CINTA SEORANG PANGERAN

Menikahlah Jonathan dan Arani ( 6 )



Menikahlah Jonathan dan Arani ( 6 )

0Nizam membaringkan tubuhnya di sisi Alena, tetapi ditangannya masih memegang dimond Iphone-nya. Ia tampak sibuk chating dengan seseorang, Alena baru selesai menyusui bayi-bayinya. Alexa dan axel juga tampak sudah tertidur bersama para pelayannya diruangan yang berbeda dengan Nizam dan Alena tetapi masih satu pintu. Alena tidak ingin bayi-bayinya terpisah jauh darinya.     
0

Alena sudah sedikit lebih baik akhir-akhir ini. Ia ingin segera pulang ke rumah. Ia meminta Nizam untuk tinggal di rumah biasa dan tidak ingin tinggal di apartemen karena Alena menginginkan para bayinya menghirup udara dengan bau tanah dan terkena sinar matahari langsung. Tinggal di apartemen walaupun sangat mewah, Alena merasa apartemen itu tidak memiliki fasilitas kemewahan alam, Ia hanya mendapatkan fasilitas kemewahan manusia. Dan Nizam tentu saja sangat menyetujuinya.     

Lagipula Nizam berencana akan membuat pesta pernikahan Arani dan Jonathan di rumah mereka nantinya. Ia ingin pesta itu diadakan di kediamannya. Di rumah beralaskan tanah dan beratapkan langit. Bukan di hotel atau apartemen. Lagipula tidak ingin membawa si kembar kemana-mana dulu sampai Ia jelas tentang keamanan kedua anaknya.     

Nizam juga belum mendengar berita tentang Pangeran Abbash. Pangeran Abbash seperti hilang lenyap di telan bumi. Imran sudah menyeledikinya dengan seksama tetapi Pangeran itu menghilang tanpa bekas. Untuk sementara Nizam tidak terlalu memperdulikannya, Ia sedang fokus dengan masalah Jonathan dan Arani. Serta konferensi Pers yang belum diselenggarakan.     

Para tetua kerajaan sudah mendesak Nizam untuk segera melaksanakan konferensi pers berkaitan dengan tuduhan penyelewengan Alena dengan Jonathan. Para penulis berita semakin gencar menulis berita bohong. Nizam sangat geram karena Ia tidak memiliki akses untuk meredam semua berita itu. Kenyataan bahwa banyak pejabat yang bersebrangan dengan dirinya menjadikan langkah Nizam kurang leluasa. Ia sendiri masih sibuk tinggal di luar negeri jadi bagaimana bisa Ia menggalang kekuatan walaupun seluruh adik-adiknya ikut mendukung dia.     

Kedatangan para tetua Kerajaan ke Amerika selain untuk menengok anak-anaknya juga untuk menghadiri konferensi pers yang akan segera dilangsungkan. Nizam ingin momen penting ini juga sekalian mengundang mereka ke pernikahan Arani dan Jonathan. Sudah terbayang betapa shock nya para tetua Kerajaan mengetahui pernikahan Jonathan dan Arani.     

Alena sudah tertidur lelap disisi Nizam, Ia tampak letih karena kurang tidur. Nizam melirik ke arah dada Alena yang semakin membusung karena berisi minuman anak-anaknya. Nizam jadi merasa haus tetapi Ia adalah Ayah yang gentle, Ia tidak mau sampai rebutan ASI bersama para buah hatinya. Biarlah Ia bersabar sampai dua tahun. Nizam jadi menghela nafas, Ia membetulkan pakaian Alena yang terbuka dibagian dadanya. Takut Ia pada dirinya sendiri, takut Ia gelap mata. Nizam lalu kembali chating dengan seseorang di Azura.     

"Apakah para tetua kerajaan sudah pergi dengan pesawat mereka.." Nizam mengetik pertanyaan pada keyboard di iPhone-nya     

"Sudah Kakak.." Balasan yang disana segera muncul.     

"Paman Salman, jadi datangkah?" Tanya Nizam dengan perasaan sedikit tidak enak. Ia tiba-tiba teringat pada istri pertamanya. Ia jadi membayangkan betapa murkanya Rheina mendengar Alena sudah melahirkan bayi kembar. Sementara Rheina sendiri masih belum disentuh olehnya.     

"Benar Kakak, Paman Perdana Mentri memaksa untuk hadir karena ingin memberikan doa kepada para penerus tahta kerajaan Azura berikutnya."     

"Janeth..katakan padaku tentang Putri Rheina, bagaimana kabarnya?" Nizam mengetik kalimat itu dengan hati-hati sambil tidak lupa melirik ke arah Alena yang tertidur seakan Ia ketukutan kalau-kalau istrinya terbangun lalu mencekiknya karena membaca tulisan Ia menanyakan berita tentang Putri Rheina.     

"Ia semakin sensitif dan menjadi sangat pemarah, Kemarin dia mencambuk pelayan hanya karena pelayan tersebut bercerita tentang kebahagiaanya tentang kelahiran Yang Mulia Alexa dan Axel"     

"Bagaimana bisa? Ibunda Ratu bagaimana?"     

"Yang Mulia Ibunda Ratu Sabrina sepertinya tidak berdaya karena memang Yang Mulia Ibunda Ratu sudah mencium adanya persaingan yang tidak adil yang dialami oleh Putri Rheina. Tentunya Kakak memahami ini"     

Nizam terdiam sebelum Ia kemudian menggerakkan jari-jarinya lagi di atas layar iPhone-nya     

"Aku tahu, Aku yang salah.. Janeth Kau adalah adikku dan Husen. Diantara semua adik Perempuanku, Hanya Kau yang dapat aku andalkan untuk mencari informasi selama Aku tidak ada di Istana."     

