CINTA SEORANG PANGERAN

Menikahlah Jonathan dan Arani ( 12 )



Menikahlah Jonathan dan Arani ( 12 )

0Tetapi wartawan itu kemudian menatap Perdana Mentri Salman, Ia melihat mata Perdana Mentri itu yang memancarkan cahaya buas memaksa wartawan itu segera mengeluarkan suara lagi.     
0

"Mohon ampuni hamba Yang Mulia. Tetapi bagaimana Kami dapat mempercayai itu semua. Di foto-foto ini terlihat dengan jelas ketika Anda berbicara dengan Jonathan sambil saling bertatapan. Kemudian di foto yang lain Yang Mulia tampak sedang di peluk oleh Jonathan padahal saat itu kehamilan Yang Mulia sudah besar. Bagaimana bisa Yang Mulia mengelak dari kenyataan. Ditambah lagi dengan bayi kembar.     

Beberapa wartawan sudah menelusuri silsilah keluarga Tuan Putri Alena dan Yang Mulia Putra Mahkota, tidak ada keturunan kembar."     

Tiba-tiba Nizam memotong dengan keras, "Jaga lidahmu!! Apakah kau sudah bosan hidup!!" Nizam berteriak dengan gusar. Pangeran Thalal segera memegang tangan kakaknya. Ia lalu melihat ke arah handphonenya, Ia melihat Cynthia mengirimkan pesannya.     

"Kakak tolong jangan gusar dulu, Cynthia sedang berusaha menangani permasalahan ini"     

Nizam menganggukan kepalanya tetapi Ia terus berkata," Kau seorang wartawan tetapi tingkahmu sungguh tidak adil. Kau seakan menyudutkan istriku. Kau seharusnya tahu bahwa tidak ada hal yang mustahil di dunia ini. Walaupun dari pihak kami tidak ada keturunan kembar tetapi bisa saja istriku melahirkan kembar? Apakah kau tidak tahu itu?"     

"Mengapakah Yang Mulia menjadi gusar? Kalau memang kenyataannya seperti itu seharusnya Yang Mulia bersikap tenang. Sebagai seorang Pangeran Putra Mahkota, hendaknya Yang Mulia bisa menahan emosi" Wartawan itu berkata tegas tetapi diam-diam bergidik ngeri, Ia merasa nyawanya sudah berada di dalam tenggorokkannya dan siap melayang keluar.     

"Aku disini tidak bertindak sebagai seorang Pangeran Putra Mahkota tetapi Aku bertindak sebagai seorang suami yang istrinya disakiti dengan kejam dan biadab. Jika kau berada di posisi Aku. Apa yang akan kau rasakan?" Kata Nizam dengan tajam.     

Si Wartawan itu kemudian terdiam, apalagi ketika seorang wartawan lainnya tiba-tiba berkata, "Mohon ijin bicara Yang Mulia. Jika Hamba ada di posisi Yang Mulia maka Hamba pasti akan merobek mulut orang itu. Bersyukurlah Yang Mulia masih memiliki kesabaran. Dan Kau! mengapa mulutmu begitu kotor? Kasus inikan belum jelas benar atau salahnya. Yang Mulia mohon maafkan Kami. Sungguh tidak semua disini mempercayai foto-foto itu walaupun memang foto-foto itu terlihat nyata."     

Nizam menganggukan kepalanya dengan pandangan mata yang berterima kasih kepada si wartawan yang membela Alena.     

Kemudian Alena berkata menambahkan," Mohon ijin Yang Mulia, Aku berbicara lagi. Kepada semua yang hadir di sini. Menuduh seseorang berjinah sungguh tidak semudah itu. Kau harus mendatang empat orang saksi untuk pembenarannya. Sementara itu adakah saksi yang dapat bersaksi yang menyatakan Aku sudah menyeleweng dengan Jonathan. Jika kalian dapat mendatangkannya dan bersedia berkata kebenaran dengan sumpah Al-Qur'an?" Alena berkata dengan lantang. Wajahnya cantiknya yang biasanya polos dan lucu kini tergurat raut wajah yang dingin. Matanya menatap tajam dengan tubuh berdiri tegak seakan menantang dunia. Lalu Ia kembali bersuara dengan penuh penekanan.     

