CINTA SEORANG PANGERAN

Kau akan Bertahan (1)



Kau akan Bertahan (1)

0Mata Amrita langsung menatap pada sepasang kaki yang panjang ketika Ia memasuki mobil. Ia sudah tersenyum dengan hati berbunga-bunga. Pria yang Ia impikan siang dan malam kini ada di depan matanya. Bagiamana bisa Ia bertahan selama ini menantang maut kalau bukan karena pria ini. Sudah hampir setahun Ia melayani Alena sebagai pelayan bagian makanan hanya untuk Pangeran Abbash.     
0

"Semoga keselamatan dan keberkahan selalu bersamamu, Yang Mulia Pangeran Abbash" Kata sambil duduk. Tapi begitu matanya melirik ke arah wajahnya. Ia berteriak kaget.     

"Ya Alloh..Yang Mulia. Mengapa kepalamu terluka?" Katanya melihat perban di kepala Pangeran Abbash. Pangeran Abbash malah nyengir kuda. Ia tidak menjawab perkataan Amrita malah mencium bibir Amrita dengan buas dan penuh nafsu. Amrita segera membalasnya dengan penuh rasa cinta.     

Said menaikkan pembatas mobil. Dua orang itu kalau sudah bertemu maka mereka akan lupa daratan sama lautan. Kadang mereka berenang di daratan tapi malah berjalan di lautan. Amrita dan Abbash adalah sama-sama memiliki keahlian menyamar dan ilmu beladiri. Mereka teman sepermainan dan sama gilanya. Cuma bedanya Amrita tergila-gila pada Pangeran Abbash tetapi Pangeran Abbash tidak mencintainya sama sekali. Ia malahan banyak memanfaatkan Amrita.     

Mobil meluncur menuju apartemen Pangeran Abbash dipinggiran kota New York. Pangeran Abbash sudah tidak karuan mendekap tubuh wanita yang ada disampingnya itu. Langit Kota New York tampak mulai bersih dari gelapnya malam. Semburat merah mulai menggeser pekatnya langit. Pada musim panas lagi lebih cepat datang dari biasanya.     

Beberapa saat kemudian,     

Pangeran Abbash membetulkan pakaiannya yang acak-acakan. Ia tersenyum dengan manis di samping tubuh Amrita yang terkapar kelelahan. "Mana upahnya?? " Kata Pangeran Abbash sambil menyodorkan telapak tangannya. Amrita mengernyitkan keningnya.     

"Aku masih terkapar kelelahan, Kau sudah minta upah" Kata Amrita.     

"Aku sudah memuaskan mu. Maka Aku minta bayaran yang sangat mahal untuk itu"     

"Kau tidak tahu malu. Apa hanya Aku saja yang puas di sini?"     

Pangeran Abbash mengangkat bahunya. Sialan Ia semakin tampan dengan gayanya yang demikian. Setiap wanita yang ada disampingnya seakan tidak memiliki harga apapun untuk melakukan suatu penawaran dengan Pangeran Abbash. Mereka semua hanyalah mengharapkan setitik perhatian saja dan mereka akan mengorbankan segalanya sebagai gantinya.     

Amrita bukannya tidak tahu kalau Pangeran Abbash hanya memanfaatkannya saja tetapi pesona pangeran itu tidak kuasa Ia lawan. Ia sudah seribu kali terjatuh di bawah kakinya.     

Ketampanan Pangeran Abbash mampu menyaingi ketampanan Pangeran Thalal. Bahkan kulit dan kecantikan Pangeran Abbash masih di atas Pangeran Thalal. Dan Pangeran Abbash tidak suka memelihara cambang atau kumis. Ia lebih suka tampil klimis. Ia tidak ingin kulit wajahnya yang halus mulus itu terhalang oleh selembar rambutpun.     

