CINTA SEORANG PANGERAN

Alena, Selamatkan Pernikahanku ( 4 )



Alena, Selamatkan Pernikahanku ( 4 )

0Ketika Nizam memasuki ruangan, Lila hendak memberikan hormatnya tetapi Nizam mengangkat tangannya dan berkata, " Tetaplah duduk, tidak usah memberikan hormat"     
0

Lila jadinya hanya menganggukan kepalanya sambil mengucapkan terima kasih lalu Ia memberikan ucapan salam. Nizam mengangguk membalas salam Lila. Seorang pengawal langsung menyediakan kursi untuk Nizam lalu Nizam duduk di dekat Lila.     

"Apakah Yang Mulia sudah mendengar cerita hamba dari Putri Alena?" Tanya Lila. Nizam menganggukan kepalanya.     

"Mohon ampuni hamba Yang Mulia. Hamba sungguh tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada diri hamba" Kata Lila sambil tertunduk dengan muka kemerahan karena malu.     

"Di dunia banyak kejadian yang tidak akan bisa terjangkau oleh pemikiran kita sebagai manusia. Semua kesenangan dan kesedihan sebenarnya hanyalah fatamorgana. Cinta atau nafsu terkadang bedanya tipis. Cinta atau benci juga ternyata perbedaannya hanya tergantung dari sudut pandang kita. Mengapa Kau menjadi memiliki perbedaan perasaan terhadap orang yang sama? Itu pasti karena sudut pandangmu terhadapnya sudah berubah." Kata Nizam langsung menghujam perasaan Lila.     

Lila bukanlah orang bodoh yang otaknya hanya berisi seputar permasalahan cinta. Kata-kata Nizam mengandung ilmu filsafat yang tinggi. Perasaan cinta itu ternyata memang tidak boleh hanya disimpan dihati tetapi harus disimpan di kepala juga.     

"Kalau cintamu hanya sebatas perasaan terhadap suamimu maka bersiaplah kau akan menderita di sepanjang hidupmu. Karena yang namanya perasaan manusia sangat mudah berubah. Kalau sekarang Kau merasa senang tidak menutup kemungkian satu jam kemudian kau tiba-tiba merasakan perasaan sedih"     

Lila terdiam mendengarkan perkataan Nizam dengan penuh seksama.     

"Mengapa kau harus gantungkan kehidupanmu dalam sebuah sandaran yang sangat mudah berubah dan bersifat nisbi. Hiduplah dengan menggunakan logika dan nalarmu agar kau selalu bisa mengendalikan hidupmu sendiri dan bukan dikendalikan oleh situasi dilingkunganmu.     

Kau dulu begitu sangat mencintai Edward sehingga kau bersedia menikah dengannya tanpa memperdulikan kondisi Edward waktu itu. Kau menikahinya saat dia sedang rapuh dan terluka. Dia tergila-gila dengan istriku hingga membuat nyawanya hampir melayang.     

Ketika kau bersedia menikah dengannya, Akuilah bahwa kau sama sekali tidak menggunakan logikamu tetapi lebih menganggap kepada perasaanmu terhadap Edward. Kau kasihan kepadanya, kau menyayanginya dan kau kemudian mencintainya. Tetapi kemudian ternyata cinta itu menjadi menyakitkan ketika kemudian kau menyadari bahwa Edward sulit berpaling dari Alena."     

Lila mulai menangis lagi. Apa yang dikatakan oleh Nizam semuanya benar.     

"Rasa cintamu kemudian berubah menjadi benci. Lalu jika sekarang kau menggunakan perasaan benci itu untuk meninggalkan Edward. Tahukah kau apa yang akan terjadi kemudian? Kau tidak hanya akan menyakiti dirimu sendiri tetapi kau akan menyakiti Edward yang sekarang sudah mulai mencintaimu. Dan kau juga akan menyakiti anakmu. Bagaimana bisa kau akan memisahkan anak dari ayahnya bahkan sebelum Ia dilahirkan ke dunia ini, Tegakah Kau?"     

Lila menangis tambah keras. "Cukup Yang Mulia. Hamba sudah mengerti. Tetapi Yang Mulia hati ini rasanya sangat sakit.."     

"Itu karena kau menutup hatimu sendiri, bukakanlah hatimu. Luaskan hatimu agar seluas permukaan air di telaga yang jernih dan bukannya seluas permukaan air dalam cangkir, sehingga ketika benci itu ibarat sesendok garam maka garam itu tidak akan berasa asin jika dimasukan ke dalam air dalam telaga. Tetapi garam itu jelas akan berasa jika dimasukan ke dalam air dalam cangkir" Nizam menghela nafasnya. Ia merasakan kegalauan hati Lila.     

