Hadiah dari Pangeran Thalal untuk Si kembar ( 6 )



Hadiah dari Pangeran Thalal untuk Si kembar ( 6 )

1Kemudian perbincangan dilanjutkan dengan perbincangan yang ringan - ringan sampai kemudian dua orang pelayan membawa si kembar. Suasana langsung menjadi ribut karena masing - masing ingin menggendongnya. Axel di pangku oleh Cynthia. Matanya yang bulat menatap wajah Cynthia dan lalu tersenyum. Cynthia jadi gemas. Di sentuhnya pipi gembil Axel dengan telunjuknya.     
0

"Aku ingin anak laki - laki sebagai teman bermain Axel" Kata Cynthia sambil menoleh ke arah suaminya yang sama - sama memperhatikan Axel yang menggemaskan.     

"Laki - laki atau perempuan, Aku tidak keberatan. Karena Aku akan mencintai keduanya " Kata Pangeran Thalal.     

"Kau benar suamiku, hanya saja Aku ingin ada seseorang yang akan membelaku kalau kau nanti macam - macam di istana " Kata Cynthia sambil tersenyum mencium pipi Axel yang wangi.     

"Kau jangan takut, Anakku walaupun wanita Ia akan ku ajari ilmu beladiri sehingga Ia akan bisa menghajarku jika Aku kelak macam - macam di Istana " Kata Pangeran Thalal sambil tersenyum lucu.     

Cynthia tertawa lebar, " Tidak !! Aku hanya bercanda saja. Aku percaya kau tidak akan melakukan hal - hal yang aneh di Istana. Oh..suamiku rasanya Aku tidak sabar ingin segera memeluk anak kita " Mata Chintya menatap suaminya dengan berkaca - kaca. Pangeran Thalal mengusap kepala istrinya.     

" Bersabarlah, semua akan ada waktunya " Kata Pangeran Thalal dengan lembut.     

Sementara itu Alexa yang digendong Nizam malah tampak gelisah dan mulai merengek dan menangis. Padahal Ia biasanya paling anteng. Nizam membujuknya dengan lemah lembut.     

"Alexa sayang..ini Buya.. jangan menangis ya..Nak " Kata Nizam membujuk. Semua mata memandang dengan aneh. BUYA ?? panggilan apakah itu.     

Bahkan Alena baru mendengar kalau Nizam menyebutkan dirinya sebagai Buya. Kalau Abi, Abba atau Abu dia sudah tahu bahwa itu artinya Ayah. Tetapi kalau Buya Ia jarang mendengar kecuali Buya yang melekat pada nama Hamka yaitu Buya Hamka. Seorang sastrawan dari Sumatra Barat yang menulis cerita " Tenggelamnya kapal Van Der Wijck "     

"Mengapa Kau memanggilkan dirimu sebagai Buya kepada anak kita. Di negaraku Buya tidak biasa digunakan untuk panggilan Ayah, di negaraku lebih lazim memanggil Abi daripada Buya. Buya biasanya digunakan untuk panggilan orang yang berilmu dalam bidang agama Islam" Kata Alena terheran - heran.     

Nizam tersenyum sambil menciumi anaknya yang terus menangis merengek - rengek. " Karena Aku ingin menjadi ayah kesayangan untuk anak - anakku. Buya artinya adalah ayah sayang dan Abi artinya adalah Ayahku. Aku lebih memilih anakku memanggilku ayah sayang daripada ayahku karena Aku ingin mereka menyayangiku sebagaimana Aku menyayangi mereka. Ketika seseorang yang bukan ayah kita secara biologis dipanggil Buya seperti Hamka, tokoh di negaramu itu, maka itu artinya orang - orang disekelilingnya menyayangi dia" Kata Nizam sambil terus membujuk Alexa yang tetap tidak mau berhenti menangis.     

Mata Alena membesar bahagia betapa Nizam sangat romantis bukan hanya kepadanya tetapi kepada anak - anaknya juga. " Lalu Aku nanti dipanggil apa oleh mereka ? " Tanya Alena.     

"Kau dipanggil Muya yang artinya Ibu sayang " Jawab Nizam sambil menjawil pipi istrinya dengan gemas. Alena protes " Mengapa Kau mencolek pipiku ? "     

"Karena Kau dan Alexa sama - sama menggemaskan." Kata Nizam. Alena cemberut tapi cemberut senang.     

Orang - orang yang melihat tingkah keduanya langsung pada baper. Lila mencekal tangan Edward. " Edward.. ini sangat indah "     

"Iya sayang, semoga kita dapat seperti mereka hingga akhir hayat kita " Kata Edward sambil merangkul istrinya.     

Diam - diam Jonathan juga beringsut mendekati Arani, tapi sebelum tangannya hendak menggenggam tangan Arani, Arani melotot kejam. " Ssst..jangan macam - macam " Katanya membuat Jonathan cemberut. " Tapi kenapa ?" Jonathan protes.     

