CINTA SEORANG PANGERAN

Menikahlah Jonathan dan Arani ( 11 )



Menikahlah Jonathan dan Arani ( 11 )

0Para wartawan yang memenuhi ruangan Aula segera memainkan kamera mereka masing-masing. Semua ingin mengabadikan pasangan yang paling populer dari Kerajaan Azura. Sayangnya si kembar tidak ada karena mereka langsung di bawa ke dalam ruangan yang tidak jauh dari Aula dan di kawal dengan begitu ketat serta di awasi oleh Cynthia dengan Arani. Cynthia sendiri setelah memastikan keamanannya kembali ke Aula depan untuk mengikuti konferensi pers yang sedang berlangsung.     
0

Pangeran Thalal setelah mengurus tentang penginapan untuk para tetua, Ia segera duduk di samping Nizam agar bisa memberikan kekuatan kepada kakaknya. Para wartawan tampak begitu antusias dengan Konferensi pers ini. Mereka sekedar ingin tahu apakah gosip itu benar atau tidak.     

Ketika Nizam memulai penjelasan tentang keadaan Istrinya hingga ungkapan kebahagiaan karena Alena sudah Melahirkan. Para wartawan tetap memperhatikan setiap ucapan Nizam dengan seksama hingga kemudian ada wartawan yang mengangkat tangannya untuk bertanya,     

"Maafkan hamba Yang Mulia, hanya saja kalau diijinkan dan tidak mengundang kemurkaan Yang Mulia, hamba ingin menyampaikan suatu pertanyaan" Kata wartawan yang dilihat dari wajahnya dia berasal dari daerah Kerajaan Azura. Dari etika berbicara juga sudah sangat terlihat. Nizam menatap wartawan yang kelihatannya masih lumayan muda. Wajah pemuda itu tampak terlihat sebagai orang yang memiliki banyak pengalaman di bidang jurnalis.     

Dari gayanya Ia terlihat sangat percaya diri dan tidak memiliki rasa takut. tetapi walaupun begitu Ia tetap memiliki rasa hormat dan etika.     

Nizam tersenyum dingin Ia tahu betul bahwa permainan seseorang akan dimulai. Melihat dari gaya si wartawan Nizam tahu dia akan mulai bertanya seputar isu Alena yang di duga berselingkuh.     

"Kau dapat bertanya apapun kepada kami sepanjang pertanyaan itu dapat dipertanggung jawabkan." Kata Nizam pendek sambil minum air mineral yang ada di depannya.     

"Terima kasih Yang Mulia. Semoga pertanyaan ini hanyalah sekedar kabar burung yang diberitakan oleh orang-orang yang iri dan dengki kepada kebahagiaan Yang Mulia Pangeran Putra Mahkota. Hamba harap Yang Mulia juga tidak akan menghukum hamba jika ternyata hamba dianggap lancang."Wartawan itu lalu terdiam. Sebelum kemudian Ia melanjutkan bicaranya.     

"Bermula dari beberapa Minggu yang lalu. Ada berita beredar yang sangat mengejutkan hati kami. Kami sungguh merasa terpukul melihat Yang Mulia Putri Alena diberitakan dengan begitu keji. Bahkan foto-foto yang beredar setelah diteliti oleh ahli informatika menyatakan bahwa foto-foto itu adalah foto yang sebenarnya dan bukan hasil rekayasa aplikasi grafis. Mungkinkah Yang Mulia dapat memberikan penjelasan untuk menenangkan perasaan kami."     

Nizam menghela nafas sedikit, wartawan ini begitu manis kata-katanya tetapi sebenarnya isinya adalah racun yang mematikan. Ia berlindung dari kata-katanya yang sebenarnya hendak menjatuhkan dia dan istrinya. Dan wartawan itu tidak salah karena memang foto-foto yang beredar adalah foto-foto yang sebenarnya.     

Nizam lalu mengambil mic-nya dan mulai berbicara sambil tetap tersenyum, "Aku sebagai Pangeran Putra Mahkota Azura sangat berterima kasih kepada semua media massa yang ada di Azura dan negara Aliansi. Berita yang beredar menunjukkan bahwa Kalian begitu memperhatikan Kami. Bagi seorang calon pemimpin suatu kerajaan besar tidak ada yang lebih berbahagia selain diperhatikan oleh rakyatnya sendiri. Tetapi Aku tidak bisa mentolelir jika berita yang tersebar itu adalah suatu kebohongan belaka"     

Nizam berhenti sambil memandang wajah orang-orang yang begitu haus akan berita yang ingin mereka dengar dari mulut Nizam sendiri. Pangeran penguasa yang begitu agung tetapi sekaligus menakutkan itu sebenarnya membuat para wartawan itu sebenarnya sama sekali tidak ingin berkata apa-apa. Melihat Nizam saja mereka sebenarnya sudah sangat ketakutan apalagi harus bertanya tentang hal-hal yang krusial seperti itu.     

