CINTA SEORANG PANGERAN

Hadiah dari Pangeran Thalal untuk si Kembar ( 8 )



Hadiah dari Pangeran Thalal untuk si Kembar ( 8 )

0Mereka terus berciuman dengan mesra membuat kesal semua orang. Dan yang paling geram jelas saja Edward. Walaupun Dia sudah tidak mencintai Alena tapi Ia masih belum menerima kalau Nizam secara demonstratif menunjukkan kemesraan di depannya.     
0

"Sosor saja terus Yang Mulia, anggap saja kami ini remahan roti yang tidak berhati. Umpamakan saja Kami sebongkah batu yang tak berotak, pasir di lautan yang tidak berperasaan atau butiran debu yang tertiup angin" Kata Edward sambil morang - maring. Mendengar suara Edward yang sudah mulai nyinyir lagi. Alena menarik mukanya dan dengan sangat tidak ikhlas Nizam melepaskan ciuman Alena. Kalau tidak ada bayi ditangannya Ia pasti sudah menahan Alena dengan pelukannya.     

"Maafkan Kami Edward, Kau jangan marah. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih kepada suamiku." Kata Alena dengan wajah memerah.     

"Kenapa harus berciuman mendalam seperti itu. Apa tidak bisa hanya dengan ucapan terima kasih" Kata Edward sambil cemberut.     

"Apakah Kau cemburu?" Jonathan bertanya sambil menatap Edward.     

"Apa kau tidak? " Edward malah balik bertanya dengan sewot membuat Jonathan terdiam karena memang sebenarnya apa yang dikatakan Edward tidak salah. Masih ada perasaan tidak nyaman disaat melihat Alena dan Nizam bermesraan.      

"Tuan - tuan mohon sadar diri. Tahan emosi, Alena tidak sengaja mencium Nizam. Dan mereka memang seperti itu. Mulailah untuk membiasakan diri melihat kekonyolan mereka. Aku sendiri kadang tidak tahan " Kata Cynthia menetralkan suasana sambil mengucapkan kata - kata yang menyejukkan hati Lila dan Arani. Dengan mengatakan bahwa Cynthia juga tidak tahan maka tidak ada yang salah dengan perkataan para suami mereka. Sungguh Cynthia berkata seperti itu agar Lila dan Arani tidak kehilangan muka.     

Lalu Cynthia melangkah pergi sambil menggamit tangan suaminya. Pangeran Thalal lalu mendekatkan mukanya ke telinga istrinya dan berkata,     

"Aku benar-benar pusing dengan kelakuan mereka. Mereka itu sebenarnya berteman apa bermusuhan? " Pangeran Thalal berbisik ditelinga istrinya.     

"Entahlah Aku juga bingung. Biarkan saja jangan dihiraukan. Ayo kita berjalan lagi. Ngomong - ngomong Yang Mulia, sebenarnya hadiah apa yang hendak kau berikan pada keponakan mu itu. mengapa Aku tidak tahu? "Kata Chyntia keheranan.     

"Aku takut Kau histeris..." Kata Pangeran Thalal sambil tersenyum.     

"Memangnya Kau mau memberikan apa ? Sampai Aku bisa histeris. Apakah hadiahnya sebuah robot yang besar?" Kata Cynthia menebak - nebak. Sebagai orang kaya membuat robot sebesar orang biasa pasti bukan hal yang mustahil. Pangeran Thalal menggelengkan kepalanya.     

"Sebuah ayunan dari emas? Serodotan yang dihiasi berlian? Sebuah kolam berisi piranha dan buaya? Atau mobil-mobilan dari emas? pohon berdaun emas dan berbunga permata ?" Cynthia dengan serampangan menyebutkan benda - benda yang mungkin bisa jadi hadiah bagi orang - orang kaya. Pangeran Thalal tertawa terbahak - bahak mendengar benda - benda yang disebutkan Cynthia.     

"Mengapa Yang Mulia malah tertawa ? Sungguh membuat hatiku kesal"     

"Semakin penasaran Kau malah semakin terlihat sangat cantik " Kata Pangeran Thalal mengerling mesra.     

"Awas yah.. jangan seperti Kakakmu dan Alena, ga tau tempat kalau sudah ga tahan " Kata Cynthia sambil melotot.     

" Tidak, Aku masih bisa mengendalikan diriku " Kata Pangeran Thalal sambil merah padam.     

"Kalian para pangeran kerajaan Azura memiliki tipe yang sama.." Kata Cynthia sambil mencibir.     

