CINTA SEORANG PANGERAN

Kau Akan Bertahan ( 6 )



Kau Akan Bertahan ( 6 )

0Arani duduk agak jauh dari Jonathan dan Jessi. Ia memandang kakak beradik itu dengan tangan terlipat dan wajah membeku. Jonathan tidak mengenal wanita itu sehingga kemudian Ia bertanya pada kakaknya.     
0

"Jessi, Dia siapa? Mengapa wajahnya begitu menakutkan " Tanya Jonathan dengan suara lemah. Sementara itu seorang perawat tampak membetulkan selang infus yang terpasang pada tangan Jonathan. Jonathan merasakan dadanya masih nyeri dan kepalanya pusing. Tapi yang parah adalah jemari tangannya yang hampir remuk karena diinjak oleh Pangeran Abbash.     

Jessi melirik ke arah Arani. Tubuh tinggi dengan rambut cepak, kulitnya kecoklatan sangat serasi dengan rambutnya yang hitam pekat. Hidung teramat mancung dengan bibir yang melekuk sangat indah. Matanya setajam mata elang yang mencari mangsa. Wanita itu terlihat tampak tenang. Badannya tinggi tegap dan sangat proporsional dengan tingginya. Wanita itu kemungkinan memiliki tinggi lebih dari 175 cm.     

Jonathan sangat aneh melihat penampilan wanita itu. Ketika Arani datang kondisinya sudah pingsan tak berdaya. Kini Ia melihat wanita itu yang memiliki penampilan berbeda 180 derajat dengan Alena yang selama ini Ia cintai, tak urung membuatnya penasaran.     

Jessi menaruh telunjuknya dibibirnya sambil berbisik, " Dia Arani, asistennya Yang Mulia Nizam"     

"Mau apa dia disini? Aku takut melihatnya" Kata Jonathan sambil mengerutkan keningnya.     

"Aku yang memintanya. Yang Mulia Nizam menawarkan para penjaganya untuk menjagamu selama 24 jam, Aku pikir wanita ini sangat baik dan memperhatikanmu, jadi Aku meminta dia untuk menjagamu. Lagipula kalau dengan laki-laki aku takut. Orang-orang Azura ini seperti orang-orang dari negri antah berantah. Wajah mereka hampir mirip semua. Yang Laki-laki tampan bagaikan dewa Yunani dan yang wanita cantik seperti dewi Yunani. Bahkan orang Arab sendiri tidak seperti itu. Mereka seperti perpaduan antara orang India dan Arab.     

Seumur hidupku Aku baru bertemu dengan mereka sekarang. Kalau orang Arab asli sih sering tapi kalau orang Azura baru kali ini."     

"Aku juga Jessi. Orang Azura yang aku kenal hanyalah Nizam. Yang wanitanya baru sekarang. Lihat wajahnya seperti muka tembok. Cantik tapi datar, Aku tidak mau melihatnya. Aku takut" Jonathan malah memalingkan wajahnya ke arah lain.     

"Kamu jangan berkata seperti itu. Dia yang paling cemas diantara kami ketika Kau pertama kali dibawa ke sini"     

"Apa maksud kamu dengan dia yang paling cemas. Apa sekarang aku tidak memiliki kakak yang menyayangiku lagi"     

"Dasar anak bodoh, bukan itu maksudku. Dia terus menerus menunggumu di depan ruangan observasi. Kau jangan menyinggungnya sebenarnya Aku juga sedikit takut melihat wajahnya. Mukanya sangat cantik tetapi hampir tidak memiliki emosi."     

Jonathan mencuri-curi tatap ke wajah Arani Ketika sekalinya Arani sedang meliriknya maka wajah Jonathan menjadi pucat ditatap oleh mata yang sinarnya setajam silet. Jonathan segera memalingkan mukanya ke arah lain.     

"Nathan..Aku mau ke air dulu. Kau tunggulah di sini bersama dia"     

"Apa?? jangan Jess..Aku takut" Jonathan tampak ketakutan     

"Laki-laki macam apa Kamu ini? Yang takut dengan perempuan. Besok Kau pakai rok aku saja Memalukan" Jessi morang-maring sambil berdiri.     

"Aku baru saja lepas dari ambang kematian, tapi Kamu masih saja mengomeliku" Jonathan berkata dengan kesal.     

[ Itu karena otakmu selalu bodoh. Kau sama sekali tidak setangguh Yang Mulia Nizam dan tidak seulet Edward. Pantas saja Kau kalah telak dalam berebut Alena] Jessi morang-maring dalam hatinya. Tentu saja Ia tidak mengungkapkan isi hatinya itu karena takut menyakiti perasaan adiknya.     

"Aku mengomelimu karena Aku menyayangimu. Sudahlah Aku pergi dulu" Jessi pergi ke kamar mandi meninggalkan Arani dan Jonathan berdua.     

