CINTA SEORANG PANGERAN

Alena yang Mengganggu



Alena yang Mengganggu

0Alena sedang menyusui Axel sambil menyanyikan lagu dari Garuda Pancasila. Axel sesekali menatap Ibunya dengan pandangan heran dan tidak suka. Tetapi perutnya yang lapar membuat Axel menulikan  telinganya. Ia seakan tidak perduli dengan suara Ibunya yang membuat semua cicak terjatuh dari dinding dan nyamuk - nyamuk terbang melarikan diri. Untungnya Alena bernyanyi di Amerika sehingga binatang - binatang itu jarang ditemukan.     
0

Nizam yang sedang membaca laporan keuangan cabang Hotel Gardenia di Seoul Korea menjadi mengerutkan keningnya. Selain suara Alena yang tidak enak di dengar Ia juga mendengar syair lagu nya yang aneh.     

"Astaghfirullah, Alena lagu apa yang Kau nyanyikan itu? Mengapa nada dan syairnya aneh?" Kata Nizam sambil melihat ke arah email yang masuk setelah mendengar nada bunyi yang menandakan ada email masuk ke inbox- nya.     

"Ini lagu Garuda Pancasila,  sebenarnya nadanya bagus tetapi mungkin karena Aku menyanyikannya sedikit aneh maka jadi seperti itu. Aslinya bagus sekali. " Kata Alena dengan sedih. Matanya muram dengan wajah sendu membuat Nizam jadi merasa berdosa.     

Tapi karena Ia harus membaca laporannya sampai selesai maka Nizam tidak membujuk Alena secara khusus. Ia hanya berbicara di depan laptopnya. " Honey..suara kamu sebenarnya sangat bagus cuma tidak banyak orang yang tahu, termasuk Aku sendiri " Kata Nizam dengan nada prihatin. Alena tersenyum, " Benarkah apa yang kau ucapkan ?" Kata Alena.     

"Tentu saja benar, ngomong - ngomong lagu apa yang kau nyanyikan ? Aku tidak mengerti bahasanya "     

" Nizam, kapan kau bisa bicara bahasa Indonesia ? Mengapa kalau Edward bisa bicara bahasa Indonesia sedangkan Kau tidak ?" Alena menatap Nizam sambil kemudian memberikan Axel yang sudah kekenyangan ke tangan pengasuhnya untuk ditidurkan. Lalu Ia mengambil Alexa dan kembali menyusui.     

Nizam terdiam mendengar Alena memprotes, Ia lupa kalau lagu yang dinyanyikan Alena adalah salah satu lagu dari Indonesia. Mungkin saking seriusnya Ia membaca laporan itu maka Nizam sampai tidak mengetahui syairnya dari Bahasa Indonesia.     

"Maafkan Aku Alena, Aku bukanlah Edward, mahasiswa Sastra dan Bahasa yang bisa cepat menguasai berbagai bahasa. Aku belum sempat saja untuk belajar bahasamu." Nizam berkata dengan penuh penyesalan. Alena tersenyum, " Aku yang harus minta maaf sudah mengatakan hal yang seharusnya tidak ku katakan. Sungguh tidak adil membandingkanmu dengan Edward. Kau tidak usah belajar bahasaku sekarang. Waktu masih panjang, Kau bisa belajar nanti setelah Kau tidak terlalu sibuk. " Kata Alena sambil berdiri menghampiri Nizam dan mengusap bahunya dengan tangan  kiri sedangkan tangan kanannya masih menggendong Alexa yang sedang menyusu. Tangan Nizam memegang tangan Alena yang sedang mengusap bahunya.      

Mukanya tengadah ke wajah Alena sambil tersenyum " Terima kasih sayang, Aku janji akan belajar bahasamu secepatnya. Atau kau bisa mengajariku sedikit - sedikit seperti bercerita tentang syair lagu yang kelihatannya sangat bernada "     

" Itu ide yang sangat baik, Aku akan mulai mengajarimu Bahasa Indonesia sekarang. Misalkan lagu yang tadi Garuda Pancasila itu adalah lagu yang bercerita tentang burung garuda sebagai lambang Negara Indonesia. Aku ingin anak - anakku walaupun tinggal di Azura dan Amerika tetapi Ia tidak melupakan asal - usulnya. Ia harus mengakui kalau ibunya berasal dari Indonesia."     

Nizam mengangguk - ngangguk dengan serius dan sangat menyetujui perkataan istrinya tapi kemudian matanya melirik ke arah benda yang sedang dihisap putrinya yang tepat berada disampingnya. Ia dengan sengaja mendekatkan wajahnya ke benda yang menyembul itu. Alexa sama sekali tidak menyadari kalau ayahnya sedang mengincar benda yang dihisapnya dengan semangat.     

