CINTA SEORANG PANGERAN

Semoga Kau Membusuk di Neraka



Semoga Kau Membusuk di Neraka

0Tadinya Ia ingin menendang tubuh Sisca langsung ke air agar Ia mati secara perlahan tetapi kemudian Ia berubah pikiran. Imran lalu memandang tubuh Sisca yang menggigil ketakutan. Sisca lalu memejamkan matanya ketika kemudian Imran memberondongnya dengan tembakan tanpa henti hingga seluruh peluru pada magazine pistolnya habis. Tubuh Sisca lalu ditendang masuk ke dalam danau dengan kaki kanan Imran.     
0

"Byuuur...!!! " Suara tubuh Sisca yang terjatuh ke dalam air danau menimbulkan suara yang cukup nyaring memecahkan kesunyian. Imran ingin menghilangkan tanda bukti pada diri Sisca yang mungkin penuh dengan tapak sidik jarinya dan air adalah penghapus jejak yang paling akurat.     

Dalamnya danau sekitar 100 meter, sangat cukup untuk menenggelamkan Sisca sampai ke dalam dasar dan tidak akan pernah muncul lagi ke permukaan. " Membusuklah Kau dalam danau. Semoga Kau juga membusuk di Neraka." Kata Imran sambil pergi meninggalkan tepi danau. Air danau hanya sebentar beriak ketika tubuh Sisca masuk ke dalamnya dan kemudian secara pasti tenggelam ke dalamnya. Warna air danau sesaat berubah menjadi merah karena darah tetapi kemudian banyaknya air danau segera menghapus warna merah itu seperti semburat merah senja yang tertelan oleh gelapnya malam. Tidak bersisa sedikitpun dan tanpa meninggalkan jejak apapun.     

Imran kemudian mengacaukan setiap jejak yang tinggalkan saat menarik tubuh Sisca. Ada jejak darah disepanjang jalan dan dengan keterampilannya Ia mengeluarkan pisau belati tajam dari sepatu jungle-nya dan kemudian Ia memotong ranting di sana-sini. Ia mengacaukan jejak dengan sempurna dan ketika didengarnya derap langkah orang-orang menuju ke arahnya Imran segera lari sambil meninggalkan pola langkah kaki yang tidak beraturan.     

Para polisi itu kemungkinan sudah menyadari hilangnya Sisca dan mereka segera mencarinya. Sangat sulit mencari jejak ditengah kegelapan malam sehingga mereka hanya mengandalkan senter yang tersedia di mobil. Mereka muter-muter ke tempat yang salah. Hutan yang memiliki banyak pohon dan tanaman yang merambat serta semak belukar membuat kesulitan mereka cukup lengkap.     

***     

"Hentikan mobil di depan gerai makanan fast food itu!!" Kata Nizam sambil menunjuk resotaran fast food di depan. Disampingnya Alena sudah bersender dengan mata yang sayu karena ngantuk dan lelah. " Sayang bukannya Kamu lapar," Kata Nizam sambil mengusap rambut Alena yang kusut masai. Matanya bengkak karena tadi menangis tiada henti. Pipinya sembab dan kotor. Nizam baru menyadari bahwa pipi istrinya kotor karena Ia sibuk berbincang dengan Chief Jeremy yang melaporkan bahwa Sisca hilang diperjalanan.     

Mobil berhenti di parkiran gerai makanan itu. Restoran yang buka 24 jam itu memiliki layanan drive thru sehingga mereka tidak usah turun. " Kau ingin makan apa sayang??" tanya Nizam sambil menarik tisu basah pada tempat tisu.     

" Aku ingin burger double dengan kentang goreng dan ayam gorengnya. Aku juga ingin ice cream dan banana cake, apple pie, orange soda." Ali dan Fuad menelan ludahnya sambil mengusap dagunya mendengarkan Alena berbicara dengan mata hampir terpejam. Apa majikan wanita mereka sedang kesurupan karena peristiwa tadi, kata Ali dalam hatinya pesan makanan begitu banyak. Sementara itu Nizam mengusap wajah Alena yang kusut menggunakan tisu. Ia membersihkan muka istrinya menggunakan tisu. Tetapi kemudian dia sadar kalau Ali dan Fuad tidak berkata apa-apa.     

Melihat Ali dan Fuad hanya terdiam. Nizam berkata," Apa kalian tidak mendengar apa yang dikatakan istriku??"     

"Oh iya siap Yang Mulia.." Ali segera mengorder makanan mereka pada seorang pelayan melalui jendela mobil.     