"Apa jadinya suatu negara jika ternyata tidak dapat menghargai seorang wanita. Wanita diperalat untuk kepentingan politik. Sungguh memalukan. Tidakkah Kalian takut terhadap murka Tuhan? Tanpa wanita kalian tidak akan pernah lahir ke dunia ini. Kalian ada dalam perut wanita selama sembilan bulan dan kalian hidup melalui air susunya selama dua tahun. Sungguh perbuatan yang biadab kalau sekarang kalian mempertanyakan kesucian seorang ibu tanpa mendatangkan saksi.     

Dan Kau!! Yang mengaku wartawan dengan pernyataan bahwa ujung pena itu tidak bermata. Memang benar ujung pena itu tidak bermata sehingga Ia tidak akan bisa melihat status orang yang diberitakannya. Tetapi Kau harus tahu kalau dibalik pena itu ada tangan yang menggerakannya dan ada berjuta kepentingan disebalik pergerakan penanya.     

Kau memanfaatkan ujung penamu untuk menuduh seorang wanita, seorang ibu yang baru saja melahirkan anak-anaknya. Yakinkah Kau tidak memiliki motif lain selain hanya menginginkan kebenaran belaka?" Alena bertanya sambil menatap tajam.     

Wartawan itu langsung terdiam sedangkan para tetua langsung mengangguk-nganggukkan kepalanya tanda mereka menyutujui perkataan Alena. Tetapi rupanya si wartawan kepalang basah dalam menyatakan pendapatnya. Ia sudah terlanjur dipermalukan. Maka Ia segera menjawab lagi.     

"Yang Mulia mohon ampuni hamba, Jika Yang Mulia meminta saksi kepada kami maka memang benar, kelemahan kami adalah kami tidak bisa mendatangkan saksi tersebut. Kami hanya memiliki foto-foto yang ingin cresschek kebenarannya. Akan tetapi Yang Mulia mohon ampunilah hamba. Apakah kami boleh meminta seorang saksi juga dari Yang Mulia untuk menunjukkan ketidak bersalahan Yang Mulia?"     

Wartawan itu berkata sambil membungkuk memberikan hormatnya. Ia merasa sangat puas karena Ia tahu kalau di pihak Alenapun tidak memiliki saksi bukankah Jonathan sendiri sudah dibunuh oleh Pangeran Abbash. Ia tidak mengetahui bahwa Jonathan dapat selamat karena takdir dari Yang Kuasa Alloh SWT.     

Alena terdiam Ia bingung, Mana Jonathan? bukankah dia memang masih terluka lalu bagaimana bisa Ia datang untuk bersaksi menyangkal semua tuduhan ini.     

Tetapi kemudian dari arah pintu Aula Imran datang sambil mendorong sebuah kursi roda.     

"Mohon Ijin untuk bersaksi Yang Mulia Pangeran Putra Mahkota Azura. Hamba Jonathan teman Anda, Tuan Putri Alena dan Tuan Putri Cynthia" Kata Pria tampan itu dengan lantang. Walaupun tangannya masih digip dan jemarinya masih diperban. Kepala juga masih dibungkus perban sampai ke wajah. Tetapi saking emosinya Jonathan sampai berteriak padahal mulutnya yang masih sedikit terluka langsung terasa nyeri.     

"JONATHAN!!" Alena berteriak gembira melihat Jonathan. Ia seakan melihat malaikat turun dari langit walaupun kemudian Ia ternganga melihat Jonathan ternyata terluka begitu parah. Akibat Ia harus beristirahat sehabis melahirkan dan menjaga bayi-bayinya, Ia tidak sempat menengok Jonathan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.