CINTA SEORANG PANGERAN

Konferensi Pers ( 9 )



Konferensi Pers ( 9 )

0"Tutup mulut kotormu!! Tadinya Aku pikir Aku sedang berhadapan dengan seorang malaikat yang berwajah manis. Tahunya Kau adalah setan yang berwujud manusia. Alenaku sangat suci, tidak pantas Kau ucapkan namanya dengan mulut busukmu itu" Jonathan mengeram dengan kesal. Mukanya yang putih bule itu memerah. Otot-otot lengannya yang kekar karena memang Ia pemain basket yang sering menggunakan tangan dan kakinya terlihat menakutkan. Tetapi tentu saja itu tidak berlaku bagi Pangeran Abbash.     
0

Pangeran Abbash malah tersenyum sambil mengusap pipinya, Jonathan mendesis, sialan pemuda ini. Wajahnya sangat tampan begitu halus dan lembut. Saat tersenyum malah membuat hatinya jadi berkebat-kebit tidak karuan. Ia jadi ngeri sendiri jangan-jangan Ia jadi gay kalau terus-terusan dekat dengannya. Setelah melihat Nizam dan Pangeran Thalal, Jonathan pikir Ia tidak akan pernah bertemu dengan pria tampan lainnya. Tapi kini pria yang di depannya memupus pikirannya itu. Pangeran Abash benar-benar sangat tampan dan menawan.     

"Oow...Kau bilang mulutku kotor tapi mulutmu sendiri bagaimana? Kau bilang dia Alenamu. Mmm..mmm..." Pangeran Abbash menyimpan telunjuknya di bibirnya yang merah menggairahkan, lalu dia menggelengkan kepalanya dengan lucu. Jonathan menjadi tegang, Sialan pemuda ini seperti makhluk jadi-jadian.     

"Kalau Pangeran Nizam mendengar Kau menyebut Alenamu maka Aku berani bertaruh lidahmu itu akan terpotong jadi ribuan potong. Dia jadi gila kalau ada orang yang mencoba mendekati istrinya"     

"Lalu, Mengapa Kau juga memiliki nyali untuk menginginkannya?" Jonathan berkata dengan sengit.     

"Jika Aku sudah menjatuhkan pilihan maka Aku hanya memiliki dua pilihan, Mati atau dapatkan. Aku tidak akan seperti Edward yang memilih menikahi wanita lain daripada mati untuk berjuang. Aku juga bukan dirimu yang memilih mundur untuk lari bersembunyi. Menyembunyikan rasa cintamu. Aku Abbash akan mempertaruhkan mati dan hidupku untuk hidup bersama wanita yang luar biasa itu"     

" Dia itu istri orang lain. Kau gila!! Apakah kau tidak memiliki wanita lain sehingga kau memilih wanita yang sudah besuami. Wajahmu sangat tampan. Aku sangat yakin akan banyak wanita lain yang lebih cantik dari Alena yang menginginkanmu. Jadi tolonglah..Jangan ganggu Alena. Apalagi dia baru memiliki anak. Biarkan Ia hidup berbahagia bersama suaminya" Jonathan berkata dengan hati yang terhiris.     

Pangeran Abbash menatap Jonathan dari ujung kaki sampai ujung rambut, " Badanmu tinggi kekar, kau memiliki nilai sembilan untuk keindahan tubuhmu, Rambut coklat kemerahan, kulit putih dan mata coklat terang...Dengan ketampanan dan keindahan tubuhmu serta kau atlit olahraga basket, Aku juga yakin di luar sana pasti banyak juga wanita lain yang antri untuk mendapatkan cintamu. Tapi mengapa di kamarmu penuh dengan foto calon istriku itu?"     

Muka Jonathan menghitam bagaikan kelamnya malam, Ia tidak dapat menahan emosi lagi mendengar kata-kata Pangeran Abbash yang seakan ingin menelanjanginya. Bahkan dia tahu kondisi kamarnya. Dia tahu bahwa kamarnya penuh dengan foto Alena dengan ukuran yang sangat besar.     