Satu-satunya yang membuat mereka mendapatkan hiburan mata lahir dan batin adalah wajah istrinya Nizam yang bagaikan Dewi kecantikan. Wajah yang berbeda dengan wajah-wajah wanita Azura. Selain itu ada lagi pemandangan yang membuat mereka serasa memanjakan mata mereka sendiri yaitu wajah Cynthia dan Arani. Dua wanita itu tidak kalah menariknya bagi mereka. Yang satu begitu pintar dan yang satunya lagi begitu tegas, berwibawa dan perkasa. Arani adalah Dewi Athena mereka. Asisten pribadi Nizam itu dikenal keras, tegas dan sedikit kejam.     

Jadi sebenarnya kebanyakan dari mereka sudah tidak perduli lagi dengan gosip-gosip yang beredar. Yang penting mereka datang untuk memenuhi tugas mereka untuk menghadiri konferensi pers lalu mereka menyelesaikan tugas itu segera kemudian pergi menjauh dari Pangeran yang dikenal dengan kekejaman hatinya.     

Tetapi ketika para wartawan itu lalu memuji keberanian rekan mereka yang berani bertanya hal tersebut dari Nizam mereka menjadi sangat tidak sabar menunggu jawaban Nizam. Para wartawan itu sangat yakin ada seseorang yang begitu berani menjadi deking wartawan itu. Wartawan yang bertanya itu seperti sedang mempertaruhkan nyawanya sendiri. Dengan bertanya seperti itu seakan-akan dia sedang berjalan dengan sukarela ke dalam mulut harimau untuk dimangsanya.     

Wartawan itu seakan-akan sedang berjalan ke dalam lautan api kemudian ikut melebur terbakar menjadi abu. Karena itulah dapat dipastika kalau wartawan itu pasti memiliki pendukung kuat yang menopang dirinya. Dan Nizam sendiri bukannya tidak tahu tentang hal itu, Ia sedari tadi melirik Perdana Mentri Salman yang sedang mengawasi si wartawan itu dengan seksama. Walaupun raut wajah perdana mentri itu tampak beku tetapi Nizam tahu pasti dia sedang mengawasi si wartawan itu. Pangeran Abbash yang menyulut api tapi yang mengipasinya adalah Perdana Mentri Salman.     

Nizam mengerucutkan bibirnya sedikit ke depan, Ia mau bermain maka Nizam akan melayani. Lalu dengan suara dingin Nizam berkata,     

"Sungguh Aku bersumpah jika sampai dalam waktu sejam ke depan Aku masih melihat berita tentang istriku ada di berita online ataupun offline maka kantor beritanya akan Aku tutup dan pemiliknya Aku tuntut dengan ganti rugi imateril yang tidak akan pernah terbayar sampai tujuh turunan" Kata Nizam yang langsung menimbulkan suara bergemuruh.     

Tapi wartawan itu memang bukan sembarangan wartawan, karena Ia didukung dan dijamin keselamatan oleh Perdana Mentri sehingga Ia menjadi orang yang tidak mudah digertak.     

"Ampuni hamba Yang Mulia, karena kami hanyalah seorang kuli tinta dimana pena kami tidak bermata. Pena kami tidak mengenali jabatan dan status seseorang. Pena kami hanya menulis suatu kebenaran. Foto-foto yang beredar sudah jelas dan terang setelah melalui penyelidikan yang mendalam oleh seorang ahli telematika. Foto itu adalah benar dan nyata bukan hasil rekayasa.     

Nizam sampai bergetar karena marah, mata Nizam melekat pada wartawan itu. Paman Salman terlihat sudah gelap mata dengan menyerang menantunya sendiri. Ia menjadikan wartawan itu sebagai senjata untuk menyingkirkan Alena dan mengembalikan dirinya ke samping Putrinya.     

"Sebuah foto hanyalah saksi bisu, Ia hanya memperlihatkan apa yang tidak terlihat. Kejadian yang sebenarnya bukanlah seperti itu. Walaupun foto itu adalah benar tetapi adakah di antara kalian yang bisa mendatangkan saksi untuk melihat kejadian yang sebenarnya? Kalian memfitnah istriku dengan semena-mena. Dan kalian tahu fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Aku bersumpah akan menggantung orang yang mengedarkan berita itu untuk pertama kalinya"     

Para wartawan dan tetua langsung terdiam. Kata-kata Nizam adalah pukulan telak bagi mereka. Memang benar walaupun foto itu nyata tetapi siapa yang dapat menyangkal kalau sebuah foto hanyalah saksi bisu.     

Suasana berubah menjadi panas, ketika kemudian Perdana Menteri Salman berdiri sebagaimana orang bijak. Ia berdiri dengan agungnya dan berkata seakan mencoba mendinginkan suasana.     

