CINTA SEORANG PANGERAN

Kau Akan Bertahan ( 4 )



Kau Akan Bertahan ( 4 )

0Ketika pintu ruang observasi terbuka maka yang pertama terlonjak adalah Arani dan bukannya Kakaknya atau Nizam. Arani bahkan tanpa sadar langsung memburu Dokter yang baru menangani Jonathan.     
0

"Syukurlah dia sudah siuman. Sukar dipercaya dengan luka separah itu, Tuan Jonathan bisa bertahan." Dokter itu menggelengkan kepalanya. Arani langsung menjabat tangan dokter itu. Nizam sampai mengerutkan keningnya. Arani termasuk orang yang paling enggan bersentuhan dengan pria, tapi kali ini tanpa sadar Ia malah menjabat tangan dokter dan mengucapkan terima kasih.     

Nizam berdehem membuat Arani tersadar. Ia segera melepaskan tangan dokter sambil memerah. Ia lalu mundur ke belakang Nizam sambil membungkuk. "Maafkan hamba Yang Mulia."     

Nizam hanya menggelengkan kepalanya sambil menghampiri dokter yang menangani Jonathan.     

"Eum..Dokter..."     

"Dokter Smith, Yang Mulia" Kata Dokter Smith langsung mengenal Nizam sebagai seorang Pangeran. Sudah jadi rahasia umum kalau ada keluarga pangeran yang menyewa seluruh Paviliun Timur untuk ruang perawatan istrinya yang baru melahirkan.     

"Dokter Smith, Aku mengucapkan terima kasih karena sudah menyelamatkan keluarga kami. Tetapi bagaimana kondisinya?"     

Dokter Smith tersenyum sebelum menjawab, " Kondisinya sudah stabil. Luka memar akan sembuh dalam beberapa hari. Luka dalam juga sudah di tangani. Dengan kondisi fisik Tuan Jonathan tidak akan seminggu, kemungkinan dia sudah sehat. "     

"Tidak heran Dokter, Karena memang Tuang Jonathan adalah Atlit basket. Pasti dia memiliki daya tahan tubuh yang baik " Kata Nizam sambil menarik nafas lega. Ia sangat bersyukur Jonathan bisa bertahan.     

"Yang Mulia, apakah yang harus saya tulis di keterangan status pasien untuk penyebab luka di tubuhnya?" Tanya Dokter dengan hati-hati.     

Nizam tersenyum dengan tenang. Dia memahami arah pembicaraan Dokter Smith. Jonathan luka karena pukulan dan tendangan. Kalau ditulis yang sebenarnya mungkin akan menarik perhatian pihak yang berwajib maka Nizam segera memberikan jawaban. "Bisakah kau menulis di statusnya kalau Ia terlibat perkelahian antar teman ketika sedang berlatih basket, dan perkaranya sudah diselesaikan secara kekeluargaan"     

"Baiklah Yang Mulia. Ini sangat masuk di akal. Silahkan Yang Mulia untuk mengurus administrasi ruang rawat inapnya. Perawat kami akan membantu anda. Saya pastikan Tuan Jonathan akan mendapatkan perawatan yang terbaik" Dokter Smith menjabat tangan Nizam dengan erat lalu pamit undur diri.     

Jessi langsung menghambur masuk ke dalam. Dilihatnya Jonathan sedang duduk dengan tubuh penuh balutan. "Nathan..Alangkah bahagianya Aku melihat Kau masih hidup" Jessi memeluk tubuh adiknya dengan erat"     

"Aduuh...Jessi, hati-hati sedikit. Aku masih sakit" Jonathan meringis. Tetapi kemudian wajah Jonathan berubah melihat pria jangkung yang berdiri disamping kakaknya. Lidahnya kelu, dadanya berdebar kencang, air matanya hampir meleleh kalau saja Ia tidak menahannya sekuat tenaga. Wajah tampan itu jelas mengingatkannya pada Alena.     

Nizam mengulurkan tangannya untuk menjabat Jonathan, " Aku senang kau bisa selamat"     

"Terima kasih, Nizam."     

"Apakah Kau ingin bertanya sesuatu kepadaku?" Tanya Nizam langsung.     

"Tentu saja. Tapi hari ini Aku sangat lelah. Aku ingin istirahat. Bolehkah Aku meminta penjelasan nanti sore hari"     

"Baiklah, Apakah Kau ingin istriku datang untuk menengokmu?" Tanya Nizam sambil menatap Jonathan dengan wajah serius. Ia tidak main-main dengan tawarannya. Bukannya Ia tidak cemburu tetapi terhadap Jonathan, Nizam memiliki perasaan yang berbeda. Sejak awal Nizam tidak pernah memandang Jonathan sebagai saingan yang harus Ia musuhi. Sikap Jonathan yang memang tampak tahu diri membuat Nizam menyadari bahwa Jonathan adalah pria sejati yang sangat menjaga kesucian wanita yang dicintainya.     

Jonathan menggelengkan kepalanya, " Tidak usah Nizam, Aku tidak ingin membuat pikirannya resah. Apalagi Aku dengar Ia baru saja melahirkan. Selamat atas kelahiran putra dan putri kalian. Aku turut bahagia." Jonathan mengucapkan kata-kata itu dengan tulus. Tapi Nizam melihat ada selapis air yang mulai menutupi kedua mata Jonathan sehingga Nizam dapat melihat bahwa mata itu mulai berkabut basah.     

"Jonathan entah apa yang harus kukatakan, dari lubuk hatiku yang terdalam Aku sungguh mengharapkan bantuanmu" Kata Nizam dengan hati-hati.     

"Kau tidak usah memohon kepadaku. Kau tahu, Aku mencintai Alena dan itu tidak akan kututupi darimu. Apapun akan Aku lakukan untuk menyelematkannya."     