"Siapa Kau sebenarnya? Apakah Kau dari Azura? Sejauh mana kau mengenal Alena? Aku tidak akan tinggal diam jika Kau berani mengganggunya?"     

"Oh ya. Mengapa Kau baru sekarang seperti kambing kebakaran jenggot. Alenamu itu sudah beberapa kali menderita karena orang lain. Tetapi Kau tidak bergerak apapun. Itukah yang disebut cinta? Pangeran Nizam. Andre, Nendri ataupun Edward tidak ada satupun yang berhasil mencegah Alena di culik oleh orang lain. Aku..Pangeran Abbash yang sebenarnya paling layak untuk mendampinginya. Dan Kau harus mati sebagai tumbal cintaku" Usai berkata seperti itu Pangeran Abbash langsung menendang dada Jonathan hingga Jonathan langsung terjungkal ke belakang.     

Jonathan langsung terbatuk-batuk sambil memegang dadanya, Ada cairan yang terasa menyesakan tenggorokannya. Ia lalu memutahkan cairan yang mulai memasuki rongga mulutnya. Ketika Ia muntah untuk mengeluarkan cairan itu, Jonathan melihat itu adalah darah.     

"Mengapa Kau melakukan ini? Kalau kau ingin membunuhku. Aku tidak keberatan. Tetapi tolong lepaskan dia. Biarkan dia hidup berbahagia dengan suaminya" Kata Jonathan.     

"Kau banci! Bangun! Lawan Aku! Aku tidak ingin membunuh orang yang tidak melawan. Kau adalah laki-laki, bangun! Lawan Aku, agar Aku bisa membunuhmu dengan perasaan puas. Aku Abbash, bersumpah tidak akan pernah membiarkan Alena hidup bahagia dengan Pangeran Nizam. Dia adalah pengantinku. Wanita yang akan melahirkan keturunanku. Wanita dari langit yang ditakdirkan untukku. Bangunlah lawan Aku. " Kata Pangeran Abbas masih dengan pandangan tajam. Matanya yang sayu cemerlang itu tampak semakin menawan     

Pangeran Abbash menatap Jonathan dengan pandangan yang sangat menghinakan membuat Jonathan tidak mengerti mengapa Pangeran Abbash sangat membencinya dan ingin membunuhnya. Mengapa? Bukankah Jonathan sudah bertekad untuk merelakan Alena tapi mengapa sekarang Ia malah terancam. Jonathan berpikir keras.     

"Mengapa Kau begitu membenciku? Aku sudah merelakan Alena untuk Nizam. Mengapa Kau malah mengancamku? Apakah Kau tidak memiliki keberanian untuk melawan Nizam? Mengapa Kau tidak mengambilnya langsung dari Nizam" Jonathan meminta penjelasan dari Pangeran Abbash.     

"Baiklah karena Aku akan membunuhmu dan agar Kau tidak mati penasaran maka Aku akan memberitahumu, mengapa Aku ingin membunuhmu. Setelah itu Aku harap kau akan mati dengan tenang" Pangeran Abbash lalu menceritakan motif dan tujuannya kepada Jonathan.     

.......     

Usai Pangeran Abbash bercerita, Jonathan menjadi murka dan Ia langsung terbangun, meloncat dan langsung menendang perut Pangeran Abbash.     

"Kau setan alas! Kau gunakan trik rendahan untuk memfitnah Alena. Kau layak mati.." Teriak Jonathan sambil menendangkan kakinya sekuat tenaga, Dada Pangeran Abbash langsung terkena tendangan kaki Jbagian dalam Jonathan     

Pangeran Abbash terhuyung ke belakang mendapatkan tendangan tiba-tiba. Tubuh Pangeran Abbash langsung menghantam kursi hingga kursi itu langsung terbalik. Mata Pangeran Abbash terbeliak tidak menyangka kalau Jonathan mampu menendangnya sekeras itu, selain keras tendangan itu juga mengarah.     

Usai menendang, Jonathan memasang kuda-kuda menunggu serangan balasan dari Pangeran Abbash.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.