CINTA SEORANG PANGERAN

Alena menghalangiku dari Kematian.



Alena menghalangiku dari Kematian.

0Para perawat langsung bereaksi begitu melihat Lila terbangun bahkan bisa duduk sambil dipeluk suaminya. Edward menciumi tangan, wajah dan apapun yang dapat Ia ciumi dari Lila. Ia bagaikan mendapatkan kembali nyawanya yang sudah terlepas.     
0

Seorang perawat langsung memanggil Dokter Afgan dan seorang lagi mencatat kapan Lila terbangun dari komanya. Pukul 06.35 AM ketika Matahari sudah bersinar dengan terangnya. Wajah Lila masih pucat tapi nafasnya sudah berjalan dengan normal. Ia masih tidak ingin bicara tetapi secara perlahan Ia melepaskan pelukan Edward.     

"Ya Tuhan, Lila.. Betapa bahagianya hatiku melihat Kau terbangun. Aku tahu dan tidak pernah putus asa. Dengan mukjizat Tuhan, Kau bangun. Aku sangat bahagia.." Edward memegang pangkal lengan Lila. Tetapi dengan wajah dingin dan kaku Lila menepiskan tangan Edward.     

"Mana Alena?? Setiap detik Aku melihat wajahnya di mimpiku. Dia menghalangi ku untuk masuk ke dalam surga. Dia menahanku bersama bayi yang ada dalam pelukannya..." Kata Lila sambil kemudian Ia memegang kepalanya yang terasa pusing. Ia lalu mencoba untuk berbaring, Edward dengan sigap membantunya tapi dengan sengit Lila menepiskan tangan Edward. Matanya menatap tajam ke wajah Edward.     

"Jangan mendekat!! Menjauhlah!! Aku sebenarnya tidak ingin kembali lagi... Aku ingin mati... Mengapa Aku harus kembali ke dalam penderitaan yang tidak akan pernah berakhir" Kata Lila sambil memejamkan matanya. Nafasnya mulai terengah-engah. Edward terpaku mendengar kata-kata Lila. Ia tidak menyangka sedikitpun kalau begitu bangun Lila akan berubah menjadi seseorang yang terlihat sangat membencinya. Ia belum pernah melihat tatapan mata Lila yang begitu dingin bahkan tatapan Alena pun belum pernah seperti itu.     

Tatapan mata Lila bagaikan sebilah pedang yang menghujam ulu hatinya. Rasanya sangat sakit menembus ke segala syarafnya. Edward termangu di samping Istrinya. Ia kemudian menyingkir ketika Dokter Afgan dan para perawat datang dan langsung mengobservasi Lila. Edward berdiri di pojok kamar dengan air mata yang meleleh.     

Setelah kemarin Ia merasakan karma yang pertama berupa koma-nya Lila yang membuat perasaannya diaduk-aduk antara rasa cemas, sedih, takut kehilangan, rasa sesal, tidak berdaya dan sebagainya sekarang kini perasaannya seperti di remas-remas oleh kekuatan yang maha dahsyat. Apakah Ia sekarang akan mendapatkan balasan karma yang kedua karena sekarang terlihat Lila begitu membencinya.     

***     

Dokter Desy dan Dokter Gillbert sudah melakukan tes APGAR ( Apperance, Pulse, Grimance, Activity dan Reaction) pada bayi-bayi Alena. Tes APGAR ini dilakukan pada 1 menit dan 5 menit pertama setelah bayi-bayi dilahirkan. Tes APGAR meliputi warna tubuh, detak jantung, refleks, tonus otot dan pernapasan bayi. Jika bayi-bayi itu memiliki nilai 7-10 dari nilai keseluruhan maka dikatakan bahwa bayi itu sehat dan dapat beradaptasi dengan lingkungan diluar tubuh Ibunya dengan baik. Bayi-bayi Alena memiliki nilai yang baik dalam tes APGAR. Mereka menangis dengan sangat keras, gerakannya aktif dan kulit yang segar kemerahan.     