"Kakak..Aku sebenarnya sudah tidak tahan tinggal di istana ini. Aku ingin pergi kuliah ke Paris. Tetapi Ibunda malah akan menjodohkan ku dengan Pangeran Abbash dari kerajaan Zamron"     

Nizam terdiam membaca chat terakhirnya bersama Janeth adik keduanya Pangeran Husen. Tangannya sedikit gemetar. Perjodohan Janeth dengan Pangeran Abbash membuat Ia sedikit kaget. Bagaimana bisa Ia melupakan hal ini. Pangeran Abbash pria yang sangat dibencinya karena sudah berada dibalik kejahatan Sisca dan memfitnah Alena kemudian menghajar Jonathan sampai babak belur sekarang akan jadi adik iparnya.     

"Jangan pernah menikahi pria itu. Ingat!!" Kata Nizam setelah Ia memutuskan untuk menelpon langsung ke Janeth. Nizam berteriak dengan murkanya.     

"Mmm...siapa yang akan menikah?? Awas kalau Kau menikah lagi. Aku akan membunuhmu" Suara Alena terdengar mengejutkan Nizam. Ia melirik ke arah Alena yang matanya masih terpejam dan menggoyangkan bahunya sedikit.     

"Alena..Alena..Kau bangun"     

"Tidak!!! Aku sedang tidur.."     

"Lalu kenapa Kau bersuara?"     

"Itu karena Aku bersuara sambil tidur. Dasar bodoh!! Sudah tahu Aku bangun. pake nanya udah bangun atau belum segala" Alena bangkit dari tidurnya dengan kesal.     

Nizam langsung menutup pembicaraannya dengan Janeth. Ia menatap wajah Alena dengan heran.     

"Mengapa Kau terbangun?"     

"Kau bersuara begitu keras, tentu saja Aku terbangun" Alena bersungut-sungut sambil mengambil sebotol air mineral dan meminum dengan penuh kehausan.     

"Bukankah Kau kalau tidur biasanya bagaikan orang mati. Suara sekeras apapun tidak akan pernah bisa membangunkan Kau. Bahkan Aku tiduri juga Kau sama sekali tidak bereaksi" Kata-kata Nizam membuat Alena mendelik. Tetapi kemudian Alena menjawab sambil menguap.     

"Entahlah.. akhir-akhir ini Aku merasa sedikit sensitif. Tiap malam aku sering terbangun mendengar suara anak-anak menangis minta susu atau hanya sekedar mengecek apakah popoknya basah atau tidak"     

"Luar biasa sayang. Itu adalah naluri seorang Ibu. Tetapi mengapa Kau harus repot. Bukankah ada pelayan di samping mereka" Nizam berkata penuh dengan kekaguman.     

Alena malah memukul Nizam dengan bantal dengan begitu kesal. "Mereka adalah anak-anakku bukan anak-anak pelayanmu. Jangan suka mengandalkan pelayan. Nanti mereka tidak akan dekat dengan kita"     

Mulut Nizam sampai terbuka lebar mendengar kata-kata Alena. The power of emak-emak Alena rupanya sudah muncul ke permukaan.     

"Alena di kerajaanku hampir semua anak memiliki ibu Asuh bahkan Ibu yang menyusui. Merekalah yang mengurus anak-anak dari para pangeran dan putri kerajaan. Termasuk Aku. Seingat ku Ibunda Sabrina tidak pernah seharian mengurusku. Beliau hanya sesekali melihatku. Aku banyak diurus oleh Ibu asuh dan Paman Harun." Nizam mengingatkan-ngingat masa kecilnya.     

"Kemudian apa yang kau rasakan sekarang?" Tanya Alena. Nizam menggedikkan bahunya.     

"Nothing.. karena Aku anggap itu adalah hal biasa di kerajaan ku. Lagipula anak-anak yang lahir dikerajaan adalah milik kerajaan jadi sudah seharusnya kerajaanlah yang mengurusnya"     

"Nah.. Suamiku Nizam yang gagah perkasa. Hal itu tidak berlaku untukku. Anak-anakku harus Akulah yang mengurusnya. Bahkan sampai usia 2 tahun. Ranjang bayinya harus ada di kamarku"     

"Sayang...itu tidak mungkin" Nizam mulai sedikit putus asa melihat mata Alena yang berkilat-kilat karena semangat.     

"Tapi mengapa? Apa masalahnya?" Alena bertanya dengan nada sedikit keras kepada suaminya.     

"Mereka adalah calon pewaris tahta. Dan mereka tidak boleh terlalu dimanjakan. Tidur sekamar dengan mereka hanya akan mengurangi kemandirian bagi mereka. Kita akan mencari solusinya agar Kau tidak berjauhan dengan mereka tetapi mereka juga tetap akan tumbuh sebagai pribadi yang mandiri" Kata Nizam akhirnya.     

Alena menguap, "Yaah... bagaimana nanti saja.. Aku mengantuk mau tidur lagi, Sana jauh-jauh..jangan mepet-mepet"     

"Alena..." Nizam berbisik lembut.     

"Jangan Alena.. Alena...masih lama!!" Kata Alena dengan kejam lalu tidur memunggungi Suaminya.     

Nizam menggerutu sebelum Ia kemudian ikut berbaring. "Semua orang berkata Aku orang yang kejam, sebenarnya yang kejam itu Kau Alena" Kata Nizam suara pelan.     

Alena berbalik dengan muka sengit, "Kau bilang apa, tadi??"     

"Apa? oh itu..Iya..Aku tahu, masih lama. Aku ga apa-apa Kho. Aku kuat...Yu tidur" Kata Nizam sambil nyengir lalu tidur disamping istrinya yang sudah mendengkur halus.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.