CINTA SEORANG PANGERAN

Konferensi Pers ( 5 )



Konferensi Pers ( 5 )

0Nizam memperhatikan Alena yang sedang tertidur lelap. Hatinya menjadi sangat iba. Pipi yang semalam pucat pasi karena menahan sakit saat melahirkan kini sudah kembali merona. Rambut Alena yang tebal kini sudah rapih kembali karena sudah disisir oleh pelayannya. Beberapa helai rambut tampak terhurai sampai ke pipi. Bahkan ada yang sampai ke bibir. Nizam membetulkan uraian rambut yang menjela sampai ke bibir. Ia lalu meraih tangan Alena. Di remasnya dengan penuh perasaan.     
0

Nizam menempelkan Jemari Alena pada pipi nya. "Alena... semoga kau selalu menjadi wanita yang kuat dan tabah. Walaupun banyak ujian yang akan melanda."     

Nafas Alena mengalun dengan lembut. Nizam perlahan membaringkan tubuhnya di samping Alena. Ia mencoba untuk istirahat sambil menunggu berita dari anak buahnya. Jonathan harus dicari sampai ketemu. Ia harus memberikan klarifikasi untuk saat ini. Ini sebenarnya bukan hanya tentang tuduhan selingkuh atau tuduhan bahwa anak yang dikandung Alena adalah bukan anaknya. Karena hal itu bisa langsung terbantahkan saat mereka tiba di Azura.     

Ini adalah tentang mencari bukti bahwa Pangeran Bari ada dibelakang ini semua. Ia harus menemukan buktinya. Dan langkah pertama untuk menuju ke hal itu adalah membuktikan bahwa Jonathan tidak pernah berhubungan dengan Alena. Dan pada saat di Restoran, Jonathan harus memiliki alibi bahwa Ia sedang berada di tempat yang lain dan yang dikira Jonathan seperti yang tertera di foto adalah orang lain yang memang sengaja dirancang untuk menjebak Alena.     

Tubuh Nizam terasa sangat letih, di saat inilah terkadang Ia merasa bahwa menjadi rakyat jelata lebih menyenangkan menjadi seorang Pangeran Putra Mahkota. Hidup bebas bagaikan burung kemanapun mereka suka. Bertindak apapun sekehendak dirinya asalkan sesuai dengan norma agama dan norma yang berlaku dimasyarakat. Hanya bertanggung jawab dalam ruang lingkup keluarga atau masyarakat sekitar.     

Kehidupan yang tenang bagaikan air mengalir, Nizam memmiringkan tubuhnya disamping istrinya, Ia mendekap Alena dengan erat seakan takut kehilangan. Betapa jalan hidupnya penuh dengan batu kerikil yang tajam. Semenjak Alena hidup dengannya semua penderitaan seakan tiada habisnya menimpanya. Padahal ini belum sampai di kerajaan sepenuhnya. Penderitaan terus datang bertubi-tubi. Nizam membelai kepala Alena dengan lembut. Cinta ini begitu memabukkan dan menghempas semua akal sehat Nizam.     

Cinta membuat Nizam begitu egois. Ia mempertaruhkan semua hidup seluruh keluarga dan kerajaannya hanya untuk menyelamatkan cintanya. Nizam menyusupkan muka Alena ke lehernya. " Kita akan lihat Alena, apakah keinginan mereka yang akan menang atau cinta kita yang akan menang. Tetapi cinta sejati akan kekal sampai ke akhirat" Katanya sambil mengusap punggung Alena. Alena sendiri malah senyum-senyum dalam tidurnya. Ia bermimpi sedang mengejar-ngejar anaknya yang berlarian ke sana ke mari sambil bermain air di tepi pantai Kuta.     