Setelah di tes APGAR oleh para pengasuh bayi Alena, bayi-bayi itu dimandikan dan segera diberi pakaian bayi yang lucu-lucu. Cynthia mengawasi semua prosesnya dengan cermat.     

Cynthia lalu menatap bayi-bayinya Alena dengan wajah sumringah. Air matanya menetes tak terbendung lagi. Ia lalu meminta para pengasuh untuk menyimpan bayi-bayi itu masing-masing dilengannya.     

Cynthia memangku kedua bayi itu bersamaan. Yang Laki-laki ditangan kanan dan yang perempuan ditangan kiri. Lalu mencium mereka berdua dengan lembut sambil menangis haru. Tangan Cynthia sedikit gemetar Ia tidak berani bergerak saat memegang kedua bayi itu. Para pengasuh sudah berdiri di depan masing-masing bayi mereka. Lalu kemudian seseorang berkata:     

"Yang Mulia, Bayi-bayi ini belum diperdengarkan adzan. Biasanya Ayahnya yang suka memperdengarkan adzan. Tetapi Yang Mulia Pangeran Nizam masih pingsan. Yang Mulia belum siuman." Kata seorang pengasuh bayi kepada Cynthia.     

"Biarkan Yang Mulia Pangeran Thalal yang memberikan adzan." Kata Arani yang tiba-tiba muncul dan memeriksa bayi-bayi Alena. " Catat semua tanda-tanda lahir yang ada pada bayi-bayi Yang Mulia. Tetapi tidak sembarangan memfoto mereka. Hati-hati dengan semua orang yang tidak dikenal. Tidak meninggalkan mereka sedikitpun. Nanti diruangan akan ada dua orang tambahan untuk menjaga mereka. Sehingga Pangeran dan Putri kecil mendapatkan pengawalan yang full" Kata Arani. Cynhtia hanya menatap kagum dengan tindakan Arani yang begitu cepat, tepat, efektif dan efisien.     

"Biarlah Aku yang memanggil suamiku," Kata Cynthia sambil keluar dari pintu yang ada di samping tempat observasi bayi. Di luar pintu observasi tampak beberapa pengawal berjaga setiap berapa meter. Mereka membungkukkan badan setiap Cynthia melewati mereka. Setelah berjalan beberapa lama Ia keluar dari ruangan tempat Alena bersalin. Cynthia tertegun melihat kerumunan orang termasuk Pangeran Thalal yang sedang berdiri dengan gelisah. Pangeran Thalal tidak sabar ingin masuk ke dalam untuk melihat keponakan-keponakannya yang pertama. Tetapi Ia tidak berani masuk karena Kakaknya sendiri belum memberikan ijin.     

Begitu melihat istrinya keluar, Pangeran Thalal langsung memburunya, " Honey..bagaimana-bagaimana? Bagaimana dengan keponakan-keponakanku? Aku sangat ingin melihatnya"     

"Masuklah ke ruang observasi bayi, Kau boleh melihatnya, Keponakanmu menunggumu" Kata Cynthia pendek. Ia menghindari berbicara banyak di depan para pengawal. Pangeran Thalal langsung berbinar-binar bahagia dan segera mengikuti istrinya masuk ke dalam.     

Setelah berjalan masuk ke dalam ruang observasi. Pangeran Thalal melihat dua bayi di dalam ranjang bayi yang mungil. Pangeran Thalal diminta mencuci tangannya dengan menggunakan sabun antiseptik. Ia juga disuruh mengenakan pakaian yang steril dalam ruangan.     

Arani lalu mengambil salah satu bayi dengan hati-hati. " Mohon Yang Mulia meng-adzani mereka!!" Kata Arani.     

Pangeran Thalal terkejut luar biasa, Ia hanya melongo lalu berkata tidak mengerti, " Mengapa Aku?? Kemana Kakakku? Bukankah dia yang harusnya meng-adzani anaknya"     

Cynthia memalingkan wajah menahan tawa, Tapi Arani dengan wajah penuh wibawa menjawab, " Yang Mulia Pangeran Putra Mahkota Nizam, pingsan belum siuman."     

"APAAA????" Pangeran Thalal terkejut bukan main.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.