Keheningan menyelimuti mereka, Apalagi ketika perawat meninggalkan mereka. Arani masih berdiri menyender dekat pintu sambil melipat tangannya di dada. Jonathan meliriknya berulang kali seakan Arani adalah makhluk luar angkasa yang terdampar di bumi.     

Ketika matanya lalu melihat ke arah pistol yang menyembul disebalik celana panjang yang Ia pakai Jonathan jadi semakin ketakutan. Bagaimana kalau Arani tiba-tiba menembaknya. Bagaimana kalau seandainya Ia bukanlah orang Nizam tetapi orangnya Pangeran Abbash yang menyebalkan dan sadis itu.     

Jonathan lalu berdehem, membuat Arani menoleh ke arahnya. Matanya menatap tajam pada pria bule di depannya.     

"A..apakah sudah lama bekerja dengan Nizam?" Tanyanya sambil takut-takut. Ia harus berusaha mengalihkan perhatian Arani. Siapa tahu Arani terdiam untuk mengatur strategi dalam rangka membunuhnya. Bukankah situasinya sangat genting. Ia tidak boleh mempercayai siapapun termasuk bayangannya sendiri. Ia harus berusaha mengajaknya bicara agar bisa mengacaukan konsentrasinya.     

"Sudah hampir sepuluh tahun.." Kata Arani pendek     

"Waduh..ternyata sudah lama sekali. Memangnya Kamu ngapain saja kerjanya?"     

"Apa Anda sedang mencoba menginterogasi saya? Karena Anda takut saya akan membunuh Anda?" Arani berbicara dengan sangat frontal membuat Jonathan langsung terbatuk-batuk saking kagetnya. Mengapa wanita ini bisa mengetahui isi kepalanya. Apakah Ia seorang ahli sihir.     

Kerena batuk-batuk maka dada Jonathan menjadi sakit kembali. Darah segar mengalir dari bibirnya. Arani sangat terkejut melihatnya, Refleks Ia menghampiri Jonathan dan mengambil tisu lalu melapnya. Wajah dingin Arani berubah menjadi sangat cemas. Ia lalu memeriksa luka Jonathan. Jonathan menegang ketika Arani sedang membungkuk saat memeriksanya. Ia mencium batu Citrus yang sangat menyegarkan tubuhnya. Ia belum pernah sedekat ini dengan seorang perempuan.     

Hidung Jonathan yang mancung seakan hampir menyentuh leher Arani. Jonathan tidak berani berkata apapun Ia merasakan kini hidungnya benar-benar menyentuh leher yang sangat jenjang itu. Kulitnya terasa sangat halus, mulus dan wangi.     

Arani sendiri tidak menyadari kalau hidung Jonathan sudah menempel di lehernya. Ia baru sadar setelah memeriksa luka Jonathan, Arani merasakan bahwa hidung Jonathan menempel dilehernya. Dan itu bertepatan dengan Jessi keluar dari kamar mandi.     

Jessi menatap adegan di depannya dengan mulut terbuka lebar. Apa-apaan ini, katanya adiknya takut melihat Arani, tetapi jelas-jelas terlihat di depan matanya Jonathan tampak sedang mencium leher Arani. What the F*ck is this??     

Arani langsung memundurkan tubuhnya dengan perasaan terkejut. Ini tidak seperti yang terlihat. Ia menjadi sedikit salah tingkah. Walaupun wajahnya masih sedatar tembok tapi Arani merasakan wajahnya sedikit panas.     

"Tadi Aku batuk dan wanita ini, eh eu Arani memeriksa lukaku. Kamu jangan menatap kami seakan-akan kami sedang melakukan suatu kesalahan besar" Kata Jonathan sambil tersipu-sipu. Sungguh norak. Wajah atlit basket yang sedang tersipu-sipu itu tampak sangat kontras dengan tubuh berototnya.     

"Aku tidak keberatan kalian melakukan apa. Aku malah senang. Itu tandanya kau adalah laki-laki normal" Kata Jessi sungguh tidak tahu malu.     

"Jessi!! Kau sopanlah sedikit. Arani ini wanita. Walaupun mukanya sedatar tembok..ups.." Jonathan kelepasan bicara. Effeknya adalah Arani menatap tajam ke wajah Jonathan. "Matilah Aku..mati.. kenapa mulut sialan ini tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.." Jonathan berbicara pada dirinya sendiri dengan sangat perlahan. Ia mengutuki kebodohannya sendiri.     

Sementara itu Jessi malah tertawa lucu melihat Jonathan dan Arani yang memiliki sifat bagaikan bumi dan langit. Bukankah sejak kecil Jessi tahu kalau Jonathan sedikit konyol. Arani sendiri Ia membuang mukanya. Tingkah Jonathan sangat lucu dan menggemaskan tetapi Ia tidak ingin memperlihatkan kalau ternyata Ia merasa sejuk berada di dekat pemuda ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.