"Yang Mulia Pangeran Nizam berkata benar, Menantuku benar. Sebuah foto hanyalah sebuah saksi bisu yang bisa saja kenyataannya tidak sesuai dengan foto tersebut. Ada baiknya kalau Tuan Putri Alena sendiri yang mencoba menjelaskan tentang pria yang ada difoto tersebut dan apa hubungannya dengan Tuan Putri"     

Mendengar kata-kata Perdana Mentri yang seakan ingin mendorong Alena untuk terjatuh ke dalam kubangan comberan membuat wajah Nizam sekelam malam yang gelap. Gigi-giginya saling gemeretak saking marahnya. Tetapi kemudian tangan Alena meraba paha Nizam di bawah meja. Wajah Nizam yang kelam langsung berangsur memerah. Seperti sepotong besi yang sangat panas lalu disentuhkan pada sebongkah es. Sehingga temperatur suhu besi itu secara berlahan langsung turun.     

"Jangan khawatir Nizam, Aku akan memukul pria tua ini dengan sekali pukulan. Cynthia sudah mengajariku cara menghadapi permasalah ini. Izinkan Aku untuk berbicara" Alena berbisik pada suaminya. Nizam menatap wajah Alena yang lembut, wajah itu tidak berubah sedikitpun walaupun semua orang sedang mempertanyakan kesuciannya.     

Alena menganggukan kepalanya dengan lucu bahkan Ia mengedipkan sebelah matanya kepada suaminya yang sedang murka. Nizam akhirnya menganggukan kepalanya. Tadinya Ia tidak mengijinkan Alena untuk berbicara karena Alena adalah tanggung jawabnya jadi mengapa Ia harus membela dirinya sendiri ketika Nizam suaminya masih hidup di muka bumi ini. Tetapi ketika dilihatnya Alena begitu bersungguh-sunggguh maka Nizampun memberikan ijin.     

Alena mengambil mic-nya dengan penuh percaya diri. Ia tersenyum dengan manisnya membuat para lelaki menelan air liurnya. Bibir Alena begitu ikal bagaikan busur panah kini bibir itu mulai bergerak memulai suatu perkataan.     

"Terima Kasih kepada Paman Salman yang telah memberikan kesempatan kepada Saya untuk membela diri. Sungguh Paman adalah mertua Yang Mulia Nizam yang sangat baik hati. Tidak heran kalau Yang Mulia Nizam sering menyuruhku untuk belajar kepada Kakak Putri Rheina tentang bagaimana caranya untuk bersikap dan bertingkah laku sebagaimana seorang Putri seharusnya bersikap. Bukankah seorang anak adalah cerminan dari orang tua. Kakak Putri Rheina begitu bijaksana sebagaimana Ayahnya" Alena menolehkan wajahnya kepada Perdana Mentri Salman yang kini wajahnyalah yang sekelam malam.     

Bagaimana bisa Alena begitu menghinakan putrinya dengan mengatakan bahwa Nizam menyuruhnya untuk belajar ke putrinya karena Ia tahu pasti kalau Nizam sangat tidak memperdulikan putrinya. Putrinya yang Ia cintai telah disia-siakan oleh Nizam. Tetapi tentu saja Ia tidak bisa berkata apa-apa selain hanya mengangguk sambil mengucapkan terima kasih.     

Bukankah para wartawan dan tetua yang lainnya tidak tahu kalau Nizam sudah bersikap tidak adil terhadap istri-istrinya. Mereka hanya tahu kalau Nizam sering bersama Alena karena mereka sedang menyelesaikan kuliah di tempat yang sama. Alena kembali tersenyum sambil berkata kembali. Tidak lupa Ia melirik Cynthia yang sudah bersusah payah mengajarinya. Cynthia mengacungkan jempolnya kepada Alena. Alena lalu kembali berkata,     

"Jonathan adalah teman kuliahku dan teman dari Cynthia juga teman dari Yang Mulia Nizam. Karena pertemanan kami menjadikan Kami sering bersama. Perlu Kalian ketahui bahwa Aku, suamiku, Cynhtia dan Jonathan kuliah di Amerika dan bukannya di Azura. Kami di Amerika sudah terbiasa untuk bercampur antara pria dan wanita. Tetapi perlu Kalian ketahui bahwa Aku adalah berkewarganegaraan Indonesia, lahir dan besar di Indonesia. Orang tuaku mengajarkan Aku untuk tahu bagaimana caranya bersikap. Bagaimana batasan pergaulan antara pria dan wanita.     

Kalian tentu mengetahui dengan pasti bahwa Aku ketika bertemu Yang Mulia Nizam untuk pertama kalinya Aku masih sesuci embun pagi lalu bagaimana bisa setelah menikah Aku berselingkuh dengan pria yang bahkan tidak pernah sekalipun Aku berdua-duaan dengannya."     

Semua mata memandang dengan takjub ke arah Alena yang seakan Alena adalah seorang pengacara yang sedang balik memukul orang-orang yang mencoba menghakiminya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.