"Aku malu " Kata Arani sambil sedikit menjauh membuat Jonathan jadi gemas. ' Awas kau ya..kalau Aku sudah sembuh Aku akan menaklukkan kekakuanmu itu " kata Jonathan dalam hatinya sambil memandang ke bawah tubuhnya. Lalu berbisik lagi dalam hatinya, ' Sabar..sabar...sabar seperti lautan yang tak bertepi'     

Kemudian di dengarnya Alena bertanya kepada Nizam sambil mengambil Alexa, " Mengapa Alexa terus menangis, apa Ia lapar ?" Tanya Alena pada pengasuhnya.     

" Yang Mulia putri Alexa baru di beri susu" Jawab pengasuhnya.     

" Apa kau kepanasan atau popoknya basah " Kata Alena sambil mengecek kondisi popoknya tetapi kering. Kenapa Alexa terus menangis sedangkan Axel tampak anteng dalam pelukan Cynthia. Sehingga kemudian Lila mendatangi Alena dan merentangkan tangannya. " Mari sini Aku gendong, Yang Mulia. Mungkin Putri Alexa ingin dekat dengan anakku "     

Alena mengangguk dan segera memberikan Alexa kepada Lila dan ajaibnya begitu Lila memegang Alexa dan menggendongnya maka tangisan Alexa berhenti bahkan matanya bersinar menatap Lila. Senyumnya mengembang dengan indah. Lila sampai meneteskan air mata. " Ya Tuhan.. alangkah cantiknya dirimu Nak. Putri Alena dan Yang Mulia Nizam bolehkah Putri Alexa memanggilku Mommy ? " Lila bertanya penuh harap.     

Nizam dan Alena yang takjub memandang Alexa yang tampak anteng bahkan terlihat sangat senang berada dipangkuan Lila kompak menganggukan kepalanya.     

"Tentu saja Lila, mereka boleh memanggilmu Mommy. Benarkan Nizam ?" Tanya Alena sambil menatap suaminya. Nizam langsung mengangguk dan berkata " Tentu saja, Alexa akan memiliki dua ibu " Kata Nizam.     

"Apakah hanya dua ibu ? Bagaimana dengan dua ayah ? Apakah Aku tidak dianggap ? Aku juga menyayangi putri Alexa yang cahayanya bagaikan bintang timur yang sinarnya mampu mengalahkan matahari. yang kulitnya begitu lembut selembut sutra. Yang tangisannya mampu mengguncangkan seluruh isi bumi dan lautan. Yang tawanya sanggup menggetarkan langit dan kecantikannya akan mampu membuat seluruh bunga layu karena malu " Edward merajuk sambil cemberut. Ia tidak suka Nizam hanya menyebut dua ibu.     

Nizam mengusap hidungnya dengan telunjuknya sambil menggelengkan kepalanya. Terkadang sikap menjengkelkan Edward selalu muncul karena hal - hal sepele.     

"Kalau Lila menjadi ibu kedua untuk anakku maka secara otomatis kau akan jadi ayahnya juga. Bukankah kau suaminya Lila. Duuh... Edward please grow up " Kata Nizam sambil menggelengkan kepalanya. Edward jadi cengengesan membenarkan perkataan Nizam.     

"Kelambatanku untuk grow up berbanding lurus dengan kemampuanmu untuk bersabar dan menahan amarah. Dan karena masalah sepele kau langsung naik darah. Nizam..please be patient" Kata Edward tidak mau kalah.     

" Kurang ajar !! Beraninya kau berkata seperti itu. Tapi ok baiklah, Kau boleh mengatakan apa saja tapi ingat kalaupun kau menjadi ayah kedua bagi Alexa tetapi Aku tetap menjadi yang pertama " Kata Nizam.     

" Lihat saja nanti, Alexa akan lebih mencintai ayahnya yang puitis dan pandai menyanyi daripada ayahnya yang pemarah" Kata Edward tidak mau kalah.     

Alena dan Lila menjadi pusing. Mereka lalu pergi menyingkir sambil tangan Alena mendorong dada Nizam dan tangan Lila mendorong dada Edward.     

"Kalian berdua tidak pernah berubah. Persis seperti Anjing dan Kucing kalau bertemu" Kata Alena dengan sebal.     

Cynthia ikut menggelengkan kepalanya. Ternyata kebersamaan mereka tidak akan merubah tingkah Nizam dan Edward ketika mereka saling bertemu. Selalu ada percikan api yang memicu kekonyolan mereka. Ketika mereka berhenti memperebutkan Alena kini mereka memperebutkan Alexa. Nizam dan Edward kalau bertemu menjadi seperti anak kecil yang sedang berebut kelereng. Dibalik kecerdasan seorang laki - laki selalu ada sisi manusia biasanya kerena memang mereka manusia biasa. Mereka bukanlah malaikat yang serba sempurna dan tidak pernah melakukan suatu kesalahan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.