"Alexa Sayang.. Buya belum menciummu yah hari ini.. Kata Nizam sambil mencium pipi Alexa. mengecup pipinya dengan lama, kemudian menggesekan hidungnya yang mancung ke pipi Alexa lalu semakin ke bawah semakin turun hingga hinggap di benda yang berwarna putih coklat, harum dan lembut. " Alexa sayang..." Kata Nizam dengan suara halus.     

Tiba - tiba telunjuk Alena sudah mampir di kening Nizam dan mendorongnya ke belakang. " Honey..itu bukan pipi anakmu" Kata Alena sambil cemberut.     

"Oh..bukan yah ? kenapa lembutnya sama. Kepalaku pusing dari pagi membaca laporan tentang keuangan Hotel Gerdenia di Seoul jadi maaf kalau Aku tidak bisa membedakan mana pipi Alexa dan tubuhmu " kata Nizam sambil tersenyum. Bibirnya yang mengerut indah. Alena melihat bibir itu dengan penuh minat. Yang tadinya mau marah jadi tidak jadi.     

"Tidak apa - apa. Aku juga tidak keberatan." Kata Alena tidak kalah genitnya.      

"Sayangnya Aku harus menyelesaikan meresume laporan ini karena sore ini Thalal dan Cynthia harus pergi sambil membawa resume laporannya." kata Nizam sambil menarik wajahnya dari dada Alena dan berusaha memadamkan api yang mulai berkobar membuatnya berkeringat.     

"Memangnya jadi mereka berangkat malam ini?" Tanya Alena sambil kemudian memberikan Alexa yang sudah kekenyangan kepada Pengasuhnya. Lalu Alena memberikan isyarat melalui tangannya agar para pengasuh menidurkan bayi - bayinya di kamar mereka. Para Pengasuh dan pelayan lalu membungkukkan badanya memberikan hormat sebelum mereka lalu mengundurkan diri keluar dari kamar.     

" Tentu saja. Hari minggunya di Pulau Jeju, Kim Leon temanku akan melangsungkan pernikahannya dengan gadis dari negara mu juga. Aku diundangnya tetapi karena kau baru melahirkan maka Aku menyuruh Thalal dan Cynthia untuk mewakilinya. Sekalian untuk menginspeksi perkembangan hotel itu. Makanya resume ini harus selesai sebelum jadwal keberangkatan Thalal dan Cynthia"     

"Sayangnya Aku tidak mengenal mereka " Kata Alena sambil kemudian duduk di pangkuan Nizam, tangannya merangkul leher Nizam sambil tersenyum lalu mencium pipi Nizam.      

"Aku juga tidak mengenal calon istrinya. Aku hanya mengenal Kim Leon ketika sedang menghadiri suatu pelelangan tentang salah satu asset bersejarah di Hongkong. Waktu itu ada pelelangan tentang sebuah guci emas peninggalan bersejarah dari Dinasti Ming. Aku dan dia sangat menginginkan guci itu dan saling menawar dengan harga tertinggi.." Ketika Nizam mau berkata lagi tiba - tiba Alena membungkam mulut Nizam dengan tangannya. " Biar Aku tebak, Pasti Kau yang memenangkannya karena Kau sangat kaya raya " Kata Alena.     

Nizam menggelengkan kepalanya sambil tertawa, " Itu salah Sayang, karena begitu penawaran akan berakhir tiba - tiba terjadi perampokan dan dalam sekejap guci itu hilang tak berbekas"     

"Kho bisa? Mengapa bisa terjadi perampokan? Apakah tidak ada penjaganya? " Kata Alena dengan keheranan tangannya mengelus - elus dada Nizam dengan lembut.     

" Itulah.. penjaganya banyak tetapi penjaganya itu yang malah terlibat perampokan. Mereka sangat cepat dan rapih dalam bergerak. Kemungkinan mereka dikendalikan oleh sekelompok kejahatan internasional yang sudah sangat terlatih dan terbiasa. Walaupun tidak mendapatkan gucinya tapi kami mendapatkan pertemanan. Alena !! kau jangan merangsangku. Aku benar - benar harus menyelesaikan semua ini. Ini tinggal beberapa lembar lagi ' kata Nizam sambil berusaha menarik tangan Alena dari dadanya. Bulu kuduknya sudah merinding.     

" Aah..Nizam masa sih laporan ini lebih penting dari istrimu. Aku lagi naik nih. Kau sih yang mulai sekarang kau harus bertanggung jawab" Kata Alena sambil mulai membuka kancing kemeja Nizam satu persatu. Nizam menggelengkan kepalanya, Ia segera memutar tubuh Alena yang sedang duduk dipangkuannya. Alena yang asalnya duduk menyamping kini   duduknya jadi berhadapan. Alena tersenyum dengan genit. Dan tangan Nizam mulai bergerilya Alena mencekal rambut coklat suaminya lalu membalas perlakuannya. Tidak lama kemudian tangan lentik Alena sudah menjamah kemana - mana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.