Karena Alena memesan cukup banyak maka mereka menunggu sedikit lama. Untungnya semua makanan yang dipesannya ada. Tapi begitu makanan sudah selesai diorder bahkan sudah diberikan oleh si pelayan kepada Ali tetapi Alena malah tidur kelelahan.     

Betapa sedihnya hati Nizam melihat Alena yang tertidur dibahunya. Ia merasa jadi seorang suami yang tidak berdaya. Mengapa istrinya harus selalu mengalami hal yang tidak menyenangkan. Seandainya Ia bukanlah seorang Pangeran mungkin Alena tidak akan mengalami nasib seperti ini. Nizam mengusap bahu istrinya penuh dengan cinta. Ia lalu menggenggam tangan Alena, di usap-usap punggung tangannya penuh dengan lembut. Ali hanya melirik-lirik pandang sambil memegang makanan yang diminta Alena dipangkuannya.     

"Yang Mulia, apakah Imran sudah memberikan laporan??" Tanya Ali pada Nizam. Nizam yang sedang mencium tangan Alena, mengguman. " Belum, tapi kau kan dengar tadi saat aku berbicara dengan Chief Jeremy, bahwa Wanita itu hilang dari mobil polisi."     

"Tetapi hamba belum tenang kalau Imran belum melapor" Kata Ali sambil tetap melihat ke depan. Di belakang ada Alena yang sedang tertidur Ia sama sekali tidak berani melihat ke belakang.     

"Dia pasti sudah menyelesaikan tugasnya. Keterampilan dia dalam membunuh paling tinggi diantara yang lain. Bukankah Ia satu-satunya pengawalku yang selalu ikut membasmi teroris tingkat dunia. Jadi aku tidak pernah meragukan dia." Kata Nizam sambil memandang keluar kaca jendela mobil.     

" Iya benar Yang Mulia. Tapi Sisca juga tidak kalah liciknya. Ia wanita yang mengerikan. Oh ya Yang Mulia mengapa Yang Mulia langsung membunuhnya? Mengapa tidak kita tangkap terlebih dahulu lalu kita interogasi dia"     

Nizam menghela nafas panjang tapi kemudian Ia membetulkan tubuh Alena yang bersender di bahunya. Nizam menggeserkan duduknya ke dekat pintu mobil, Ia lalu menidurkan Alena dipangkuannya sehingga posisi Alena sekarang berbaring tidur dengan kepala dipangkuan Nizam. Nizam juga melepaskan sweeter yang dipakainya untuk dijadikan alas kepala Alena. Ali menunggu dengan sabar jawaban penjelasan dari Nizam.     

"Kau tau Ali. Sisca adalah orang Indonesia. Dia berada diluar jangkauan kita. Kita tidak berhak membawanya pergi. Kalau seandainya ketahuan kita membawanya maka akan terjadi bentrokan hukum antara tiga negara. Dan NYPD tu sendiri tidak akan pernah membunuhnya sampai Ia berhasil diinterogasi untuk mengungkap kasus yang sebenarnya." Nizam terdiam dulu sebelum menjelaskan kembali kepada Ali.     

"Tanpa Aku harus menginterogasi Sisca, Aku sudah yakin bahwa orang di balik Sisca adalah orang Azura, dan kalau sampai Chief Jeremy tahu maka Ia akan mengejar penjelasannya sampai ke Azura. Dan Aku paling tidak suka ada orang luar yang turut campur ke pemerintahan Azura. Membiarkan mereka masuk ke kerajaan kita sama saja dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menyelidiki kerajaan kita disisi yang lain. Bukankah Kau tahu Negara Amerika seperti apa"     

Ali menganggukan kepalanya. " Jadi memang jalan satu-satunya Sisca harus mati."     

" Benar!! Cara untuk menutup kasus ini satu-satunya adalah dengan membunuhnya"     

"Tapi bagaimana kalau seandainya mereka mengetahui kita yang membunuh Sisca?"     

"Kalau tidak ada bukti memangnya mereka bisa berbuat apa??" Kata Nizam dingin.     

Ali terdiam memang benar, kalau seandainya tidak ada bukti tidak akan ada yang bisa berbuat apa-apa. Bukanlah kepolisian bisa menindak jika ada barang bukti dan saksi, jika tidak ada maka mereka tidak akan bisa berbuat apa-apa.     

"Yang Mulia, apa mungkin mereka akan mencurigai dan menyelidiki kita? Aku masih ingat masih ada Arya yang hidup. Bukankah dia akan jadi boomerang buat kita?"     

Nizam malah tersenyum tipis, " Bukan kita yang akan kena tapi orang yang dibelakang Sisca yang akan kena"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.