"Iya..sayangnya kau tidak seperti Kakak Putri " Kata Pangeran Thalal tersenyum misterius.     

"Huh!! Memang benar, Aku tidaklah seperti Alena, Alena sangat genit dan Dia sebenarnya berotak sama dengan Nizam dalam urusan bercinta. Sama - sama berotak mesum. Sangat menyebalkan " kata Cynthia sambil manyun. Lagi - lagi Pengeran Thalal tertawa mendengar kata - kata istrinya yang lucu.     

"Aku berani taruhan, sebelum mereka menikah pasti Kakak Putri Alena sering menggoda Kakak Nizam " Kata Pangeran Thalal sambil menebak - nebak.     

"Yah... seperti itulah.. Apa Yang Mulia pikir kakakmu bisa jatuh dengan mudah ke tangan seorang perempuan kalau perempuan itu tidak menarik hatinya terlebih dahulu. He..he..he.. Sekeras - kerasnya kakakmu ketika Alena datang dengan mata besarnya maka Ia langsung luluh seperti es yang mencair dipadang pasir. Lumer dan terperangkap dalam cintanya Alena. "     

Pemandangan kiri dan kanan sungguh memanjakan mata. Cericit burung - burung yang sengaja di datangkan dari berbagai negara tampak di kandang - kandang yang disesuaikan dengan habitatnya. Lalu akhirnya mereka sampai di sebuah Ruangan seperti teras di samping rumah. Sebuah beranda dengan kursi - kursi tempat bersantai dengan Aquarium di sekeliling mereka bahkan lantai nya juga transfaran sehingga kolam ikan yang dibawahnya terlihat sangat indah. Mereka saling berpandangan dengan takjub. Ada kolam ikan dibawah lantai.     

"Nizam apa kolam ini bersambung dengan kolam yang ada di dinding kamar kita ? " Kata Alena pada Nizam.     

" Ya.... dan kandang burung itu juga yang terlihat di kamar kita " Kata Nizam sambil menunjukkan kandang burung yang sangat besar berisi banyak burung yang berwarna - warni.     

"Tapi mengapa kamar kitanya tidak terlihat ?" Tanya Alena terlihat keheranan,     

"Tentu saja tidak akan terlihat karena kamar kita letaknya tersembunyi. Apa kau ingin kalau kita bercinta jadi tontonan orang ? " Kata Nizam sambil tertawa lucu.     

" Coba kau lihat kandang burung itu sangat besar dan panjang. Di ujungnya ada lorong ke dinding kamar kita sehingga kalau dari kebun ini kamar kita tidak akan terlihat. Demikian juga dengan kolam ikannya dibuat sedemikian rupa agar menjadi dinding di kamar kita sekaligus lantai di ruangan ini. Tempat ini kelak akan menjadi tempat bermain anak - anak kita saat kita berlibur ke Amerika "     

"Aku harap demikian, Tetapi mengapa Aku merasa sangat sedih setiap melihat rumah ini. Mengapa Aku selalu merasa suatu hari nanti aku akan kesepian berada di rumah ini " kata Alena dengan wajah yang sendu.     

"Jangan berkata yang tidak - tidak Sayang, berdoalah agar kita selalu dilindungi oleh Alloh SWT." Kata Nizam sambil mengusap kepala Alena dengan perasaan sedih. Sebenarnya ketika Alena berkata demikian hati Nizam begitu tertekan dan terluka.      

Rumah ini sebenarnya memang Ia persiapkan untuk Alena,jika kelak ada apa - apa di kerajaan yang membuat Alena dan dirinya terpisah. Walaupun Nizam sangat tidak menginginkannya. Tetapi sebagai orang yang sangat terencana dan berpandangan jauh ke depan, seoptimis apapun Ia tetap harus realistis. Ibaratnya sedia payung sebelum hujan. Kalau memang payung sudah ditangan mau turun hujan kapanpun Ia sudah bersedia.     

Nizam hanya akan berupaya sekuat tenaga agar hidup Alena dan anak - anaknya aman dimanapun mereka berada. Dan Nizam akan memperjuangkan istrinya sampai kapanpun Karena bagi Nizam kebahagiaannya yang utama adalah berada disamping Alena dan bukannya berada di Istana dengan segala kebusukan yang ada didalamnya. Menggenggam tangan Alena agar selalu berada di sisinya akan lebih sangat berharga daripada mahkota semewah dan semahal apapun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.