"Edward sudah mendapatkan ganjaran atas apa yang telah diperbuatnya kepadamu. Ketakutan akan kehilanganmu telah menyiksa perasaanya. Setiap saat dia direjam ketakutan karena kau sekarang terlihat begitu membencinya. Tolonglah Lila..Kau yang menghulurkan tangan pertama kali kepadanya sekarang jika kau menarik kembali uluran tangannya maka bisa jadi kau lebih kejam dari Alena yang tidak pernah membalas cintanya." Perkataan Nizam membuat Mata Lila terbelalak karena mendengar Nizam menyalahkannya.     

"Dari awal dia sudah mengatakan kepadamu bahwa dia mencintai Alena dan tidak mencintaimu"     

Nizam berkata dengan tegas.     

"Ta..tapi darimana Yang Mulia mengetahuinya?" Kata Lila tergagap.     

"Karena Aku tahu bahwa Edward bukanlah lelaki tipe pembohong. Dia terlalu jujur bahkan saking jujurnya Ia seperti orang bodoh."     

"Bagaimana bisa Yang Mulia menarik kesimpulan seperti itu?" Tanya Lila     

"Karena hanya orang bodoh yang mengakui mencintai wanita di depan suami wanita itu sendiri dengan resiko nyawa taruhannya. Jadi jika Ia begitu jujur kepadaku yang begitu menakutkan bagaimana mungkin Ia takut untuk berkata jujur kepadamu. Sekarang jawablah pertanyaanku dengan jujur" Nizam memberikan penekanan kepada Lila.     

"Apapun itu Yang Mulia" Kata Lila dengan patuh.     

"Apakah waktu pertama kali bertemu Edward menyatakan cintanya kepadamu?"     

"Tidak Yang Mulia"     

"Apakah dia mengatakan bahwa Ia mencintai Alena, istriku"     

"Benar.." Suara Lila tampak lemah, Ia tidak berkutik menghadapi Nizam.     

"Berarti kau sekarang tau bahwa dia tidak pernah berbohong?"     

Dengan lemah Lila menganggukan kepalanya, "Benar Yang Mulia"     

"Apakah kau sekarang menyadarinya kalau Ia benar-benar seorang pria yang jujur."     

"Hamba tidak berani menyangkalnya " Kata Lila.     

"Jadi, jika Sekarang kalau dia mengatakan bahwa dia mencintaimu dan telah melupakan Alena, Apakah Kau percaya kepadanya?" Nizam bertanya dan membuat Lila tidak dapat mengatakan tidak.     

"Hamba percaya..Yang Mulia.." Mata Lila berkaca-kaca. Rasa cintanya kembali meluap menyapu semua perasaan benci yang tadi memenuhi hatinya.     

Nizam berdiri lalu berkata, " Edward, masuklah..istrimu sudah menyadari cintamu" Suara Nizam begitu berwibawa membuat Edward langsung menghambur ke dalam. Ia berlari dan memeluk Lila dengan erat. Mereka berdua bertangis-tangisan saling meminta maaf.     

Perawat dan Asisten Lila tercengang melihat pemandangan yang begitu mengharu biru. Mereka baru tersadar ketika Nizam menyuruhnya keluar, "Tinggalkan mereka berdua untuk beberapa saat. Jangan masuk sampai salah satu dari mereka keluar"     

Tanpa disuruh dua kali mereka segera pergi keluar meninggalkan pasangan yang sedang saling menangis itu.     

Alena ternganga takjub, Ia menjadi sangat kagum kepada suaminya. Bahkan ketika Ia diseret oleh Nizam untuk meninggalkan kamar Lila. Alena masih ternganga. "Tutup mulutmu!! Kata Nizam dengan sebal.     

"kau begitu luar biasa Suamiku" Kata Alena setelah menutup mulutnya.     

"Ya.. Aku memang luar biasa. Karena Aku sudah melakukan hal yang luar biasa maka Aku minta upah" Kata Nizam sambil melirik ke arah dada istrinya sambil menelan ludahnya.     

"Aku akan berikan apapun maumu. Karena Aku sedang sangat berbahagia sekarang, Aku bahagia karena Kau begitu jenius" Wajah Alena begitu sumringah. Ia benar-benar sangat bahagia karena Edward dan Lila kembali bersatu.     

"Baiklah, Aku minta sesuatu yang setimpal dengan kejeniusanku" Nizam tersenyum licik     

"Sebutkanlah!!" Kata Alena dengan penuh percaya diri tetapi kemudian ketika Nizam berbisik, Alena berteriak kaget. "Aku tidak mau..Kan sudah kubilang..Aku masih.." Nizam lalu berbisik lagi, Muka Alena jadi merah padam. Belum apa-apa mulutnya sudah terasa pegal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.