Ada banyak perbedaan antara Pangeran Thalal dan Pangeran Abbash. Kalau Pangeran Thalal senang di foto dan di kerubungi para awak media. Kalau Pangeran Abbash tidak menyukai segala macam bentuk publikasi atas dirinya. Ia bahkan lebih ekstrim dari Nizam. Ia akan menendang setiap wartawan yang mencoba mendekatinya. Bahkan jika ketahuan memuat berita atau informasi tentang dirinya di media sosial maka jangan harap wartawan itu bisa melihat matahari terbit pada esok paginya. Lagipula hampir setiap saat Pangeran Abbash menyamar sehingga keberadaannya jarang diketahui orang.     

"Kalau Kau tidak mau memberikan upahnya sekarang maka jangan harap Aku akan menyentuhmu lagi" Pangeran Abbash berkata dengan nada suara yang rendah menunjukkan Ia serius dengan perkataannya. Amrita menjadi cemberut Ia segera mengeluarkan handphonenya dan memberikan pada Pangeran Abbash.     

"Aku beruntung, Arani dan dua orang pengawalnya itu tidak ada sehingga Aku bisa memasukkan handphone ke saku bajuku. Aku juga beruntung karena Putri Alena meminta kudapan sehingga Aku bisa masuk ke dalam kamarnya. Dan Aku juga beruntung karena Pangeran Nizam tidak menyuruhku keluar saat mereka bermesraan."     

Gerakan tangan Pangeran Abbash terhenti pada handphone Amrita. Kepalanya menoleh ke arah wajah Amrita yang sedang duduk terpejam disampingnya. Seakan masih menikmati kebersamaan mereka.     

"Bermesraan?? Apa Kau bilang?? Apa maksudmu Pangeran Nizam dan Putri Alena bermesraan di depanmu?"     

"Mengapa Kau heran? Bukankah hal itu biasa di kerajaan. Para majikan kadang bermesraan di depan pelayannya sepanjang tidak melakukan yang keterlaluan"     

Pangeran Abbash menjadi sedikit lega. Kalau sampai Di handphone ini ada adegan Putri Alena dan Pangeran Nizam yang sedang bercinta Ia bisa mati kejang karena cemburu.     

"Apa si kembar sehat?" Tanyanya tiba-tiba.     

Amrita memalingkan wajahnya ke arah pria yang sangat Ia cintai.     

"Mengapa Kau selalu memantau perkembangan bayinya Putri Alena. Bahkan sejak dalam kandungan?" Kata Amrita sedikit keheranan.     

Dulu Amrita yang melaporkan pada Pangeran Abbash kalau anak yang dalam kandungannya kembar. Waktu itu Nizam dan Alena bahkan belum tahu karena mereka memang sepakat tidak ingin mengetahuinya. Tetapi Amrita pernah mendengar Dokter Desy berbincang dengan perawatnya bahwa Putri Alena mengandung kembar.     

Pangeran Abbash tersenyum lucu, wajah tampannya begitu berbinar bagaikan sinar rembulan di malam hari. "Aku adalah calon ayah mereka di masa datang. Jadi aku harus tahu tentang perkembangan mereka. Bukankah Aku sudah mengamankan mereka sejak mereka dalam kandungan Putri Alena."     

Amrita tercekat, nafasnya terasa sesak dan lehernya tercekik. Ia tahu kalau Pangeran Abbash tidak pernah mencintainya, Ia juga tahu kalau Pangeran Abbash menyukai Putri Alena. Tapi kalau sampai dengan tergila-gila juga pada anaknya. Bagaimana mungkin??     

"Kau mencintai wanita bersuami. Kau bahkan belum pernah bertatap muka secara langsung dengan Putri Alena. Sekarang Kau bahkan mencintai anak-anaknya. Mengapa Kau lakukan itu? Mengapa Kau tidak mencari wanita lain yang lebih sepadan dengan mu dan memiliki anak sendiri. Ia tidak layak untukmu. Kau....Aaakh..."     

Amrita langsung terbeliak dan nafasnya tersengal-sengal. Tangan Pangeran Abbash berada di lehernya. Pangeran Abbash mencekiknya.     

"Beraninya Kau bilang Putri Alena tidak layak untukku!!" Pangeran Abbash memperkuat cekikikannya. Amrita semakin tersenggal, Nyawanya sudah mau hilang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.