Nizam sama sekali tidak marah dengan perkataan Jonathan yang berterus terang dan memang kenyataannya seperti itu. Lagipula cinta Jonathan, Edward dan Justin sebenarnya lebih dulu hadir sebelum Ia mencintai Alena. Di kampus Ia adalah pria terakhir yang mencintai Alena, itupun karena Ia dijerat terlebih dahulu oleh strategi Cynthia.     

"Terima kasih, Pertolonganmu sangat berharga untuk membersihkan nama istriku di Kerajaan ku. Istriku sebagaimana dirimu, Kalian tidak bersalah apapun. Karena sumbernya ada pada diriku"     

Jonathan menganggukkan kepalanya, "Aku tahu itu, Oh ya Nizam. Pria yang bernama Abbash itu dia sangat berbahaya" Tapi Jonathan belum mengatakan bahwa Pangeran Abbash mencintai Alena. Ia ingin bercerita setelah kondisinya sedikit membaik     

"Aku tahu itu. Beristirahatlah!! oh ya Aku ingin ada pengawal Azura yang akan menjagamu. Aku khawatir kalau masih ada orang yang akan mengancammu." Kata Nizam.     

Tiba-tiba Nizam menoleh ke arah Arani yang berdiri agak jauh dari mereka.     

"Aku ingin ada dua orang yang menungguinya di depan pintu. Aku juga ingin salah satu dari kalian, entah Kau, Imran, Ali atau Fuad yang standbye di sini. Para pengawalku akhir-akhir ini mengecewakanku. Bahkan termasuk kalian yang datang terlambat untuk menyelematkan Jonathan. Aku bahkan belum menerima penjelesan mengapa Kalian datang terlambat " Nizam berkata dengan sangat dingin menggunakan Bahasa Azura. Arani menganggukan kepalanya sambil membungkukkan badannya.     

"Maafkan hamba yang Mulia.." Kata Arani dengan wajah menyesal. Ia menyesal karena datang terlambat. Kalau seandainya Ia tidak terlambat mungkin Jonathan tidak akan terluka     

Ketika Nizam mau pergi, tiba-tiba Jessi berkata kepada Nizam, " Yang Mulia. Bolehkah Aku meminta sesuatu?"     

Nizam memutar tubuhnya kembali, Ia menatapa Jessi. "Katakanlah! "     

"Bolehkah, Aku meminta Nona atau Nyonya Arani menemani Kami? Aku takut kalau cuma ditinggal berdua dengan Nathan." Kata Jessi dengan wajah sedikit pucat. Karena Nizam berkata pada Arani dalam Bahasa Azura maka Ia tidak tahu kalau Nizam sudah memerintahkan Arani untuk menyediakan pengawalan bagi Jonathan dan Jessi.     

" Arani masih singel. Aku tidak akan meninggalkan kalian berdua. Pertama, Aku akan meminta kalian di rawat di paviliun yang sama dengan tempat istriku di rawat. Kedua, kamar kalian akan kami jaga 24 jam. Ketiga Aku juga akan menyimpan salah satu orang kepercayaanku untuk berjaga. Tetapi Kalau kau meminta Arani. Aku tidak keberatan. " Nizam melirik ke arah asistennya.     

Wajah Arani tampak sedikit bersemu merah, Ia menundukkan wajahnya tapi Nizam tidak bisa dibohongi Ia melihat semburat merah di pipinya yang halus. Nizam memalingkan mukanya lalu melangkah keluar diikuti oleh dua orang pengawal dan meninggalkan Arani untuk berjaga di kamar Jonathan.     

Arani mengejar Nizam keluar dari kamar, " Yang Mulia, hamba sedikit keberatan jika hamba yang menunggui Jonathan" Kata Arani mencoba menolak. Ia tidak mengenal Jonathan dan pria itu bukan siapa-siapanya. Dia orang asing dan berjenis kelamin laki-laki. Nizam terdiam menunggu Arani berbicara lagi.     

"Dia laki-laki yang Mulia" Akhirnya Arani memberikan alasannya.     

"Kalian tidak akan berdua. Ada Jessi yang ikut menemani. Lagipula kalau ditemani oleh Fuad atau Ali atau Imran malahan Jessi nanti yang akan terlihat canggung"     

"Yang Mulia, Hamba sungguh tidak bisa" Arani tampak berusaha menolak     

"Mengapa Kau terus menolak. Ini seperti bukan dirimu yang menolah perintahku. Apa karena Kau menyukainya ?" Kata Nizam tanpa perasaan. Arani tersedak.     

"Hamba..tidak berani. Yang Mulia mohon tidak mengada-ada. Lagipula hamba tidak mengenalnya" Kata Arani sambil mengelak     

"Cinta tidak harus datang setelah saling mengenal. Lagipula sudah saatnya Kau mengenal cinta. Apakah kau mau seumur hidupmu melajang dan mengikutiku?" Kata Nizam sambil melangkah pergi keluar meninggalkan Arani yang berdiri tertegun.     

Ketika Nizam berjalan di lorong Ia bertemu dengan Cynthia dan Pangeran Thalal yang keluar dari belokan sebelah kanan dan lalu berjalan menuju arah yang sama.     

"Cynthia!! Thalal! " Nizam memanggil. Cynthia dan Pangeran Thalal langsung membalikkan tubuhnya dan Pangeran Thalal langsung membungkukkan badannya di ikuti oleh Cynthia. dan dua orang pengawal di belakang mereka.     

"Darimana Kalian??" Tanya Nizam     

"Dari tempat Lila" Jawab Pangeran Thalal.     

"...." Nizam terdiam sebelum berkata lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.