Nizam tertegun melihat Alena senyum-senyum, mengapa istrinya seperti tidak memiliki firasat apapun tentang hidup ini. Di saat kredibilitas dia sebagai seorang istri dan ibu sedang dipergunjingkan orang Ia malah tertidur lelap dan bermimpi indah. Nizam menggelengkan kepalanya lalu ikut tersenyum. Kalau istrinya saja bisa begitu rileks mengapa Ia harus resah sendiri. Apa yang akan terjadi, terjadilah. Musuh tidak perlu di cari tapi sekali musuh datang pantang bagi dia untuk mundur. Nizam memejamkan mata dan mulai ikut tertidur di samping istrinya.     

***     

Sosok tubuh tinggi semampai memakai pakaian perawat dan berwajah sangat cantik tampak berjalan sambil tersenyum manis. Rambutnya yang pirang dengan mata hijau menambah kecantikannya. Ia berjalan dengan gemulai melewati para penjaga dari kerajaan Azura. Para penjaga Azura itu semuanya adalah laki-laki normal yang sama saja dengan yang lain. Melihat pipi licin mulus dengan mata bersinar bagaikan bintang kejora siapa yang tidak mel.eleh. Mata mereka menatap tidak berkedip.     

" Anda perawat dari bagian mana? Kami belum pernah bertemu denganmu?" Tanya seorang penjaga dengan wajah galak tetapi matanya jelalatan. Perawat itu tampak memperlihatkan mata yang ketakutan. " Saya perawat dokter Gillbert. Saya diminta untuk mengecek keadaan pangeran dan putri kecil "     

"Siapa yang memberikan ijin? Yang Mulia kecil ada dalam pengawasan Dokter Desy" Kata seorang penjaga dengan tegas.     

"Tapi rumah sakit ini bukan tempat Dokter Desy bekerja. Ini adalah rumah sakit tempat Dokter Gillbert bekerja. Jadi yang memberikan ijin kepadaku adalah Dokter Gillbert. Dan ini adalah surat ijinnya." Kata perawat itu sambil memberikan surat ijinnya.     

Ketika para penjaga itu memeriksanya, Perawat itu dengan manja berkata, " Yaaah..sebenarnya ini adalah prosedur pemeriksaan bayi biasa. Melihat kondisinya seperti apa dan memeriksa kecukupan ASI. Kalau seandainya tidak diperkenankan tidak apa-apa. Hanya saja kalau ada apa-apa Kami pihak rumah sakit tidak bertanggung jawab."     

"Bayi yang didalam bukanlah bayi sembarangan. Dia bukanlah warga negara Amerika. Bayi itu adalah Pangeran dan Putri kami yang mulia. Jadi tidak boleh sembarangan perawat yang memeriksa"     

Perawat itu mendelikkan matanya yang indah, Ia lalu menghampiri si penjaga yang ngeyel itu sambil mendorong dadanya. "Apa Kalian pikir aku perawat sembarang? surat ijin itu sudah sangat jelas. Tertera namaku. Susan... tapi yah sudahlah kalau kalian tidak memberikan ijin, biar Aku pergi saja." Perawat itu membalikkan tubuhnya lalu pergi melangkah. Hanya saja baru tiga langkah perawat itu melangkah si penjaga itu segera memanggilnya, "Nona Perawat!!"     

Perawat itu berbaliks sambil tersenyum manis, matanya mengerling penuh pesona. Penjaga itu menelan ludahnya. Ia berkata dengan hati-hati. " Ya..pejaga "     

" Mungkin Aku terlalu berlebihan, Aku pikir mungkin pemeriksaan bayi itu sangat penting dan setelah aku periksa surat ijinnya terlihat asli. Jadi Aku akan memperbolehkan Kau masuk. Lagipula di dalam ada pengasuh bayi dan Yang Mulia Putra Mahkota. Sehingga kalau kau macam-maacam maka Kau akan kena akibatnya"     

" Tentu saja, Tuan penjaga, Karena aku juga tidak ingin mempertaruhkan nyawaku sendiri" Kata Si perawat sambil tersenyum. Langkahnya tampak semakin gemulai ketika Ia memasuki ruang perawatan Alena dan bayinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.